Bagi sebagian Bunda, mungkin tak asing jika mendengar tentang Jaundice pada bayi. Penyakit kuning atau jaundice merupakan masalah umum yang banyak dialami bayi yang baru lahir. Anda mungkin pun pernah membaca tentang hal ini saat hamil.
Jaundice pada bayi ini berdampak pada 60 persen bayi cukup bulan dan sekitar 80 persen dialami bayi prematur satu minggu setelah lahir.
Singkatnya, kondisi ini mengubah kulit bayi menjadi kuning, yang disebabkan oleh tingkat bilirubin yang tinggi. Pigmen kuning tersebut dihasilkan oleh gangguan sel darah merah. Organ hati kemudian akan memproses bilirubin.
Namun, karena organ hati bayi yang baru berkembang masih tidak dapat memprosesnya dengan baik, terkadang akan terjadi jaundice.
Meskipun kondisi penyakit kuning biasanya tidak perlu dikhawatirkan, beberapa bayi memang membutuhkan perhatian khusus untuk mengatasinya.
Sebuah penelitian tentang penyebab penyakit kuning pada bayi baru lahir membuat penemuan baru yang mengejutkan tentang penyebab kondisi ini.
Jaundice pada bayi merupakan ‘perlindungan’ bagi newborn?
Sebuah studi baru yang diterbitkan di Nature mengklaim bahwa jaundice dapat melindungi bayi yang baru lahir dari kondisi mengancam jiwa, yang disebut sepsis. Sepsis dapat terjadi jika bakteri berbahaya menyerang luka terbuka. Hal tersebut bisa sagat berakibat fatal bagi bayi baru lahir atau bayi prematur.
Tanda bahwa jaundice dapat melindungi bayi dari sepsis berawal pada tahun 2009 lalu, ketika para ilmuwan menemukan bahwa bilirubin bisa menunda pertumbuhan bakteri yang biasa menyebabkan sepsis pada bayi.
Setelah penelitian dilakukan lebih lanjut, para ilmuwan yang sama menemukan penemuan yang menarik. Mereka menemukan bahwa konsentrasi bilirubin yang sedang dapat menurunkan pertumbuhan bakteri, penyebab sepsis hingga sepertiganya.
Penelitian masih perlu dipelajari lagi
Bisa dikatakan, studi ini menemukan tentang penyebab sekaligus tujuan terjadinya penyakit kuning atau jaundice pada bayi.
Jika kita bandingkan antara jaundice pada bayi dan sepsis, sudah pasti sepsis dianggap lebih membahayakan bagi bayi.
Penelitian tentang masalah ini pun masih harus dipelajari lebih lanjut apakah memungkinkan para profesional medis untuk memutuskan apakah perlu atau tidak meningkatkan patokan bilirubin normal untuk bayi yang berisiko sepsis, seperti bayi prematur.
Namun, ada baiknya bagi orangtua tetap mempelajari tentang penyakit dan penyebab jaundice pada bayi yang baru lahir, serta kapan harus merasa khawatir.
Penyebab jaundice pada bayi baru lahir
Seperti yang disebutkan sebelumnya, penyakit kuning atau jaundice adalah suatu kondisi ketika kulit menjadi kuning karena kadar bilirubin yang tidak efektif pada bayi baru lahir.
Bagi orang dewasa, akumulasi kadar bilirubin merupakan peringatan bagi sistem organ hati yang tidak berfungsi dengan benar. Hal tersebut bisa juga menandakan suatu kondisi, seperti hepatitis dan sirosis alkoholik.
Namun, bayi baru lahir yang mengalami jaundice memiliki penyebab berbeda.
Bayi mengalami konversi dari janin menjadi darah dewasa. Karena mereka memiliki terlalu banyak oksigen yang membawa sel-sel darah merah, banyak dari bagian ini yang akan dipecah menjadi bilirubin.
Tidak seperti orang dewasa, organ hati pada bayi belum cukup berkembang untuk memproses bilirubin dalam jumlah yang besar, yang dilepaskan ketika sel-sel darah merah tua dipecah. Itulah proses bagaimana penyakit kuning terjadi.
Sebagian besar risiko berasal dari terlalu banyak bilirubin di dalam darah dalam jangka waktu yang lama.
Seiring waktu, bilirubin dapat melintasi batas darah ke otak, dan terakumulasi jauh di otak. Jika tidak diobati, akumulasi bilirubin ini pada akhirnya dapat memengaruhi perkembangan dan kondisi otak saat bayi tumbuh.
Artikel terkait: Saat bayi kuning, perlukah Bunda khawatir? Ini penjelasannya
Perawatan jaundice pada bayi
Saat ini, para medis mengobati bilirubin yang berlebihan dengan cahaya. Lampu fototerapi berwarna biru dan putih diketahui mampu membantu bayi dalam mengubah bilirubin mereka. Lampu mampu membantu kerja hati saat bayi masih berkembang, tetapi sifatnya non-invasif, mudah dan nyaman digunakan.
Lampu neon khusus dari lampu fototerapi membuat cahayanya lebih mudah diserap ke dalam kulit, sehingga membantu tubuh memecah bilirubin dalam darah.
Begitu bilirubin dipecah, ia akan melewati sistem ekskretoris. Proses ini akan membuat feses bayi Anda kehijauan, serta gerakan usus akan lebih sering.
Jika bayi Anda menerima fototerapi, perhatikan hal-hal berikut:
- Selalu konsultasikan dengan dokter untuk memeriksakan kondisi kesehatan bayi Anda. Dokter juga akan menentukan lamanya waktu perawatan.
- Bayi bisa mengalami dehidrasi karena sering buang air besar, jadi tingkatkan asupan cairan bayi Anda. Jika Anda menyusui, tambah frekuensi Anda menyusui.
Kapan harus khawatir?
Mengingat jaundice merupakan hal yang masih dianggap wajar saat kelahiran, perlu diketahui kapan bayi Anda benar-benar membutuhkan perhatian medis secara intensif. Segera bawa bayi Anda ke dokter anak, jika:
- Kulit bayi menjadi lebih kuning dari sebelumnya dan warnanya menyebar ke perut, lengan dan kaki.
- Mata menjadi kuning.
- Bayi tampak lelah, sakit, dan lesu.
- Nafsu makan bayi menurun, bayi susah makan dan berat badannya tidak bertambah.
- Bayi menangis dengan nada tinggi dan tidak berhenti.
- Bayi menampakkan gejala tak biasa yang Anda curigai.
Bayi kuning memang seringkali dianggap normal, tetapi bisa berkembang menjadi berisiko pada beberapa bayi. Karenanya, kunjungi dokter segera sebelum terlambat jika bayi mengalami hal-hal di atas.
Dilansir dari artikel Kevin Wijaya Oey di theAsianparent Singapura
Baca juga:
Hati-hati beri obat untuk bayi kuning, ibu ini beri peringatan