Ikhlas untuk Caesar

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Assalamu'alaikum...

Aku adalah seorang ibu baru. Iya benar aku baru menjadi ibu selama 21bulan.

Banyak sekali pembelajaran yag aku terima setiap harinya. Hamil mengandung melahirkan menyusui memberi makan mengasuh merawat serta menemani bayiku bertumbuh kembang.

Fase ini adalah tahap awal kami (aku dan suami) manjadi orang tua. Meskipun kami sudah sering merawat bayi balita bahkan lansia karena memang kami seorang tenaga kesehatan, tetapi kali ini berbeda. Kami akan mulai berstatus sebagai orang tua dari buah hati kami sendiri. Melahirkan, merawat, mengasuh, mendidik serta membersamainya hingga tumbuh dewasa kelak.

Pagi itu Selasa 03 November 2020 aku mulai merasakan ketidak nyamanan pada perutku dan mulai muncul bercak lencir bercampur darah saat aku buang air kecil. Aku memang sedang mengandung dan besok Rabu 04 November 2020 adalah hari perkiraan kelahiran bayi kami. Aku pun selalu berkomunikasi dengan Bidan pribadiku.

Aku merasa sudah siap karena insyaallah semua telah aku persiapkan, baik secara mental fisik dan semua kebutuhan untuk persalinan. Suamiku yang masih harus pergi bekerja pun sudah memberikan pesan apabila sudah ada "tanda" segera menghubunginya.

Hingga saat itu pun tiba.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Air ketubanku pecah usai adzan Maghrib berkumandang, bukan sebuah rembesan air namun kali ini benar-benar seperti air deras yang keluar dari tubuhku hingga membanjiri lantai. Saat itu aku sendiri dirumah suamiku masih dikantor, ketika aku mencoba menghubungi ternyata nomor teleponnya tidak aktif.

Aku berjalan perlahan ke kamar mengambil tas persalinanku yang memang sudah aku persiapkan. Kemudian aku berjalan lagi ke arah luar sembari memanggil tetangga disamping rumah. Aku diantar menuju klinik Bidanku, setibanya disana Bidan langsung memeriksa. Saat itu pula air ketuban terus deras keluar, membasahi seprei tempat tidur dikamar rawatku.

Pukul 19:00 baru pembukaan dua dan masih retro, sehingga Bidan memutuskan agar diberikan terapi induksi untuk merangsang kontraksi rahim guna mempercepat proses persalinan. Setiap 15menit sekali Bidan selalu memeriksa serta mengobservasi kondisiku serta janin dalam kandunganku.

Sesaat kemudian suamiku tiba dan segera berdiskusi dengan Bidan serta Dokter spesialis kandungan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Pukul 21:00 ketika dilakukan pemeriksaan DJJ serta gerak janin, ternyata pergerakan janinku melemah, saat itu juga suamiku memutuskan agar segera dibawa ke Rumah sakit.

Kami Tiba di rumah sakit.

Kami (aku dan suami) hanya berdua ditemani oleh Bidanku karena memang kami tinggal jauh dari keluarga besar. Jantungku berdegup begitu kencang, sekujur tubuh serasa membeku, perasaan takut, sedih, bersalah sekaligus bahagia samar-samar.

Padahal sebelumnya dalam benakku hanya tertanam jika aku harus bisa melahirkan secara normal, membayangkan semua persiapan yang telah aku lakukan dan sudah aku siapkan tubuhku ini, namun aku harus ikhlas untuk Caesar.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Aku harus ikhlas untuk Caesar, demi keselamatan bayiku dan diriku.

Pukul 00:20 Rabu 04 November 2020 tangis itu pecah didalam kamar operasi yang sangat dingin.

Bayi laki-laki dengan BB 3150 gram serta panjang badan 49cm itu lahir.

Mulut serta hatiku tidak berhenti mengucapkan rasa bersyukur.

Bayi itu adalah buah hati kami yang sudah mau ikut berjuang bersama kami.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Rasa ingin segera memeluk mencium harum bayiku bergaduhan dalam benak. Namun apa daya aku harus terpisah sementara dari bayi ku, karena dokter menganjurkan agar aku beristirahat usai persalinan.

Barulah keesokan paginya bayi kami di antar oleh erawat.

Iya memang benar proses persalinanku secara Caesar, tapi aku dan suamiku tetap menjadi orang tua. Persalinan Caesar bukan sebuah kegagalan, bukan pula kesalahan, bukan juga sebuah Lebel yang membuatku tidak menjadi seorang ibu.

Kejadian ini adalah kehendak Allah untuk aku dan suamiku. Ini hanya tahap awal untuk aku dan suamiku, karena masih ada serangkaian tugas besar yang akan berdatangan menyambut kami sebagai orang tua.

Untuk kalian calon ibu teruslah belajar dan berkembang karena Bagaimana pun proses persalinan yang kamu jalani, kamu tetap sudah berusaha sebaik mungkin untuk menjadi seorang ibu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Salam kasih untuk semua ibu...

Wassalamu'alaikum...