Akhir-akhir ini memang sulit membesarkan anak-anak: tinggal beda kota dari orangtua kita sehingga tidak bisa menitipkan cucu pada kakek neneknya, sulit mencari pengasuh yang dapat dipercaya, atau tidak ada daycare yang cukup baik dengan harga sesuai kantong. Faktor itulah yang membuat banyak Bunda tertarik alih profesi dari kerja kantoran jadi ibu rumah tangga.
Bagi beberapa wanita, menjadi ibu rumah tangga adalah pilihan yang sadar dan sengaja dilakukan karena mereka percaya itu hal terbaik yang bisa diberikan untuk anak-anak.
Namun, bagi sebagian wanita lainnya, memilih jadi ibu rumah tangga bukan perkara mudah, malah menjadi sebuah kondisi yang terpaksa di lakukan.
Pertimbangan jadi ibu rumah tangga
Apapun alasannya, berhenti sejenak sebelum Bunda menyodorkan surat pengunduran diri pada atasan. Para ahli mengingatkan bahwa ada satu hal serius yang harus Bunda pertimbangkan yaitu identitas Anda.
Sebelum jadi ibu rumah tangga, Bunda perlu memikirkan dengan hati-hati tentang apa yang Anda inginkan untuk diri sendiri dalam 5 – 10 tahun ke depan. Terlepas dari peran sebagai seorang ibu, tentu Bunda memiliki mimpi dan cita-cita sendiri.
Biasanya saat sudah menjadi seorang istri dan ibu, wanita merasa tidak perlu lagi memikirkan mimpi dan cita-citanya. Buat wanita, yang paling penting adalah kebahagiaan keluarganya.
Terkadang, keputusan seorang wanita untuk bekerja, lebih karena ingin membantu keuangan keluarga. Kemudian, keputusan menjadi ibu rumah tangga juga karena ingin fokus mengurus anak-anak.
Tidak ada yang salah dengan itu semua. Hanya, penting juga mempertimbangkan dampak mental menjadi seorang ibu rumah tangga setelah sebelumnya seorang ibu terbiasa bekerja.
Dampak mental jadi ibu rumah tangga
Para ahli mengatakan bahwa ibu rumah tangga bagaikan pahlawan super. Mereka menguasai segala jenis pekerjaan, multitasking, dan sanggup menyelesaikan semuanya.
Tidak ada yang paham bagaimana seorang ibu rumah tangga bisa begitu bertenaga padahal jam tidurnya sangat sedikit.
Namun, bagi sebagian ibu bekerja yang alih profesi jadi ibu rumah tangga, terkadang mereka merindukan saat-saat memiliki gaji. Jangan salah paham, mereka menikmati waktu bersama anak-anak di rumah, tetapi ketika seorang wanita mempunyai penghasilan sendiri dari bekerja, ia merasa berdaya.
Selain itu, para ibu yang memutuskan menjadi ibu rumah tangga ini juga merindukan masa-masa di mana ia mendapatkan stimulasi intelektual dari pekerjaannya. Belum lagi sosialisasi dengan orang dewasa yaitu atasan dan rekan kerja.
Curhatan seorang ibu yang banting setir jadi ibu rumah tangga
Berikut ini curhatan seorang ibu yang meninggalkan pekerjaan bergaji tinggi demi mengurus tiga orang anaknya.
“Banyak teman saya yang mengatakan bahwa mereka iri dengan kehidupan saya yang tampaknya sempurna. Saya memilih menjadi seorang ibu rumah tangga karena saya pikir tidak ada orang lain yang dapat membesarkan anak-anak saya sesuai apa yang saya inginkan. Saya tidak bisa berkompromi dengan harapan saya. Saya tidak bisa menggantungkan harapan itu dengan mengandalkan pengasuh, daycare, atau bahkan Kakek dan Neneknya. Tapi tidak selamanya segala hal berjalan mulus. Terkadang saya memikirkan bagaimana anak-anak saya akan memandang saya. Saya merasa menjadi sosok wanita yang tak punya kekuatan karena tidak mendapatkan penghasilan.
Artikel terkait: Emansipasi Wanita dari Kacamata Seorang Ibu Rumah Tangga
Peran saya jadi terbatas pada rumah, dapur, dan sekolah anak-anak. Ya, saya tahu anak-anak tetap mencintai saya dan berterima kasih atas semua hal yang sudah saya lakukan untuk mereka. Namun, saya sering bertanya-tanya dalam hati apakah mereka pernah membandingkan saya dengan tetangga sebelah yang merupakan seorang ibu pengacara. Atau apakah mereka akan memandang saya berbeda setelah melihat ibu ahli bedah yang tiap pagi mengantar teman sekelasnya ke sekolah dengan menggunakan mobil keren. Anda tahu, saya selalu khawatir memikirkan tanggapan mereka saat melihat gambar profesi yang ditempelkan di tembok ruang kelasnya…”
Ibu ini juga menceritakan untuk menyeimbangkan rutinitasnya yang baru sebagai seorang ibu rumah tangga, ia mengikuti beberapa kursus dan terjun ke bisnis yang bisa ia kerjakan dari rumah. Ia juga berusaha menjalin komunikasi dan membangun jaringan dengan banyak orang.
Hal inilah yang pada akhirnya memberi kepuasan karena ia dapat berkontribusi juga membantu keuangan keluarga.
Tetaplah jadi diri sendiri
Menjadi seorang ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang harus siaga selama 24 jam. Bahkan untuk sekedar mengeringkan rambut dengan hair dryer setelah keramas merupakan sebuah kemewahan yang langka.
Namun, para ahli menganjurkan agar Bunda tetap memiliki sesuatu untuk diri sendiri. Bila Anda seorang ibu rumah tangga, tidak ada yang lebih baik dari multitasking namun tetap fleksibel dengan urusan waktu sehingga Bunda tetap bisa menyelipkan kegiatan untuk diri sendiri di sela-sela kesibukan mengurus rumah.
Bergabunglah dengan komunitas atau grup sesuai hobi atau minat Bunda, cobalah mendaftarkan diri menjadi relawan, atau carilah pekerjaan yang bisa dikerjakan dari rumah. Poin pentingnya adalah Bunda menciptakan kesempatan untuk mengembangkan diri dan mendapat feedback positif atas apa yang Anda lakukan.
Seiring bertambahnya usia anak, mereka menjadi lebih mandiri sehingga Bunda punya waktu luang lebih banyak. Bunda pun bisa menikmati waktu dengan melakukan perawatan, misalnya berolahraga, meditasi, ke salon atau spa.
Ingat, Bunda membutuhkan kesehatan mental dan kebahagiaan sama seperti anak-anak membutuhkan kehadiran ibunya!
Bila Bunda berencana akan menjadi ibu rumah tangga hanya untuk sementara waktu dan akan kembali bekerja saat anak-anak sudah mandiri, Bunda perlu tetap meng-update diri dengan segala hal yang terkait pekerjaan Anda. Tak akan ada yang melihat CV dan surat lamaran pekerjaan Anda jika Bunda tidak pernah memperbarui peluang. tersebut.
Ikuti kursus, cari pekerjaan freelance, jalin hubungan baik dengan mantan atasan maupun rekan kerja, atau tetap berkomunikasi dengan siapa saja yang bisa memberi referensi pekerjaan. Menjadi volunteer juga merupakan poin menarik untuk dituliskan di CV Anda.
Apapun keputusan yang Bunda ambil, entah tetap bekerja atau jadi ibu rumah tangga, yang terpenting adalah memikirkan dampak mental bagi diri Anda sendiri. Ibu yang bahagia akan membuat keluarga juga bahagia.
Semoga artikel ini bermanfaat.
Referensi: Popsugar
Baca juga:
Curhatan Ibu Bekerja yang Banting Setir Jadi Ibu Rumah Tangga