Kerajaan Islam pertama di Indonesia diperkirakan ada sejak abad ke-13.
Saat itu, kerjaan-kerajaan Islam mulai masuk akibat lalu lintas perdagangan laut. Para pedagang Islam dari Arab, Persia, India hingga Tiongkok berbaur dengan masyarakat Nusantara.
Masuknya agama Islam ke Nusantara melalui perdagangan ini, yang turut membawa banyak perubahan dari sisi budaya hingga pemerintahan.
Salah satu penandanya adalah kemunculan kerjaan-kerjaan bercorak Islam.
Keterlibatan kerajaan Islam pertama di Indonesia ini juga sangat berperan dalam menyebarkan agama Islam ke seluruh penjuru Indonesia.
Di antara banyak kerajaan Islam tersebut, berikut ini kerajaan Islam pertama dan tertua di Indonesia beserta jejak peninggalannya.
Artikel Terkait: Daftar 5 Kerajaan Islam di Indonesia yang Paling Berpengaruh
Kerajaan Islam Pertama di Indonesia
1. Kesultanan Perlak (840-1292)
Kesultanan Peureulak nama lain dari kerjaan Perlak merupakan kerajaan Islam di Indonesia yang terletak di daerah Peureulak, Aceh Timur pada tahun 840 – 1292 Masehi.
Perlak merupakan wilayah yang dikenal memproduksi kayu perlak yang merupakan bahan baku pembuatan kapal.
Tidak heran, Perlak ramai, dikunjungi para pedagang Gujarat, Arab dan Persia. Sehingga komunitas Islam di wilayah ini berkembang pesat.
Proses asimilasi dari hasil kawin campur pedagang Muslim dengan wanita pribumi banyak yang terjadi pada masanya.
Kerajaan Perlak berdiri cukup lama, dengan raja pertamanya yaitu Alaidin Sayyid Maulana Aziz Syah.
Sedangkan raja terakhir bernama Muhammad Amir Syah, yang kemudian mengawinkan putrinya dengan Malik Saleh, penerus kerjaan Samudera Pasai.
Bukti sejarah yang memperkuat Kerajaan Perlak yakni makam salah satu Raja Benoa.
Negara bagian Kesultanan Perlak yang terletak di pinggir Sungai Trenggulon.
Diyakini, batu nisan pada makam tersebut dibuat pada abad ke 11 Masehi.
2. Kerajaan Ternate (1257), Kerajaan Islam Pertama di Maluku
Memiliki nama lain Kerajaan Gapi atau lebih dikenal sebagai Kerajaan Ternate terletak di Maluku Utara.
Kerajaan yang didirikan oleh Sultan Marhum pada 1257 ini, merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Indonesia.
Kerajaan Ternate berkembang paling masif dibanding kerajaan di Maluku lainnya, lantaran sumber rempah-rempah yang begitu besar dan militer yang kuat.
Selain menyiarkan agama Islam, banyak saudagar yang datang untuk melakukan perdagangan di Kerajaan Ternate.
Sejak pertama berdiri, kerajaan ini dipimpin oleh Sultan Mahrum.
Kemudian diteruskan oleh Sultan Harun setelah wafatnya Sultan Marum, setelah itu digantikan oleh putranya, Sultan Baabullah.
Pada masa pemerintahan Sultan Baabullah, Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya.
Usai Sultan Baabulah meninggal pada tahun 1583, tampuk kekuasaan dialihkan pada putranya, Sahid Barkat.
Sejarah peradaban Kerajaan Ternate yakni Masjid Sultan Ternate, Keraton Kesultanan Ternate, Makam Sultan Baabullah dan Benteng Tolukko.
3. Kerajaan Samudera Pasai (1267-1521), Termasuk Kerajaan Islam Pertama di Indonesia
Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama dan tertua ketiga di Indonesia.
Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu atau lebih dikenal sebagai Sultan Malik al-Saleh pada 1267.
Letaknya berada di Aceh Utara Kabupaten Lhokseumawe ini diketahui merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak yang ada sebelumnya.
Banyak bukti arkeologis yang menunjukkan keberadaan Kerajaan Samudera Pasai, antara lain adalah makam raja-raja Pasai di kampung Geudong, Aceh Utara.
Makam ini terletak di dekat pusat kerajaan Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe.
Pada masa kejayaannya, Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan dengan komoditas utamanya lada.
Banyak saudagar dari berbagai penjuru negeri yang datang berniaga, misal saja dari India, Siam, Arab, Persia, hingga Tiongkok.
Jejak peninggalan lain yakni ditemukannya dirham atau mata uang emas murni.
Pada masa pemerintahan Sultan Malik At-Tahir, Kerajaan Samudera Pasai mengeluarkan dirham sebagai alat tukar secara resmi.
Lalu, kerajaan ini runtuh pada 1521 akibat perebutan kekuasaan, perang saudara, dan diserang Portugis.
4. Kerajaan Gowa (1300-1945)
Seperti namanya, kerjaan ini berkembang pesat di Sulawesi Selatan karena letaknya yang berada di tengah jalur pelayaran yang strategis.
Di mana pada wilayah ini, masyarakatnya mayoritas suku Makassar.
Kerajaan Gowa mencapai puncak kejayaannya bersama Tallo, menghegemoni perdagangan dan militer di timur Nusantara.
Usai Gowa mengadopsi Islam sebagai agama resmi pada awal 1600-an, kerajaan kembar ini kemudian mendirikan Kerajaan Islam Makassar dengan raja pertamanya Sultan Alauddin.
Kerajaan Islam Makassar ini gemar menyebarkan dakwah Islam.
Masa puncak kejayaannya ialah pada saat pemerintahan Sultan Hasanuddin yang merupakan cucu dari Sultan Alauddin.
Bertempat tinggal di wilayah maritime, membuat sebagian besar masyarakat Gowa bermata pencaharian sebagai nelayan dan pedagang.
Masyarakat Gowa juga dikenal sebagai pembuat kapal Pinisi dan Lombo yang sampai saat ini terkenal hingga mancanegara.
Beberapa peninggalan sejarah dari Kerajaan Gowa masih ada yang utuh hingga saat ini dan menjadi tempat wisata yang dilindungi. Seperti; Masjid Tua Katangka, Istana Tamalate, Museum Balla Lompoa, Benteng Ford Rotterdam, dan Benteng Somba Opu.
5. Kesultanan Malaka (1405-1511), termasuk Kerajaan Islam Pertama di Indonesia
Melaka atau Kesultanan Malaka merupakan kerajaan Islam Melayu yang terletak di tanah Malaka.
Kerajaan ini, pertama kali didirikan oleh Parameswara pada tahun 1405.
Kesultanan Malaka terkenal sebagai penguasa jalur pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka sekitar abad ke-15.
Pada awal berdirinya, masih banyak masyarakat Malaka yang belum memeluk Islam.
Namun, seiring dengan perkembangan Islam yang menjadi bagian dari kerajaan tersebut dengan ditandai gelar Sultan yang disandang oleh penguasa Malaka pada tahun 1455.
Sultan Mahmud Syah adalah raja kedelapan sekaligus yang terakhir dari Kesultanan Malaka.
Pemerintahannya berakhir akibat serangan Portugis pada 1511.
Mahmud Syah sempat memindahkan ibu kotanya ke Bintan. Akan tetapi, kembali diluluhlantakkan Portugis.
Peristiwa inilah yang menjadi awal mula invasi militer Eropa ke Nusantara.
Peninggalan Kerajaan Malaka yang masih berdiri sampai sekarang antara lain Masjid Raya Baiturrahman Aceh, dan Masjid Agung Deli.
6. Kerajaan Islam Cirebon (1430-1677)
Dikenal dengan nama Kasultanan Cirebon, Kerajaan ini yang cukup besar di Jawa Barat pada abad 15-16 Masehi.
Lokasinya yang berada di pantai utara Pulau Jawa menjadikan Kerajaan Cirebon sebagai jalur perdagangan dan pelayaran yang penting.
Dari sinilah, Cirebon tumbuh menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat.
Kasultanan Cirebon pertama kali didirikan pada 1430 oleh Pangeran Walangsungsang dan dinobatkan sebagai Sultan Cirebon I.
Kemudian pada tahun 1479 Sultan Cirebon I menyerahkan jabatan dan kekuasaannya kepada Sunan Gunung Jati yang tidak lain ada keponakannya sendiri dan menjabat sebagai Sultan Cirebon II.
Penguasa Kerajaan Cirebon selanjutnya adalah Sultan Abdul Karim yang merupakan penguasa Kasultanan Cirebon terakhir sebelum terbagi menjadi dua yaitu kesultanan Kasepuhan dan kesultanan Kanoman.
Peninggalan Kerajaan Cirebon yang paling terkenal yakni Keraton Kasepuhan Cirebon, Keraton Keprabon, Patung Harimau Putih, Bangunan Mande, dan Kereta Kasepuhan Singa Barong serta Mangkok Kayu Berukir.
Artikel terkait ; Bagaimana Metode Belajar Progressif dapat Mendukung Masa Depan Generasi Alpha? Ini Penjelasan dari
7. Kerajaan Demak (1478-1554)
Terbesar di pesisir Pulau Jawa, Kerjaan ini berdiri pada tahun 1478 yang dipimpin oleh Raden Patah.
Kerajaan Demak merupakan pelopor penyebaran agama Islam di Nusantara lantaran dukungan para Wali Songo.
Kemunculan Kerajaan ini terjadi pada masa kemunduran Kerajaan Majapahit. Beberapa wilayah kekuasaan Majapahit memisahkan diri.
Tercatat memiliki 5 raja tersohor yang pernah berkuasa, seperti Raden Fatah, Pati Unus, Sultan Trenggono, Sunan Prawata, dan Arya Penangsang. Pada masa kejayaannya, Kerajaan Demak ini tak tersaingi.
Kemunduran Kerajaan Demak dipicu oleh perang saudara antara Pangeran Surowiyoto dan Trenggono yang berujung saling bunuh untuk merebut takhta.
Kemudian pada tahun 1554, Kerajaan Demak runtuh akibat pemberontakan Jaka Tingkir yang berhasil mengalihkan pusat kekuasaan ke daerah Pajang dan mendirikan Kerajaan Pajang.
8. Kerajaan Islam Banten (1526-1813)
Sultan pertama kerjaan Banten adalah Sultan Maulana Hasanudin yang merupakan anak dari Sunan Gunung Jati.
Didirikan pada tahun 1526. Pemimpin yang paling terkenal di Kesultanan Banten adalah Sultan Agung Tirtayasa.
Di bawah kekuasaannya, ia banyak memimpin perlawanan terhadap Belanda lantaran VOC menerapkan perjanjian monopoli perdagangan yang merugikan Kesultanan Banten.
Islam menjadi pilar bagi Kesultanan Banten dan menempatkan ulama sebagai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.
Hal itulah yang membuat tarekat dan tasawuf berkembang di Banten.
Tradisi lain yang dipengaruhi perkembangan Islam juga dapat terlihat pada seni bela diri yang terkenal yakni debus.
Runtuhnya Kesultanan Banten salah satunya diakibatkan oleh perang saudara.
Anak dari Sultan Ageng Tirtayasa, yakni Sultan Haji, berusaha merebut kekuasaan dari tangan sang ayah.
Artikel terkait ; Perbedaan Metamorfosis Sempurna dengan Tidak Sempurna, Edukasi
9. Kerajaan Pajang (1568-1586)
Berpusat di Jawa Tengah, kerajaan ini merupakan kelanjutan dari kerajaan Demak usai mengalami keruntuhan.
Kerajaan Pajang didirikan oleh Sultan Hadiwijaya atau yang dikenal sebagai Jaka Tingkir yang berasal dari lereng Gunung Merapi.
Jaka Tingkir merupakan menantu Sultan Trenggono yang diberi kekuasaan di Pajang.
Usai merebut kekusaan Demak dari Aria Penangsang, seluruh kekuasaan dan benda pusaka Demak dipindahkan ke Pajang.
Kemudian, Jaka Tingkir mendapat gelar Sultan Hadiwijaya dan sekaligus menjadi raja pertama Kerajaan Pajang.
Oleh karena itu, Islam yang semula berpusat di pesisir utara Jawa (Demak) dipindahkan ke pedalaman membawa pengaruh yang besar dalam penyebarannya.
Semasa pemerintahannya, politik dan agama Islam mengalami perkembangan.
Kemudian Jaka Tingkir melakukan ekspansi ke timur hingga Madiun tepatnya di tepi aliran sungai Bengaawan Solo.
Pada tahun 1554. Sedangkan di tahun 1577, Jaka Tingkir mampu menduduki Blora dan Kediri.
Bekas peninggalan Kerajaan Pajang yang masih ada antara lain Masjid dan Pasar Laweyan, Makam Sultan Hadiwijaya, dan kompleks makam pejabat Panjang.
10. Kerajaan Mataram Islam (1588-1680)
Berpusat di Kotagede, Yogjakarta yang didirikan pada tahun 1588, kerjaan ini dipimpin oleh dinasti yang mengaku sebagai keturunan Majapahit, yakni keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan.
Awal mula Kerajaan Mataram Islam adalah dari Kadipaten yang berada di bawah Kesultanan Pajang dan berpusat di Bumi Mentaok.
Kemudian diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasa yang diberikannya.
Raja pertamanya adalah Raden Mas Sutawijaya atau Penembahan Senapati yang tak lain merupakan putra Ki Ageng Pemanahan.
Kerajaan Islam Mataram mengalami masa kejayaan pada masa pemeritahan Mas Rangsang atau Sultan Agung.
Ia berhasil melakukan ekspansi dan menguasai hampir seluruh wilayah di tanah Jawa.
Dia juga melakukan perlawanan kepada VOC dengan bersama Kesultanan Banten dan Cirebon.
Kerajaan Mataram Islam mengalami perpecahan akibat konflik politik dan juga mengakibatkan pembagian wilayah kekuasaan, yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta yang tertuang dalam Perjanjian Giyanti.
Peninggalan kerajaan yang hingga kini masih dapat dijumpai adalah Masjid Agung Gedhe Kauman, Masjid Kotagede, Masjid Pathok Negara Sulthoni Plosokuning, Masjid Agung Surakarta, dan Masjid Al Fatih Kepatihan Solo, batas administrasi wilayah, dan aksara Jawa Hanacaraka.
Artikel terkait ; Daftar 5 Kerajaan Islam di Indonesia yang Paling Berpengaruh
Itulah, kerajaan Islam pertama di Indonesia dan tertua juga banyak memiliki benda sejarah serta situs yang ditinggalkan.
Semoga bisa menjadi informasi untuk si kecil di rumah.
Sebab, peninggalan bersejarah harus terus dilindungi serta dilestarikan sebagai salah satu wujud identitas bangsa.
***
Baca juga ;
40 Nama Bayi Perempuan Kristiani Lengkap dengan Makna Biblika
60 Nama Bayi Bermakna Kreatif untuk Anak Laki-laki dan Perempuan