Ilmu pengetahuan dan teknologi memang selalu berkembang. Perkembangan sains ini tentunya tak luput dari kontroversi. Baru-baru ini seorang ilmuwan kontroversial di Cina mengaku berhasil menciptakan bayi pertama di dunia dengan gen yang dimanipulasi.
Ke depannya, prosedur medis yang dilakukan ilmuwan kontroversial ini bisa menjadi ancaman bagi landasan bioetika.
Ayah kedua bayi kembar tersebut mengidap HIV
Ilmuwan kontroversial asal Cina tersebut menyatakan bahwa bayi kembar ciptaannya yang tahan HIV tersebut, merupakan hasil rekayasa genetika.
He Jiankui adalah seorang profesor di universitas Southern University of Science and Technology (SUST) di Shenzhen. Ia mengatakan bahwa DNA dua bayi kembar yang diberi nama “Lulu” dan “Nana” ini diubah melalui metode yang disebut CRISPR.
Menurut keterangan He JiankuiGen, kedua bayi itu melewati “pengeditan” yang mencegah embrio terjangkit HIV. Sebagai informasi, ayah kedua bayi kembar itu mengidap HIV.
Ia menerangkan, orang tua kedua bayi tersebut tidak berniat kalau bayi yang gennya dimanipulasi itu, nantinya menjadi anak-anak yang sesuai dengan keinginan orangtua.
“Orangtua mereka hanya ingin bayinya tidak akan menderita penyakit yang bisa dicegah,”
kata ilmuwan kontroversial tersebut lewat video yang dipublikasikan di YouTube.
He mengakui bahwa pekerjaannya ini sangat kontroversial. Tetapi ia percaya, ada keluarga yang memerlukan teknologi ini, dan ia bersedia menanggung kritik untuk hal tersebut.
Kini universitas SUST telah mengeluarkan pernyataan akan segera memulai investigasi, sambil menyebut prosedur itu “pelanggaran serius terhadap etika dan standar akademik.
SUST juga menambahkan, sejak Februari lalu, He Jiankui sedang berada dalam masa cuti tanpa mendapat gaji.
Sementara itu, pakar biokimia AS Jennifer Doudna, yang menciptakan metode CRISPR mengatakan, jika terbukti, langkah He melanggar cara pendekatan transparan yang disetujui komunitas sains dan melanggar prosedur penggunaannya.
Video tersebut telah menyulut debat sengit soal pengeditan gen. Di Amerika Serikat, prosedur kedokteran itu dibatasi ketat, dan hanya untuk penelitian di laboratorium.
Di Cina, pembuatan klon manusia memang dilarang, tetapi pengeditan gen bukan hal yang terlarang.
Penemuan dari ilmuwan kontroversial ini muncul menjelang konferensi besar tentang pengeditan gen di Hong Kong. Menurut David Baltimore, pakar biologi yang memimpin konferensi internasional tersebut mengungkapkan bahwa konferensi bertujuan untuk memutuskan apa yang mereka anggap benar dan salah.
“Kita belum pernah melakukan sesuatu yang akan mengubah seluruh gen umat manusia, dan kita belum pernah melakukan sesuatu yang berdampak terus ke generasi-generasi berikutnya,” demikian kata Baltimore sebelum konferensi dimulai.
Para ilmuwan belum sepenuhnya tahu dampak jangka panjang dari metode pengeditan DNA ini bagi manusia. Lebih-lebih lagi, perubahan gen dalam sperma, ovum, atau embrio bersifat permanen dan menurun ke generasi selanjutnya.
Menindaklanjuti kasus ini, Pemerintah Cina telah mengumumkan sikapnya pada pada Kamis (29/11/2018) waktu setempat.
Sebagaimana dilansir The Guardian, Wakil Menteri Sains dan Teknologi, Xu Nanping, mereka menyebut jika penelitian itu melanggar hukum.
“Kasus rekayasa genetik yang bahkan sampai dilaporkan terang-terangan oleh media sudah jelas melanggar Undang-Undang serta peraturan yang relevan di Cina. Ini juga telah melanggar garis batas etika yang dianut komunitas akademik,” kata Nanping.
Berdasarkan hal itu, Xu Nanping pun memberi peringatan agar Jiankui segera menghentikan seluruh aktivitas penelitiannya terkait rekayasa DNA. Ia berharap pula para peneliti yang bekerja dengan Jiankui bersedia untuk kooperatif dalam kasus pelanggaran etika ini.
He Jiankui mengejutkan dunia dengan klaim keberhasilannya menciptakan bayi pertama hasil rekayasa DNA. Peneliti itu menciptakan dua bayi kembar sekaligus, yang sama-sama berjenis kelamin perempuan yang diberi nama Lulu dan Nana. Bayi kembar Lulu dan Nana dikembalikan ke rahim ibunya yang bernama Grace.
Jiankui memanfaatkan teknologi CRISPR, sebuah alat yang berfungsi merekayasa DNA. Ia memperbaiki DNA calon janin dengan menghapus portal tempat virus masuk untuk menginfeksi bayi tersebut.
Para peneliti yang bekerja dengan Jiankui terus melakukan pemantauan terhadap kehamilan, bahkan mengecek seluruh genom lagi setelah bayi lahir.
sumber detik.com, The Guardian
baca juga:
Sepasang balita kembar siam yang punya satu hati ini berhasil dipisahkan