Kesehatan mental selama masa kehamilan menjadi salah satu faktor yang penting agar buah hati dalam kandungan bisa tumbuh dan berkembang secara optimal. Namun, menjaga kesehatan mental tentu tidak mudah untuk dilakukan oleh semua orang.
Ada kondisi tertentu yang dapat membuat seorang ibu hamil menjadi tidak stabil kondisi mentalnya. Kisah ibu ini mungkin dapat menjadi pelajaran, sehingga Bunda bisa lebih memerhatikan kondisi mental, terutama ketika sedang hamil.
Kisah Ibu Melawan Keterpurukan Mental dalam Dirinya
Sejak tahun 2015, ibu ini menderita serangan panik. Secara tiba-tiba, ia bisa merasa gelisah dan ketakutan. Saat serangan panik ini datang menyerang, biasanya detak jantungnya menjadi cepat, napas menjadi pendek, dan kepala menjadi pusing selama beberapa waktu.
Saat ia merasakan gejala yang tidak bisa ia kendalikan, biasanya ibu ini akan berteriak dan menangis sejadi-jadinya. Serangan panik seperti ini biasa ia alami saat kelelahan bekerja.
Saat ia hamil tahun 2019, ia sudah menduga bahwa serangan paniknya akan terjadi semakin sering karena luapan hormon yang melimpah saat mengandung buah hatinya. Dugaanya terbukti benar.
Suatu kejadian yang tak enak pernah terjadi menimpanya dan menyulut kembali serangan panik pada ibu ini. Waktu itu, seorang pria asing mengikutinya berjalan pulang dari kantor. Ia ketakutan setengah mati lalu kejadian ini memicu lagi serangan panik yang ia derita.
Ia menangis dengan kencang dan mengalami hiperventilasi saat kandungannya waktu itu berumur empat bulan.
Serangan panik yang kedua terjadi saat kandungan berumur tujuh bulan. Saat itu, ibu ini memesan sebuah boks bayi. Akan tetapi, petugas pengantarnya menolak untuk membawa boks bayi ini ke dalam rumah dan memasangnya dengan benar.
Padahal, ia sudah melakukan pembayaran sepaket dengan layanan tersebut. Kejadian ini jelas menyulut lagi serangan panik si ibu sampai ke tahap yang lebih parah dari biasanya.
Setelah menyadari bahwa serangan paniknya semakin hari semakin parah, ibu ini memutuskan untuk berubah. Ia harus melakukan sesuatu untuk mengembalikan kesehatan mentalnya agar buah hati dalam kandungannya bisa selamat.
Untuk mencapai tujuannya itu, ia meminta bantuan juga dari luar, seperti suami dan keluarga agar bisa mencapai kestabilan mental dalam dirinya.
Sang ibu itu pun berbagi tips bagaimana menjaga kesehatan mental selama kehamilan
1. Memiliki lingkungan yang peduli
Tak bisa dipungkiri bahwa keluarga adalah sistem pendukung yang sangat optimal untuk bisa menjadi penyembuh di kala jiwa sedang goyah.
Ibu ini juga bercerita bahwa ia adalah sosok yang selalu suka mengerjakan semua hal sendiri. Sampai pada suatu titik ia merasa depresi, ibu ini masih menyimpan semua hal untuk dirinya sendiri.
Namun, suami dan ibunya menjadi sosok pendukung di kala mentalnya sedang labil. Suaminya selalu memiliki cara untuk mengantisipasi serangan panik yang melanda istrinya. Ibunya juga selalu selalu ada ketika masa-masa susah.
Pada awal pemeriksaan, dokter kandungan yang menangani ibu ini menyatakan bahwa ada kemungkinan buah hatinya akan mengalami down syndrome karena zona jernih pada tes USG Nuchal Translucency-nya cenderung sedikit.
Ibu ini jelas panik luar biasa dan sedih berkepanjangan. Untunglah, keluarganya mendukung dan menghibur ibu ini. Pada akhirnya, kekhawatiran itu tidak terbukti. Buah hatinya lahir dengan sempurna.
2. Melakukan meditasi
Kegiatan meditasi, seperti yoga, bisa menjadi alternatif kegiatan yang sangat baik untuk ibu hamil agar bisa menyingkirkan rasa khawatir yang berlebihan.
Dengan rutin melakukan meditasi, ibu hamil bisa fokus pada hal yang bisa ia lakukan secara optimal dibandingkan mencemaskan hal yang tidak bisa ia kontrol.
3. Berolahraga secara teratur
Dokter biasanya juga akan menyarankan kegiatan olahraga secara teratur selama masa kehamilan. Olahraga dapat menjaga kestabilan mental dan meningkatkan daya tahan tubuh secara menyeluruh.
Bunda hanya perlu menemukan olahraga yang cocok dengan kondisi kehamilan masing-masing.
4. Mengurus diri sendiri
Di masa kehamilan, penting bagi Bunda untuk menemukan kegiatan yang bisa membuat diri menjadi tenang dan rileks. Kegiatannya bisa bermacam-macam seperti pijat kehamilan, melakukan hobi, atau sekadar jalan-jalan sore bersama pasangan.
5. Menemui dokter kandungan yang memiliki prinsip serupa dengan Bunda
Ibu ini kembali membagikan cerita tentang pengalaman melahirkannya. Sedari awal, ibu ini tidak memiliki dokter khusus untuk menangani kehamilannya karena ia selalu berganti-ganti dokter.
Ketika tiba saatnya melahirkan, ia didesak untuk melakukan operasi caesar karena memiliki diabetes gestasional. Ibu ini merasa gamang untuk beberapa waktu, sampai akhirnya ia mengalami kondisi harus melakukan operasi caesar darurat.
Proses kehamilan dan melahirkan memang bukanlah sesuatu yang mudah. Akan tetapi, selalu ada cara untuk bisa melakukan hal yang terbaik demi menjaga kesehatan mental selama proses kehamilan, salah satunya dengan selalu berpikir positif.
Baca juga:
Ibu hamil jangan stres, pengaruhnya bisa buruk pada anak perempuan