Curhat Bunda: "Ibu Bekerja Bukan Ibu yang Lalai, Kami Berjuang Lebih Keras untuk Anak!"

Pandangan dan informasi yang diceritakan di dalam artikel ini merupakan pendapat penulis dan belum tentu didukung oleh theAsianparent atau afiliasinya. TheAsianparent dan afiliasinya tidak bertanggung jawab atas konten di dalam artikel atau tidak bisa diminta pertanggungjawaban untuk kerusakan langsung atau tidak langsung yang mungkin diakibatkan oleh konten ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Ketika Parents menikah dan memilih untuk menjadi Ibu yang bekerja sebenarnya itu merupakan hal biasa. Karena pasti ada banyak hal yang menjadi latar belakang keputusan tersebut, mulai karir, kondisi keuangan keluarga bahkan untuk menerapkan ilmu yang sudah lama dipelajari. Yang penting, jangan lupa agar ibu bekerja tidak mengabaikan anak. 

Apalagi sekarang sudah banyak suami istri yang sama-sama bekerja setiap harinya. Pasti itu semua dilakukan demi anak dan keluarga tercinta. Namun pasti Parents yang bekerja di luar rumah sering merasakan pergulatan batin ketika menitipkan anak saat mencari nafkah. Seperti cerita Bunda Ronz Villaluz Tomines berikut ini! Yuk disimak cerita Bunda ini!

Ibu Bekerja Bukan Berarti Ibu yang Lalai

Demi keluarga dan anak-anak, saya selalu berusaha melakukan yang terbaik. Saya ingin memenuhi keinginan anak-anak untuk mendapatkan yang terbaik. Selama saya bisa, pasti saya berjuang untuk mewujudkannya.

Saya juga ingin selalu berada di sisi mereka sepanjang waktu, mengajar dan membimbing anak-anak sampai melihat mereka tumbuh dewasa.Tapi ternyata saya tidak bisa dan itu ternyata sangat menyakitkan hati saya yang paling dalam. Namun, saya tahu saya sangat mencintai mereka.

Artikel Terkait : Ibu Rumah Tangga atau Ibu Bekerja, Sudahkah Anda jadi Wanita Bahagia?

Untuk mewujudkan keinginan anak-anak itu, saya membutuhkan biaya yang cukup besar. Dan saya tahu kalau harus berkorban. Iya, saya perlu bekerja. Saya perlu membantu suami saya mendapatkan penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari, terutama kebutuhan anak-anak kami. Gaji suami saya sangat kecil dan tidak cukup untuk membayar makanan, tagihan, susu, dan popok anak kami. Memang sangat sulit keadaan ini, tapi saya harus menerima dan ikhlas melakukannya. 

Tidak Pernah Lupa Untuk Memberikan Ciuman Sebelum Berangkat Kerja

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Setiap hari, saya selalu memberitahu kalau saya sangat mencintai mereka. Saya selalu mencium anak-anak sebelum berangkat kerja. Salah satu bukti kalau saya selalu ada di sisi mereka walau sedang bekerja. Kadang saya merasa kasihan pada anak-anak, apalagi saat berpamitan dan mereka melihat saya pergi bekerja. Kadang saya sedih karena harus memilih bekerja dibanding tetap bersama anak-anak sepanjang waktu. Sayangnya, hal ini tidak bisa saya lakukan. Iya, saya harus bekerja. 

Ibu Bekerja Harus Tahan Kritikan dan Omongan Pedas Orang Lain

Kadang orang lain tidak mengerti apa yang dialami oleh ibu yang bekerja. Banyak selentingan yang mengatakan kalau saya salah memilih bekerja, bahkan saya dibilang ibu yang tidak bertanggung jawab dan tidak bisa merawat anak-anak. Belum lagi kalau anak sedang sakit, semua mata tertuju kepada saya dan rasanya bertubi-tubi menyalahkan ketidakbecusan saya. 

Artikel Terkait : Komentar Maya Septha Soal Perbedaan Melahirkan Normal dan Caesar: “Bukan Kompetisi”

Komentar-komentar ini membuat saya sakit dan tentu saja kesal. Saya juga jadi merasa makin bersalah pada anak-anak. Padahal apa yang saya lakukan hanyalah memberi anak-anak saya apa yang mereka butuhkan dan agar mereka memiliki masa depan yang lebih baik. Hanya itu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Banyak yang Tidak Paham Kalau Ibu Bekerja Tidak Mengabaikan Anak Juga Karena Tuntutan Keadaan

Saya kadang ingin tahu buat orang lain yang suka menyalahkan ibu bekerja, apakah situasinya sama dengan keluarga saya? Keluarga saya dan mereka pasti berbeda dengan kebutuhan yang berbeda juga. Bukan berarti jika saya memilih untuk bekerja, saya adalah ibu yang tidak bertanggung jawab. Tidak, itu tidak akan pernah terjadi pada saya.

Mungkin situasi saya dengan keluarga lain berbeda. Keluarga lain memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sayangnya kemakmuran ini belum terjadi pada keluarga kami. Saya pernah di kondisi tidak memiliki uang yang cukup untuk bertahan hidup. Karena itu saya tidak ingin kembali berada dalam situasi di mana keluarga kami hampir tidak memiliki uang untuk makan. Dan mungkin seperti alasan orang tua lainnya di dunia ini, kalau saya hanya ingin anak-anak memiliki kehidupan yang lebih baik.

Saya Tetap Melakukan Pekerjaan Rumah Sembari Mengurus Anak Setiap Harinya

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Setelah capek bekerja, saya juga masih melakukan apa yang dilakukan ibu lain. Apalagi hari libur adalah hari yang ditunggu saya dan anak-anak, karena hari itu saya bisa memberikan semua waktu dan perhatian kepada keluarga tercinta saya.

Setiap hari, saya juga melakukan pekerjaan rumah seperti ibu-ibu lainnya. Saya juga tetap merawat anak-anak dengan baik. Seperti bermain dengan mereka, memandikan anak, menonton pertunjukan bersama, mengajari anak cara membaca dan menulis, dan bahkan tetap memberikan mereka ajaran kebaikan sehingga tahu mana yang salah dan mana yang benar. 

Anak-anak Berusaha Mengerti Kalau Saya Harus Bekerja Untuk Keluarga

Meskipun masih kecil, anak-anak berusaha untuk mengerti keadaan saya. Mereka tahu alasannya mengapa saya harus bekerja mencari uang setiap hari. Banting tulang pergi pagi pulang malam pun saya lakukan demi anak-anak tercinta. 

Tapi kadang anak juga marah dan mengamuk ketika saya akan berangkat bekerja. Sehingga saya sulit untuk pergi karena anak-anak rewel. Karena itu saya selalu berusaha afirmasi positif terhadap diri sendiri dan untuk anak anak-anak. Saya harus bisa mengelola emosi agar bisa tetap tepat waktu ketika berangkat bekerja, sehingga tidak terlambat atau bahkan absen dari pekerjaan. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Awalnya anak-anak pasti tidak mau dan tidak terima, namun saat anak sudah tenang saya tetap bisa memberitahukan alasan kenapa Ibunya bekerja. Yang penting anak-anak harus percaya kalau ibu bekerja tidak mengabaikan anak. Sehingga mereka yakin kalau saya akan selalu ada dalam hati mereka.

Saya Sangat Mencintai Anak-anak, Karena Itu Saya Bekerja Untuk Dapat Membahagiakan Mereka

Menjadi Ibu bekerja tidak mengabaikan anak ini memang tidak mudah. Tapi saya tahu demi melihat masa depan yang cemerlang di kemudian hari, saya harus ikhlas bekerja untuk anak-anak tanpa harus mendengarkan semua selentingan miring terhadap saya. Iya, saya berusaha banting tulang bekerja untuk melihat mereka bahagia. Suatu saat nanti!

Saya sangat mencintai anak-anak dan saya juga berharap mereka akan mengerti apa yang lakukan saat ini demi kehidupan mereka juga. Suatu saat saya yakin mereka juga akan memaafkan jalan yang saya pilih menjadi ibu bekerja ini. Saya berdoa semoga nanti anak-anak akan memaafkan karena saya tidak selalu berada di samping mereka sepanjang waktu. 

Namun saya yakin, anak-anak akan paham suatu saat nanti. Apalagi mereka tahu kalau saya sangat mencintai mereka dengan segenap hati dari mereka masih dalam kandungan. Ya, suatu saat nanti.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Memang berat ya Parents, menjadi ibu bekerja di luar rumah setiap harinya. Tapi selama Parents bisa menjadi keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan, pasti Parents akan menjadi ibu berkerja tidak mengabaikan anak hingga nanti. Seru juga ya Parents mendengar kisah Bunda Ronz Villaluz Tomines ini. Jadi untuk ibu bekerja jangan berkecil hati ya! Karena yakinlah apa yang Parents lakukan semata-mata untuk kebahagiaan diri sendiri, anak dan tentu keluarga. Pastikan Bunda bahagia dengan pilihan untuk menjadi ibu bekerja tidak mengabaikan anak.

Bunda punya kisah menarik lainnya mengenai kehidupan keluarga, kehamilan, atau seputar Parenting lainnya? Yuk share cerita Bunda di aplikasi TheAsianparent.

Artikel ini diterjemahkan dari tulisan Ronz Villaluz Tomines di TheAsianParent Filipina.

Baca Juga : 

Tak Melulu Indah, Bagaimana Cara Bahagia Setelah Menikah?

"Menjadi Anak Broken Home Membuat Saya Tidak Ingin Memiliki Anak"

4 Sifat Suami Untuk Dijadikan Sandaran Untuk Satu Sama Lain