Menghangatkan kembali hubungan seksual dengan cara sederhana
Lagi siap-siap ‘beraksi’ di tempat tidur, tahu-tahu bayi Anda menangis minta susu. Pernahkah Anda mengalaminya?
Kalau sudah begini biasanya hasrat untuk bermesraan terganggu, dan Anda atau suami mungkin lebih memilih untuk tidur saja sambil memendam rasa kecewa berat, atau kesal setengah mati pada bayi Anda mengapa ia harus menangis di saat yang kurang tepat.
Tapi tunggu dulu, Parents.
Sebuah penelitian yang baru-baru ini dilakukan di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa pasangan yang mengasuh dan merawat anak secara bersama-sama justru merasa hubungan seksual mereka lebih memuaskan dan membahagiakan.
“Hubungan antara pasangan yang sama-sama mengasuh anak mengalami perubahan seiring dengan waktu,” jelas Daniel Carlson, pengagas penelitian dan profesor sosiologi di Georgia State University di Atlanta, AS.
“Meskipun belum ada penelitian khusus tentang manfaat mengasuh anak (secara bersama-sama), namun banyak pasangan yang menyukai adanya pembagian tugas rumah tangga.”
“Intinya, penelitian menunjukkan bahwa mengasuh anak secara bergantian membawa dampak positif bagi pasangan. Ikatan antara mereka menjadi lebih kuat, komunikasi yang lebih baik, jarang bertengkar dan semakin mesra.”
Hasil penelitian yang dipresentasikan di pertemuan tahunan American Sociological Association di Chicago juga mendefinisikan istilah pengasuhan anak (child care) sebagai aktivitas mengawasi anak, mengajarkan dan memberlakukan peraturan pada anak, memberikan hukuman atau pujian yang layak dan bermain bersama anak.
Istri yang mengasuh anak sepenuhnya tidak bahagia
Para peneliti memisahkan partisipan survei menjadi tiga kelompok berdasarkan jawaban mereka.
Kelompok pertama adalah pasangan yang menyerahkan tanggung jawab mengasuh anak sepenuhnya kepada istri, kelompok kedua adalah pasangan di mana suami melakukan 60 persen atau lebih aktivitas mengasuh anak.
Sedangkan kelompok ketiga adalah pasangan dengan tanggung jawab yang sama besarnya dalam mengasuh anak.
Peran pasangan dalam mengasuh anak kemudian dibandingkan dengan hubungan antar suami istri terkait kepuasan, konflik/ pertengkaran dan kualitas hubungan seksual mereka.
Hasilnya cukup menarik karena pasangan dari kelompok ketiga (yang sama-sama terlibat mengasuh anak) mengaku hubungan seksual mereka menggairahkan dan membahagiakan.
Para istri dari suami yang bersedia melakukan 60 persen aktivitas mengasuh anak mengaku kehidupan rumah tangga mereka cukup harmonis. Berdasarkan penelitian pada istri dari kelompok ini memiliki hubungan seksual yang lebih sehat dan mesra daripada istri di kelompok pertama.
Meski demikian, suami yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam mengasuh anak tidak merasakan hal yang sama. Penelitian menunjukkan suami di kelompok ini mengaku memiliki hubungan seksual yang ‘tidak sehat’. Demikian juga dengan para istri yang mengasuh anak tanpa campur tangan suaminya.
Berbagi tanggung jawab lebih menyenangkan
Kesimpulannya, tingkat kebahagiaan suami/istri dengan pernikahan mereka tergantung pada kepuasan/ ketidakpuasan masing-masing terhadap pembagian tugas di rumah.
“Kepuasan atau ketidakpuasan (terhadap pembagian tugas rumah tangga) akan menentukan seberapa sering pasangan terlibat konflik dan kualitas hubungan seksual yang mereka lakukan,” kata Carlson.
“Kami tidak tahu pasti apa penyebabnya,” jelas Carlson. “Namun suatu hubungan pernikahan akan kurang harmonis jika satu pihak merasa terbebani, atau terlalu lelah. Ketidakpuasan bisa saja muncul ketika satu pihak harus mengerjakan semuanya, sementara pihak lainnya tak melakukan apa-apa. Ini mengganggu ikatan antara suami istri dan dibawa hingga ke kamar tidur.”
Sementara itu, Robin Simon, profesor sosiologi dari Wake Forest University in Winston-Salem, N.C., membenarkan hasil penelitian tersebut.
“Kesimpulan ini juga didukung oleh penelitian-penelitian lain tentang kesehatan mental orangtua yang berbagi tugas rumah tangga. Saat Anda membacanya, Anda akan mengerti bahwa pernikahan egaliter (sederajat) adalah pernikahan yang paling membahagiakan bagi suami dan istri.”
Anda setuju ‘kan?