Kita masih marah terhadap kasus pedofilia dan pornografi anak yang beberapa hari kemarin sempat menghebohkan jagad maya. Kini saatnya berhati-hati agar anak kita tidak jadi korban selanjutnya dari para predator seksual. (Baca: Berkat kerjasama orangtua di Facebook, polisi berhasil ungkap jaringa pedofilia online).
Mengunggah foto anak di media sosial memang sangat menyenanglan. Karena ada keluarga maupun kerabat kita yang memang menantikan tahapan perkembangan anak yang hanya bisa mereka pantau lewat media sosial.
Sayangnya, media sosial bukanlah tempat yang aman. Kendati kita sudah merasa bahwa hanya ada teman-teman dan saudara kita saja di Facebook, bahaya tetap mengancam anak kita.
Apalagi kita tak akan pernah tahu ada apa di balik identitas asli seseorang karena predator seksual di sekitar kita selalu beroperasi dengan rapi dengan berkedok sebagai orang-orang yang sayang pada anak-anak.
Adanya predator seksual yang mencari anak-anak sebagai korban di dunia maya dan dunia nyata membuat kita serba takut dalam melakukan apapun. Namun, sebelum ketakutan kita memenjarakan kebebasan bermedia sosial, kenali beberapa prinsip yang membuat seorang predator seksual memburu foto anak-anak kita ini.
Berikut jenis foto yang berpotensi disukai oleh para predator seksual:
1. Memperlihatkan dengan jelas bahwa anak tidak berpakaian
Foto anak saat mandi memang lucu. Biasanya, untuk kehati-hatian, orangtua akan menutupi bagian kemaluan dari anak agar dirasa aman dari incaran predator seksual. Padahal, jika Anda bisa mengeditnya dari telanjang jadi tertutup, maka orang lain pun bisa mengeditnya ulang jadi telanjang agar nilai foto yang akan mereka jual di forum pedofil makin bertambah.
Atau saat anak berada di pantai maupun kolam renang, kadang orangtua tak sadar jika ada seseorang yang memotret anak kita untuk keperluan yang sangat jahat. Kemudian, hasil foto itu ia jual di forum online pedofilia tanpa seorang pun dari anggota keluarga Anda yang tahu,
2. Memperlihatkan ketelanjangan tersirat
Para predator seksual bisa mengedit foto setengah telanjang anak dengan menjadikannya seolah sedang melakukan aktivitas seksual tertentu. Atau sekedar mengubah foto itu menjadi “meme” khas yang biasa beredar di kalangan para pedofil.
3. Anak artis atau anak yang terkenal di media sosial
Seperti halnya orang biasa yang sering mengidolakan artis tertentu, komunitas predator seksual pun memiliki kecenderungan itu. Apalagi jika orangtua si anak dengan senang hati terus menerus membagikan foto anaknya dalam berbagai gaya.
Sebenarnya mengunduh foto anak adalah hal yang sangat normal. Hanya saja di luar sana, kita tak akan tahu foto anak kita akan berakhir di tangan siapa nantinya dan untuk keperluan apa.
Demi mewaspadainya, kita perlu lebih berhati-hati lagi dalam menyebarkan foto anak. Dalam hal ini, negatif thinking adalah hal yang baik agar lebih dapat melindungi anak.
Jenis foto yang sering dicari oleh predator seksual
1. Pose ‘duck face’
Pose yang sempat populer ini ternyata juga jadi hal yang cukup populer di kalangan pedofil untuk dikoleksi. Jika Anda memiliki foto anak dengan pose seperti itu di album foto media sosial, maka sebaiknya hapus fotonya mulai dari sekarang.
2. Foto dengan baju renang
Bagi orang pada umumnya, melihat anak dalam baju renang adalah sesuatu yang lucu. Namun, itu adalah ‘tangkapan besar’ bagi para predator yang dapat mereka koleksi untuk jadi bagian dari fantasi seksual mereka.
3. Foto ‘lucu’ dengan banyak likes
Predator seksual tak segan untuk membayar foto yang sesuai dengan seleranya. Jika ia tak mendapatkan akses ke foto lucu tersebut karena tidak berteman, maka ia tak akan keberatan untuk mengupah orang yang bisa mengakses foto tersebut dan menyimpannya sebagai koleksi pribadi.
Apa yang harus kita lakukan?
Tanyakan beberapa hal ini pada diri kita sendiri sebelum memutuskan untuk mengunggah foto anak di media sosial:
1. Adakah ruang kosong di dalam foto tersebut?
Apakah di dalam foto tersebut ada ruang kosong yang tersisa di dalam sebingkai foto anak sehingga memungkinkan adanya foto orang dewasa yang dapat ditempelkan ke foto anak kita tersebut?
2. Apakah anak sudah berpakaian dengan benar?
Jika anak sudah berpakaian dengan benar, tanyakan diri Anda sendiri apakah pakaian yang dikenakan oleh anak akan dapat diedit macam-macam oleh orang lain?
3. Apakah akun media sosial Anda menggunakan pengaturan publik?
Jika siapa saja dapat melihat profil media sosial Anda, bahkan mereka yang tidak Anda kenali, maka besar kemungkinan Anda memberi kesempatan pada predator seksual untuk bertindak jahat.
Usahakan selalu memerhatikan settingan privacy Anda sebelum mengunggah foto anak. Jika tujuan posting foto adalah untuk mengabarkan pada keluarga tentang perkembangan anak, maka Anda cukup menaruhnya di grup keluarga.
4. Sudahkah Anda menggunakan watermark?
Watermark atau tanda air adalah sebuah tanda yang biasa berada di dalam foto seseorang atau sebuah produk untuk mencegahnya dari pencurian foto dan agar lebih sulit untuk diedit.
5. Sudahkah Anda mematikan GPS di kamera Anda?
Jangan sampai, GPS Anda membawa musibah bagi anak. Usahakan untuk tak pernah memberitahu siapapun di media sosial di mana anak Anda berada. Apalagi jika tempat tersebut adalah lokasi yang biasa dikunjunginya.
6. Apakah orang-orang yang berteman dengan Anda di media sosial cukup menghormati privacy Anda?
Misalnya, Anda perlu membuat aturan soal tak ada yang boleh memosting foto Anak Anda di media sosial tanpa izin. Tak ada salahnya juga untuk membuat aturan larangan bahwa tak ada seorangpun yang boleh mengunduh foto yang Anda unggah.
Sehingga Anda akan dengan cepat tahu jika ada seseorang yang mengambil foto anak Anda dan mengunggah di tempat yang tidak semestinya
7. Apakah keluarga dan teman Anda setuju dengan aturan yang Anda buat?
Akan sangat penting untuk mendiskusikan apa yang jadi konsen Anda dengan teman dan kerabat soal etika bersosial media. Jika teman Anda merasa bahwa kekhawatiran Anda berlebihan dan tidak penting, maka artinya ia tak peduli pada keselamatan anak Anda dan sebaiknya Anda tak perlu berinteraksi dengannya di mesia sosial.
Selain itu Anda masih harus berhati-hati terutama jika Anda memegang prinsip: Tak ada hal yang aman di internet.
Jika setting privacy Anda sudah benar, siapapun akan dapat membobol akun maupun menyimpan gambar lewat tangkapan layar.
Jika Anda memutuskan untuk membagikan foto lucu Anak, maka baiknya Anda memastikan pose maupun pakaian anak sudah cukup aman. Karena kita benar-benar tak bisa mengendalikan apapun di internet, meski ponsel ada di genggaman tangan kita.
Referensi: Sweat Depot, The Spruce, Consumer Find Law
Baca juga:
Stop Sebar Foto Korban Kekerasan Seksual dan Pornografi Anak di Media Sosial!