Merupakan sesuatu yang wajar apabila seorang Bunda melahirkan bayi kembar di waktu yang bersamaaan. Namun apa jadinya jika Bunda ternyata hamil 2 kali dalam waktu yang hanya berjarak 10 hari dari kehamilan pertama?
Kira-kira begitulah kisah yang datang dari pasangan Kate dan Peter Hill dilansir dari Popsugar. Pasangan yang telah berusaha untuk punya anak sejak tahun 2006 ini sangat gembira ketika akhirnya terapi hormon yang Kate jalani membuahkan hasil.
Kate sebelumnya didiagnosis mengidap Sindrom ovarium poliklistik (Polycystic ovary syndrome-PCOS).
Sindrom ini merupakan gangguan keseimbangan kadar hormonal, di mana tubuh wanita memproduksi hormon laki-laki (androgen) secara berlebihan. Kondisi inilah yang kemudian mencegah Kate dari proses ovulasi yang kemudian berusaha menjalani terapi hormon.
Artikel terkait: Curhat Fitri Tropica tentang PCOS yang membuatnya susah hamil
Hamil 2 kali dalam rentang waktu 10 hari, ini cerita Kate
Dalam istilah kedokteran, situasi Kate yang seakan mengandung bayi kembar ini disebut dengan superfetasi. Superfetasi sendiri dinilai sebagai fenomena medis yang sangat langka terjadi oleh ibu hamil. Bahkan disebutkan bahwa hanya ada 10 kasus seperti ini yang terjadi di seluruh dunia.
“Aku sudah hamil dan ternyata tiba-tiba tubuhku menghasilkan lagi telur lainnya dengan usia kehamilan yang berbeda,“ ujar Kate yang dilansir dari Today Tonight.
Padahal Kate sendiri mengaku bahwa ia sama sekali tidak melakukan hubungan intim dengan suaminya setelah didiagnosa hamil dari bayi pertama mereka.
“Ini cukup aneh karena aku dan suamiku hanya satu kali melakukan hubungan. Sepertinya sperma dari suamiku bertahan hidup selama 10 hari untuk membuahi telur kedua,” tambahnya.
Umumnya, sebagian besar wanita tidak akan hamil lagi, atau istilahnya ‘berovulasi’ ketika sedang mengandung seorang bayi. Namun inilah yang terjadi pada Charlotte dan Olivia, dua bayi perempuan kesayangan Kate. Keduanya memiliki hari perkiraan lahir (HPL) yang berbeda di mana Charlotte pada 20 Desember 2015, sedangkan Olivia di tanggal 30 Desember 2015.
Tapi kemudian keduanya lahir 2 hari sebelum jadwal proses kelahiran sesar yang telah ditentukan. Masing-masing dari mereka pun memiliki ukuran tubuh, berat badan, hingga golongan darah yang berbeda.
Kejadian fenomenal ini membuat para dokter kandungan tercengang karena jarang mendapatkan kasus seperti ini. Mereka pun seakan tak tahu harus berbuat apa.
“Superfetasi sangat langka terjadi sampai aku saja tidak menemukan referensi literatur dari situs mana pun,” ungkap seorang dokter bernama Brad Armstrong.
Artikel terkait: Divonis tidak bisa punya anak, pejuang kanker serviks berhasil melahirkan bayi kembar
Mengenal lebih jauh tentang superfetasi
Dilansir dari Hello Sehat, superfetasi ialah suatu kondisi langka di mana seorang janin terbentuk di dalam rahim seorang wanita yang tengah mengandung janin lainnya dari hasil pembuahan yang lebih dulu. Artinya, kondisi ini membuat seorang wanita mengandung dua orang (atau lebih) janin yang beda usia.
Meskipun berada di dalam rahim yang sama, tetapi kedua janin ini bukanlah anak kembar. Seperti pada kasus yang dialami oleh Kate di atas. Di mana kedua anaknya memiliki ukuran tubuh, berat badan, hingga golongan darah yang berbeda.
Sebab pada kasus kehamilan kembar, sel telur yang sudah dibuahi oleh sperma akan membelah menjadi dua dan terpusah. Kehamilan kembar juga bisa terjadi bila dua sel telur yang berbeda dibuahi oleh dua sel sperma yang berbeda pula disaat yang bersamaan.
Hal ini berbeda pada kasus superfetasi. Di mana kedua janin berasal dari sel telur dan pembuahan yang berbeda, sehingga usia janin pun akan berbeda.
Superfetasi terjadi ketika seorang wanita yang tengah mengandung mengalami ovulasi. Saat berovulasi, sel telur akan dilepaskan oleh indung telur. Bila sel telur ini bertemu dengan sel sperma, maka sel telur dan sel sperma tersebut akan mengalami pembuahan.
Biasanya, bayi dari kasus kehamilan superfetasi ini memiliki perbedaan usia beberapa hari hingga beberapa minggu.
Hingga sampai saat ini, memang belum ada penelitian atau teori yang dapat memastikan kenapa seorang wanita yang hamil bisa berovulasi lagi. Mereka pun masih terus berusaha memecahkan teka-teki di balik kondisi yang sangat langka ini.