Suara Hati Istri "Dear Suami, aku butuh bantuanmu lebih banyak..."

Seorang istri membuat surat terbuka untuk suaminya, bahwa ia membutuhkan bantuan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Istri minta bantuan suami

Membangun rumah tangga diperlukan kerjasama suami dan istri, termasuk dalam mengerjakan pekerjaan rumah maupun mengurus anak. Namun masih banyak suami yang menganggap bahwa urusan rumah tangga sepenuhnya diberikan pada istri karena dirinya hanya bertugas mencari nafkah.

Merasa kelelahan dengan semua ini, seorang ibu menulis surat terbuka untuk suaminya. Surat ini dalam sekejap menjadi viral karena menyuarakan apa yang para istri inginkan.

Celeste Erlach, ibu dari satu balita dan satu bayi, membagikan surat istri minta bantuan suami di laman Breastfeeding Mama Talk.

Surat terbuka istri minta bantuan suami

Dear Suami, Aku. Butuh. Bantuan. Lebih. Banyak. Tadi malam rasanya mungkin sulit bagimu. Aku memintamu untuk mengawasi bayi kita sehingga aku bisa tidur lebih awal. Lalu, bayi kita menangis. Meraung-raung. Aku bisa mendengarnya dari lantai atas. Mendengar suara tangisan membuatku cemas, bertanya-tanya apakah aku harus turun dan menenangkan bayi kita atau membiarkan pintu kamar tetap tertutup agar aku bisa tidur nyenyak. Aku memilih yang terakhir. Kamu masuk kamar 20 menit kemudian, bersama bayi yang masih menangis dengan panik. Kamu meletakkan bayi di boks-nya dan dengan perlahan mendorong boks bayi mengarah lebih dekat dengan sisi tempat tidurku, sebuah isyarat yang cukup jelas bahwa kamu menyerah mengawasinya. Rasanya aku ingin berteriak padamu. Aku ingin mengajakmu ribut.  Aku telah mengurus bayi dan balita kita sepanjang hari. Aku juga akan terbangun tengah malam untuk menyusuinya. Setidaknya, kamu bisa menggendongnya selama beberapa jam di malam hari supaya aku bisa tidur sebentar. Hanya beberapa jam untuk tidur dengan tenang. Apakah aku meminta terlalu banyak? Aku tahu kami tumbuh dengan menyaksikan bagaimana orangtua kami masing-masing menjalankan peran sebagai suami istri pada umumnya. Kedua ibu kami adalah pengasuh utama dan ayah kami relatif tak pernah membantu. Mereka adalah ayah yang hebat, tetapi mereka tidak diharapkan menghabiskan banyak waktu untuk mengganti popok, memberi makan, merawat, dan menjaga anak-anak. Ibu kami adalah wanita super yang mempertahankan dinamika keluarga: memasak, membersihkan rumah, dan membesarkan anak-anak. Setiap bantuan dari ayah selalu diterima ibu, tetapi tidak terduga.

Mungkin kita hanya mencontoh apa yang orangtua kita lakukan

Aku melihat kita makin hari makin mirip dengan contoh keluarga yang seperti ini. Bahwa tanggung jawabku adalah menyiapkan makanan untuk keluarga, menjaga kebersihan rumah, dan mengurus anak-anak, bahkan ketika aku sendiri juga punya pekerjaan.  Ini tak sepenuhnya salahmu, ada andil kesalahanku juga. Aku bilang bahwa aku sanggup mengerjakan semua hal itu dan sebenarnya aku menginginkannya. Jangan tersinggung, tapi rasanya aku tidak ingin tahu apa menu makan malam keluarga kita kalau kamu yang memasak. Aku juga melihat hal ini terjadi pada keluarga lain dan ibu-ibu melakukan semua pekerjaannya dengan baik. Jika ibu-ibu lain, termasuk ibuku dan ibumu bisa mengurus rumah dengan baik, mengapa aku tidak? Aku tak tahu. Mungkin teman-teman kita hanya berpura-pura saja kalau di depan umum, padahal diam-diam mereka juga menjalani perjuangan berat dalam mengurus rumah dan anak. Mungkin sebenarnya ibuku dan ibumu menderita namun tetap diam selama bertahun-tahun hingga sekarang, 30 tahun kemudian, mereka tak lagi ingat betapa sulitnya menjalani semua peran itu. Atau mungkin, aku hanya tidak memenuhi syarat untuk menjadi istri dan ibu yang baik seperti orang lain. Dan semakin aku pikirkan, semakin aku butuh bantuan lebih banyak.

Tak ada yang salah jika istri minta bantuan suami

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

 

Sebagian dari diriku merasa gagal ketika istri minta bantuan suami. Apalagi kamu sebenarnya sudah membantuku.  Kamu adalah ayah yang luar biasa, dan aku yakin kamu juga bisa mengawasi anak-anak. Harusnya ini semua jadi mudah untukku. Tapi aku juga manusia biasa, dan aku juga butuh setidaknya lima jam untuk tidur. Aku merasa kelelahan. Aku membutuhkanmu, Suami. Saat pagi hari, aku membutuhkan bantuanmu untuk menyiapkan kebutuhan balita kita supaya aku bisa mengurus si bayi sambil menyiapkan sarapan serta bekal makan siang untuk kita semua. Dan menyiapkan balita bukan berarti menyuruhnya nonton TV. Menyiapkan balita berarti memandikannya, memberinya sarapan, menanyakan apakah ia butuh minum lagi, dan mengemas tas sekolahnya.  Ketika malam hari, aku butuh satu jam saja untuk rebahan ketika si balita sudah tidur di kamarnya dan si bayi aman bersamamu. Aku tahu tidak mudah ketika bayi kita mulai menangis. Percayalah, aku mengerti rasanya. Tapi jika aku bisa mengawasi dan menenangkan bayi sepanjang hari, kamu juga pasti bisa melakukannya selama satu atau dua jam di malam hari.  Tolong. Aku membutuhkan bantuanmu. Saat akhir pekan, aku butuh lebih banyak istirahat. Aku ingin merasakan me-time dengan pergi ke luar rumah sendirian, bahkan jika hanya berjalan beberapa meter ke minimarket terdekat. Atau ketika aku menjadwalkan ikut kursus renang dan bertemu teman, rasanya aku bisa mengendalikan mood-ku. Aku ingin kamu menawarkan bantuan padaku. Atau menyarankanku untuk berbaring sejenak ketika anak-anak tidur siang. Atau membawa piring ke dapur tanpa kusuruh.  Aku membutuhkanmu.

Artikel terkait: Pengalaman ayah yang mengurus rumah dan anak-anak saat istri keluar kota

Karena ibu juga adalah manusia biasa

Terakhir, aku ingin mendengar kamu berterima kasih untuk semua hal yang telah kulakukan. Aku ingin kamu memperhatikan bahwa aku telah menyelesaikan tumpukan cucian dan menyiapkan makan malam yang istimewa. Aku ingin kamu menghargaiku yang telah menyusui setiap saat dan selalu memompa ASI ketika sedang bekerja. Aku harap kamu sadar bahwa aku tak pernah memintamu tetap tinggal di rumah ketika kamu ingin menghadari acara bersama teman-teman atau berolahraga.  Sebagai ibu, aku diharapkan akan berada di rumah sepanjang waktu dan menjaga anak-anak saat kamu keluar rumah. Dan aku melakukannya dengan baik. Aku tahu orangtua kita tidak mencontohkan bahwa suami harus membantu istri di rumah, dan aku tidak suka meminta bantuan darimu. Aku berharap aku bisa melakukan semuanya dengan mudah. Aku berharap aku tidak membutuhkan pujian atas apa yang dilakukan oleh para ibu. Tapi aku mengibarkan bendera putih dan mengakui bahwa aku juga manusia biasa. Aku ingin kamu tahu betapa aku membutuhkan bantuanmu. Jika aku terus-menerus melakukannya sendirian, lama-lama aku akan hancur. Dan tentu saja itu akan menyakitimu, menyakiti anak-anak, dan menyakiti keluarga kita. Karena aku tahu: Kamu juga pasti membutuhkanku.

Siapa yang mengangguk-anggukan kepala tanda setuju ketika membaca surat istri minta bantuan suami? Ternyata suara hati kita semua sama, ya, Bun!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Jangan lupa tunjukkan artikel ini ke si Ayah agar ia sadar bahwa istri minta bantuan suami dalam mengurus rumah tangga.

 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Baca juga:

id.theasianparent.com/jangan-salahkan-istri-atas-rumah-yang-selalu-tampak-berantakan