Menjadi seorang pahlawan bagi orang lain memang tak terbatas pada usia maupun status. Seperti halnya yang belum lama ini terjadi, seorang ibu tewas melawan pelaku serangan gereja di Prancis.
Malangnya, ia harus sampai meregang nyawa karena peristiwa tersebut. Dirinya meninggal dunia dengan luka tusukan di sekujur tubuh. Kematiannya dikenang sebagai kematian seorang pahlawan karena ia bahkan masih sempat berlari ke luar gereja untuk memberitahu orang-orang.
Bagaimana cerita lengkapnya? Simak kronologis kejadiannya berikut ini.
Ibu Tewas Melawan Pelaku Serangan Gereja, Masih Sempat Berlari untuk Beritahu Warga
Simone Barreto Silva (Sumber: The Sun)
Prancis tengah berduka usai adanya serangan terorisme yang dilakukan oleh seorang laki-laki asing. Simone Barreto Silva adalah salah satu korbannya. Ibu tiga anak itu tewas beberapa jam setelah mendapat luka tusukan bertubi-tubi dari pelaku.
Ia ditikam berkali-kali oleh pelaku ketika sedang berdoa di dalam gereja basilika Notre-Dame di Nice, Prancis. Peristiwa yang berlangsung dengan sangat cepat dan tidak terduga itu terjadi pada hari Kamis (29/10/2020).
Sang ibu adalah satu dari tiga korban penusukan, masing-masing yaitu staf laki-laki penjaga kebersihan gereja yang berusia 55 tahun, perempuan paruh baya berusia 60 tahun yang nyaris terpenggal kepalanya, dan Silva yang berusia 44 tahun.
Dalam kondisi terluka parah, Silva ternyata masih bisa keluar menuju kafe yang berada tak jauh dari gereja. Ia berusaha mencari pertolongan sembari memberitahu warga sekitar mengenai peristiwa mengerikan yang baru saja menimpanya.
“Dalam keadaan terluka parah, dia berhasil keluar mencari pertolongan dan memberi tahu apa yang terjadi hingga polisi datang,” kata adik kandungnya, Solange Barreto seperti dikutip dari The Sun, Sabtu (31/10/2020).
Sang Ibu Diikenang sebagai Ksatria
Solange diam-diam merasa bangga dengan kakaknya yang bisa bersikap seperti seorang ksatria. Andai Silva tak keluar gereja, peristiwa tersebut bisa berubah menjadi lebih buruk. Namun, dirinya berhasil mencegahnya.
“Dengan kebaikan hatinya, dia mencegah sebuah tragedi yang bisa saja berlangsung lebih buruk,” lanjut Solange.
Bukan hanya Solange, seorang pastor yang mengenal keluarga Silva juga menganggap tindakan ibu 3 orang anak itu sebagai tindakan seorang ksatria.
“Dia adalah petarung. Dia mati sebagai ksatria,” kata Anderson Argolo, pastor yang mengenal keluarga Silva seperti dikutip dari surat kabar Folha de Sao Paulo.
Silva tewas setelah berjuang menahan rasa sakit selama 1,5 jam pasca penusukan. Nyawanya tak berhasil diselamatkan meskipun tim medis telah berusaha sekuat tenaga.
Brahim Jelloule, pemilik kafe dekat gereja mengatakan, Silva berlari menyeberang jalan dalam keadaan penuh darah. Pegawai kafe dan saudaranya kemudian menolongnya.
Mereka bahkan sempat mengejar pelaku ke dalam gereja namun terpaksa mundur karena pelaku masih membawa senjata tajam.
“Mereka pergi ke dalam (gereja) tanpa tahu apa pun. Dia kemudian memberi tahu ada pria bersenjata yang berada di dalam gereja,” kata Jelloule.
Teror Serangan di Prancis Buntut dari Pernyataan Presiden Emmanuel Macron?
Presiden Emmanuel Macron (Sumber: AP/Eric Gaillard)
Hingga kini, polisi masih belum merilis motif penyerangan yang dilakukan oleh pemuda Tunisia bernama Brahim Aioussaoi itu. Aioussaoi yang masih berusia 21 tahun tiba di Prancis awal Oktober setelah sebelumnya sempat singgah di Italia.
Dikutip dari BBC, menurut jaksa penuntut antiterorisme yakni Jean-François Ricard mengatakan, polisi menemukan 3 buah pisau di dalam tas pelaku. Satu di antaranya berukuran 17 cm yang digunakan untuk menusuk para korban. Sementara, dua lainnya tidak terpakai lantaran polisi segera tiba di lokasi kejadian dan menembak pelaku sebanyak 14 kali.
Sementara itu, meski belum ada penjelasan resmi dari pihak berwajib. Namun, masyarakat menduga bahwa penyerangan tersebut berhubungan dengan pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Marcon.
Sebelumnya, Presiden Macron sempat dinilai mendukung publikasi karikatur kartun Nabi Muhammad SAW. Walikota Nice, Christian Estrosi juga mengatakan bahwa pelaku penyerangan berkali-kali meneriakkan “Allahu Akbar”.
Dikutip dari The New York Times, Macron secara resmi mengatakan bahwa serangan tersebut adalah serangan dari teroris Islam.
“Ini serangan teroris Islam,” ujarnya.
Ia kemudian menaikkan level keamanan di Prancis menjadi waspada teroris dan menurunkan 4000 tentara untuk menjaga sejumlah gereja dan sekolah.
Parents, kita turut berdukacita atas insiden penyerangan yang terjadi di Prancis, ya. Masyarakat berharap agar persoalan ini segera mendapat titik temu dan tidak semakin melebar. Semoga keluarga korban juga diberikan kekuatan untuk menghadapi cobaan ini.
***
Baca juga:
3 Hal yang Harus diajarkan Orangtua pada Anak Dalam Menghadapi Terorisme
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.