Istilah USG sudah sering kali kita dengar. Metode pemeriksaan yang pertama kali muncul di tahun 1960-an ini , banyak digunakan oleh ahli kebidanan guna mendapatkan pencitraan bayi. Dari sinilah biasanya kondisi janin dipantau.
Seiring dengan perkembangan teknologi, alat yang semula hanya menghasilkan pencitraan hitam putih dan tak bergerak (2D), kini berkembang menjadi dimensi gambar yang utuh (USG 3D) bahkan bergerak (USG 4D).
Nah, apa kelebihan dan kekurangan dari masing-masing jenis USG tersebut, serta kapan kita membutuhkannya? Berikut rangkumannya untuk Parents.
3 Jenis USG dan Kegunaannya yang Harus Bunda Ketahui
1. USG 2 Dimensi
Secara umum, jenis USG inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia saat ini. Sesuai dengan namanya, gambar yang dihasilkan hanyalah gambar datar, dan biasanya berwarna hitam putih.
Meskipun hanya dalam bentuk gambar 2 dimensi, ukuran bayi, jumlah air ketuban, dan kelainan fisik seperti ukuran kepala yang besar, sudah dapat dideteksi. Alat USG 2D dengan resolusi gambar yang bagus, mampu melihat kelainan fisik hingga 80%.
Jadi, bila memang kondisi janin normal dan tidak ada kemungkinan janin mengalami kelainan organ dalam, maka USG 2D sudah cukup untuk Parents.
Kelebihan lain dari jenis USG 2D adalah biaya lebih murah dan lebih mudah serta cepat dalam penggunaannya.
2. USG 3 Dimensi
Dengan USG 3D gambaran lebih detail tentang kondisi janin dapat kita lihat dengan jelas. Sebaiknya, jenis USG ini dilakukan atas saran dokter yaitu bila ada dugaan kelainan yang terjadi terhadap janin.
Teknologi ini mampu melihat pertumbuhan janin sampai ke organ dalam. Misalkan kondisi tulang belakang yang bengkok, tumor, lilitan tali pusat dan sebagainya.
Tindakan terhadap janin dan ibu seperti Hidroturbasi, juga menggunakan teknologi 3D ini. Kelebihan-kelebihan inilah yang membuat USG 3D penting sebagai tindakan dini terhadap penyimpangan yang mungkin terjadi pada ibu dan janin.
3. USG 4 Dimensi
Teknologi 3D dirasa belum cukup, karena tidak dapat merekam gerak janin secara real time. Kondisi ini dibutuhkan saat dokter ingin mengamati perilaku janin (fetal behavior) lebih jauh.
Selain itu, ketika kondisi ibu termasuk beresiko dan ada kemungkinan penyimpangan kondisi janin normal, tindakan ini seringkali disarankan oleh dokter.
Ibu hamil di atas 35 tahun, pernah melahirkan bayi dengan cacat bawaan, memiliki latar belakang keluarga dengan cacat bawaan, ibu dengan penyakit diabetes, serta adanya pengalaman terpapar obat-obatan kimia atau sinar rontgen adalah beberapa hal yang bisa menjadi penyebab ibu membutuhkan teknologi USG 4D.
Memang selain alasan medis, banyak orang melakukan USG ini sebagai pembangun bonding antara janin dan anggota keluarga lainnya. Namun alangkah lebih baik jika ini dilakukan lebih karena alasan medis.
Selain mahal, USG 4D membutuhkan waktu yang lama dalam pengambilan gambarnya. Sampai saat ini pun tidak semua rumah sakit menyediakan layanan ini.
Apapun alasan Parents untuk melakukan USG 4D atau jenis yang lain, pastikan, tindakan tersebut dilakukan oleh orang yang memiliki kualifikasi pada bidang tersebut.
Untuk melihat video perbedaan masing-masing USG, klik di sini.
Jadi, menurut Parents, mana USG yang paling tepat untuk si Kecil?
***
Referensi: Web MD, Baby Center, Wikipedia dan sumber lain
Baca juga:
Kesalahan yang Dapat Terjadi pada Hasil USG
Perkembangan Janin dari Minggu ke Minggu
Video Lucu : Janinku Tiba-tiba Kembar!