Pengakuan Ibu yang Kecewa dengan Jenis Kelamin Anak karena Tidak Sesuai Harapan

Pandangan dan informasi yang diceritakan di dalam artikel ini merupakan pendapat penulis dan belum tentu didukung oleh theAsianparent atau afiliasinya. TheAsianparent dan afiliasinya tidak bertanggung jawab atas konten di dalam artikel atau tidak bisa diminta pertanggungjawaban untuk kerusakan langsung atau tidak langsung yang mungkin diakibatkan oleh konten ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Setelah melewati fase trimester satu dengan krisis indikasi blighted ovum sampai bleeding, saya mulai melanjutkan kehamilan dengan bahagia. Sempat beberapa kali menerka jenis kelaminnya, perempuan atau laki-laki, aku benar-benar berharap untuk segera mengetahuinya. Nyatanya, saya memang kecewa dengan jenis kelamin anak.

Sejak merencanakan kehamilan saya selalu berucap pada suami jika ingin sekali memiliki anak perempuan, SANGAT ingin sekali. Jauh sebelum bercita-cita menjadi seorang ibu, saya adalah seorang anak perempuan yang dekat dengan ibu. Senang sekali bisa menghabiskan waktu, bercerita, bercanda tawa dengan mama.

Ya, aku memang sangat dekat dengan mama. Ketika merangkai asa menjadi seorang ibu, saya pun berharap agar memiliki anak perempuan. Dalam pikiran, jika memiliki anak perempuan ia akan menjadi teman terbaik, teman yang akan menemani setiap hariku, merajut kenangan bahagia, bercanda bersama layaknya sayadan mama dulu.

Selain itu, saya pikir, memiliki anak laki-laki bukanlah hal yang mudah bagi. Tantangnnya terasa lebih berat.

Kecewa dengan Jenis Kelamin Anak yang Sesuai Harapan

Terlalu banyak ketakutan yang menghantui. Sata takut jika anakku nanti adalah seorang laki-laki, ia akan segan dan enggan bercanda tawa dengan ibunya. Saya lebih takut jika ia akan merasa nyaman dan dekat bapaknya. Yang pada akhirnya akan menyisakan kekosongan dan kesepian dalam hidupku.

Pemikiran yang amat sangat tidak rasional, namun  pikiran itulah yang terus menghantui.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Pada usia kehamilan 13 minggu, saya mulai konsultasi dengan dokter terkait jenis kelamin janin. Dokter berkata jika waktu yang pas untuk mengetahui jenis kelamin bayi adalah usia 16-17 minggu. Akhirnya waktu itu tiba, di usia kehamilan 17 minggu aku periksakan kehamilanku untuk mengetahui jenis kelamin bayiku.

Saya siap dengan berbagai kemungkinan. Pasrahkan semuanya kepada Tuhan. Pemeriksaan dijalani, saat itu dokter cukup kesulitan untuk mengetahui jenis kelaminnya karena memang posisi bayi yang tidak memungkinkan. Akhirnya pemeriksaan berujung nihil.

Perjalanan kehamilan berlanjut hingga usia kehamilan 21 minggu. Saat itu saya berdoa agar segera mengetahui jenis kelamin bayiku. Rasanya, tidak bisa berlama-lama dengan rasa penasaran ini. Saya harus mengakhiri setiap terkaanku setiap waktu.

Hingga akhirnya saya mendengar penjelasan dokter. Saat pemerikasaan, sambbil terseyum ia berkata “Selamat yah, insya Allah 90% fix bayi ibu berjenis kelamin laki-laki. Tuh lihat ada ‘monasnya’ sudah terlihat dengan jelas.”

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saya melihat layar dengan tatapan kosong, rasanya seperti bumi berhenti berputar sepersekian detik. Saya mencoba kembali tersadar dan meyakinkan diri, anakku berjenis kelamin laki-laki.

Ya, ketika itu saya merasa kecewa dengan jenis kelamin anak saya yang tidak sesuai dengan harapan. Saya pun mencoba mencari alasan untuk tidak kecewa. Selama beberapa hari, rasanya sunggu tidak semangat.

Mencoba mendukung dan mengembalikan semangat, suamiku selalu bilang, “Tidak apa-apa, laki-laki atau perempuan sama saja.” Namun nyatanya, tetap saja saya merasa kecewa.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Surat untuk Anak Lelakiku, Ibu Sayang Kamu….

Saya kumpulkan keberanian untuk menapis semua respon negatif otak. Tapi yang didapat adalah rasa sedih dan kecewa. Hingga sampai pada satu titik di mana saya mulau merasakan gerakan pertama bayikku. Di usia 22 minggu, saat itu sedang melamun, ada getaran yang cukup kuat.

Mungkikah anakku, mencoba berkomunikasi denganku? Hatiku langsung sakit, air mataku mengalir deras, sungguh jahatnya aku sebagai seorang ibu yang telah berpikiran negatif terhadap bayi yang tidak berdosa. Hatiku luluh, rasa sayangku meledak, aku mantapkan hati, semua rasa kecewa akhirnya sirna seketika. 

Sampai pada saat bayuku lahir, rasa sayangku menjadi berlipat, lebih besar, lebih bahagia. Saya sudah tak peduli jenis kelaminnya. Yang saya tahu, saya hanya sangat menyayanginya, SANGAT sayang sekali.

Saya pun bertekad untuk pastikan semua pikiran negatifku tidak akan muncul kembali. Menyesali dan kecewa dengan jenis kelamin anak. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saya akan memberikan cinta dan kasih sayang terbaik untuknya, memastikan kalau saya akan menjadi orang pertama di saat dan kondisi apa pun. Menjadi cinta pertamanya, menjadi orang yang selalu ada untuknya.

Menjadikan ia anak laki-laki yang selalu mencintai dan memuliakan Ibu dan Bapaknya. Sama tanpa ada perbedaan. Menjadikan ia anak laki-laki bahagia dengan cinta yang tercurah dari kedua orangtuanya.

Teruntuk anakku….

Maafkan Ibu jika ibu pernah tidak sempurna. Percayalah, hadirnya dirimu adalah anugerah terbaik untuk Ibu.

Rasa cinta Ibu untukmu lebih dari apapun. Ibu akan lakukan apapun demi kebahagiaanmu, dan Ibu akan berusaha menjadi Ibu bahagia untuk lebih membahagiakanmu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Semoga Ibu bisa terus menjadi cinta pertamamu, semoga seiring berjalannya waku, saat kamu sudah dewasa, kamu akan tetap bermanja-manja kepada Ibu, layaknya hari ini, saat kamu selalu ingin terlelap dipangkuan ibumu.

Teruntuk anakku, De Alfath Muhammad, Ibu sangat mencintaimu. Selamanya.

 

 

 

Ditulis oleh Ayi Yulianty, VIPP Member theAsianparent ID