Peristiwa tentang ibu yang menjadi donor ASI perah ini sudah terjadi beberapa tahun silam, namun dapat kita ingat kembali untuk kita ambil hikmahnya.
Menjadi donor ASI perah setelah bayi meninggal
Amy Anderson sangat berduka ketika mendapatkan bayinya meninggal di dalam kandungan saat ia hamil 20 minggu. Stillbirth, begitulah istilah kematian bayi dalam kandungan setelah kehamilan berusia 20 minggu atau lebih.
Stillbirth berbeda dengan keguguran, karena keguguran terjadi saat usia kehamilan belum 20 minggu.
Walaupun dokter tidak menganjurkan, ia tetap memompa ASI secara rutin selayaknya ibu yang memiliki bayi. Ia melakukannya untuk mengenang bayinya yang telah meninggal.
ASI perah tersebut ia sumbangkan kepada bayi yang membutuhkan, karena ia tahu manfaat ASI begitu besar bagi pertumbuhan bayi.
Ia meminta waktu untuk memompa ASI di tempat ia bekerja, namun perusahaan tersebut tidak mengijinkan. “Bayimu telah meninggal,” begitu alasannya. Peraturan tentang jam memerah ASI di negaranya tidak berlaku untuk ibu yang bayiya telah meninggal.
Amy lalu berhenti bekerja untuk tetap dapat memompa ASI serta memperjuangkan agar peraturan pemerintah tersebut juga berlaku untuk ibu yang telah kehilangan bayi.
Saat ini, Amy telah menyumbangkan 92 galon ASI perah. Bila dikonversi ke dalam liter, jumlahnya sekitar 348 liter ASI dan disumbangkan ke beberapa bank ASI di 4 provinsi di Amerika Serikat serta Canada.
Jumlah tersebut kira-kira sama dengan ASI yang digunakan pada 30.000 kali menyusui.
Hikmah yang dapat kita petik
Bunda, bersyukurlah kita yang dapat menyusui anak-anak kita. Kita tahu bahwa ASI adalah yang terbaik untuk bayi.
Bila Bunda memiliki kelebihan ASI, tak ada salahnya Bunda menyumbangkannya kepada bayi yang membutuhkan. Tentu saja, Bunda harus memenuhi syarat kesehatan untuk dapat menjadi donor ASI.
Di sisi lain, sangat disayangkan bahwa banyak perusahaan yang tidak mendukung ibu menyusui. Kadang ibu menyusi kesulitan untuk meminta waktu untuk memerah ASI saat di jam kerja.
Masih banyak pula tempat umum yang belum memiliki ruang menyusui, sehingga ibu tidak merasa nyaman bila harus menyusui di tempat umum.
Bunda, semoga berita di atas dapat bermanfaat bagi kita semua.
Baca juga artikel menarik lainnya:
Kanker Payudara Membuat Ibu Menyusui Pertama dan Terakhir Kalinya
Benarkan Kualitas ASI Berkurang Setelah Bayi Berusia 2 Tahun?
Menjadi pendonor ASI merupakan suatu tindakan yang sangat mulia. Hal tersebutlah yang dilakukan oleh seorang ibu yang telah menyumbangkan ASI perah, saat ia mengetahui jika bayi yang dikandungnya telah meninggal di dalam kandungan. Meskipun peristiwa tersebut telah telah terjadi beberapa tahun silam, namun ada beberapa hikmah yang dapat diambil. Yuk simak ulasannya di sini.
Menjadi Pendonor ASI Setelah Sang Bayi meninggal
Perempuan bernama Amy Anderson, sangat berduka ketika mendapat bayinya meninggal di dalam kandungan saat usia janin tersebut memasuki 20 minggu. Istilah kematian bayi dalam kandungan yang telah memasuki masa kehamilan 20 minggu, dinamakan stillbirth. Istilah stilbirth berbeda dengan keguguran, pasalnya keguguran terjadi pada saat usia kehamilan belum memasuki 20 minggu.
Amy pun memutuskan untuk memompa ASI miliknya secara rutin selayaknya ibu yang memiliki seorang bayi, meskipun sang dokter tidak menganjurkannya. Dimana Amy tetap melakukan hal tersebut untuk mengenang bayinya yang telah meninggal. Kemudian ASI tersebut Amy sumbangkan kepada bayi yang membutuhkan, karena ia mengetahui manfaat ASI begitu besar bagi pertumbuhan bayi.
Amy bahkan berhenti bekerja, untuk terus bisa memompa ASInya. Hal tersebut karena, pihak perusahaan tidak memperbolehkan ia untuk memerah ASI sebab anaknya telah meninggal. Jika dihitung, Amy Anderson telah menyumbangkan ASInya sebanyak 92 galon. Dan bila dikonversikan ke dalam liter, maka jumlah ASI tersebut sekitar 348 liter. Dimana ASI tersebut kemudian disumbangkan ke beberapa bank ASI di 4 provinsi yang ada di Amerika Serikat dan juga Kanada.
Hikmah Yang Didapat
Sebagai seorang ibu yang memiliki ASI berlebih, maka tidak ada salahnya untuk menyumbangkannya kepada bayi yang membutuhkan. Tentu saja sebelum itu, ia harus memenuhi syarat kesehatan untuk menjadi donor ASI perah. Di sisi lain, peraturan perusahaan yang tidak memperbolehkan ibu untuk memerah ASInya tentu saja sangat disayangkan.
Peristiwa yang terjadi kepada wanita bernama Amy Anderson tentu saja membuat siapa saja yang mendengarnya menjadi bersimpati. Namun wanita tegar tersebut, dengan mulianya mendonorkan ASInya untuk bayi bayi yang membutuhkan ASI meskipun sang dokter tidak menganjurkannya. Bahkan ia berhenti dari tempat kerjanya untuk bisa tetap memerah ASInya. Semoga ulasan ini dapat menjadi inspirasi ibu di luar sana.