Hati-hati! Ini Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati Hipertensi

Hati-hati! Hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak boleh dianggap sepele.

Hipertensi merupakan kondisi medis yang ditandai dengan tingginya tekanan darah hingga mencapai 130/80 mmHg atau lebih. Tekanan darah ini dipengaruhi oleh fungsi pompa jantung dan tekanan pada pembuluh darah arteri, yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh.

Angka 130 mmHg merujuk pada tekanan sistolik, yakni tekanan saat jantung berkontraksi atau memompa darah ke seluruh tubuh. Sedangkan angka 80 mmHg merujuk pada tekanan diastolik yang merupakan tekanan di dalam ruang jantung kala beristirahat sambil mengisi ulang bilik-biliknya dengan darah.

Hati-hati, kondisi ini tentu saja tidak bisa dibiarkan dan dianggap sepele. 

Sesuai pedoman dari Joint National Committee (JNC) ke-8 untuk hipertensi, tekanan darah digolongkan menjadi:

  • Hipotensi (tekanan darah rendah) bila < 90/50 mmHg.
  • Normal bila < 120/80 mmHg.
  • Pre-hipertensi bila tekanan sistolik berkisar antara 120-139 mmHg dan tekanan diastolik berkisar antara 80-89 mmHg.
  • Hipertensi derajat 1 bila tekanan sistolik berkisar antara 140-159/90 mmHg dan tekanan diastolik berkisar antara 90-99 mmHg.
  • Hipertensi derajat 2 bila tekanan sistolik > 160 mmHg dan tekanan diastolik > 100 mmHg.

Penyakit ini juga dikenal sebagai silent killer karena kerap terjadi tanpa disertai gejala, namun dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam nyawa.

Gejala yang Perlu Diwaspadai

Sebagian besar individu yang mengalami tekanan darah tinggi kerap kali tidak merasakan gejala apapun. Itu sebabnya pemeriksaan kesehatan rutin dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan-kelainan yang muncul tanpa gejala.

Namun ketika tekanan darah sudah terlalu tinggi,  ada beberapa gejala-gejala yang dirasakan:

  • Sakit kepala.
  • Nyeri dada.
  • Sesak napas.
  • Mimisan.
  • Berkeringat.
  • Kecemasan.
  • Gangguan tidur.
  • Wajah memerah.

Penyebab Tingginya Tekanan Darah 

Berdasarkan penyebabnya, ada dua macam tipe hipertensi:

  • Hipertensi primer atau hipertensi esensial. Penyebab hipertensi tipe ini tidak diketahui secara pasti. Kelainan yang terjadi berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun. Hipertensi primer diketahui berhubungan dengan faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup seperti pola makan dan kebiasaan berolahraga.
  • Hipertensi sekunder. Tipe ini terjadi sebagai akibat dari kondisi medis yang mendasari seperti gangguan ginjal, diabetes, obesitas, gangguan tiroid, sleep apnea, efek samping konsumsi obat-obatan tertentu, dan lainnya.

Faktor risiko yang meningkatkan risiko individu mengalaminya, mencakup:

  • Adanya riwayat penyakit tertentu (penyakit ginjal atau diabetes).
  • Diet tinggi kalori, tinggi garam, dan rendah serat.
  • Kurang aktivitas fisik.
  • Obesitas.
  • Konsumsi alkohol berlebihan.
  • Merokok.
  • Riwayat keluarga dengan hipertensi.

Diagnosis yang Perlu Dilakukan

Hipertensi dapat diketahui melalui pemeriksaan tekanan darah. Namun, diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya dengan satu kali pemeriksaan. Bila hasil pertama menunjukkan hasil tekanan darah yang tinggi, dokter akan menyarankan pemeriksaan kedua dan ketiga di waktu yang berbeda untuk mengonfirmasi temuan tersebut.

Di samping itu, beberapa pemeriksaan penunjang berikut diperlukan untuk mengevaluasi kemungkinan penyebabnya:

  • Pemeriksaan panel gula dan lemak darah (kolesterol dan trigliserida)
  • Tes darah lengkap.
  • Rekam jantung atau elektrokardiogram (EKG).
  • Ultrasonografi jantung (ekokardiogram) atau ginjal.

Cara Pengobatan yang Bisa Dilakukan

Bila tidak diobati, kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam nyawa seperti stroke atau serangan jantung. Oleh sebab itu, diperlukan deteksi dini dan pengobatan sejak awal terdiagnosis. Pengobatan mencakup:

  • Mengendalikan atau Mengobati Penyebab

Tingginya tekanan darah yang disebabkan oleh kondisi medis lain dapat dikendalikan atau bahkan disembuhkan bila penyebabnya diketahui dan diobati. Oleh sebab itu, penting untuk mendapatkan evaluasi menyeluruh terhadap penyebab hipertensi dan mengobati penyebab, terutama yang bersifat kronis seperti penyakit ginjal kronis atau diabetes.

  • Menerapkan Pola Hidup Sehat

Hipertensi baik primer maupun sekunder dapat dikendalikan melalui perubahan gaya hidup. Ini termasuk mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang, rutin berolahraga (minimal 30 menit per hari, atau total 150 menit per minggu), menjaga berat badan ideal, membatasi konsumsi alkohol, serta berhenti merokok.

Pola makan yang disarankan bagi penderita adalah:

  • Memperbanyak konsumsi serat dari buah dan sayuran.
  • Membatasi konsumsi gula harian, tidak lebih dari 50 gram atau setara dengan 5-9 sendok teh.
  • Membatasi asupan garam harian, tidak lebih dari 2,4 gram atau kurang dari 1 sendok teh. Alternatifnya, individu dapat mengonsumsi garam rendah natrium yang khusus dibuat untuk penderita hipertensi.
  • Menggunakan obat antihipertensi

Saat ini, penanganan hipertensi cenderung agresif di awal. Dalam arti, obat antihipertensi langsung diberikan sembari melakukan perubahan gaya hidup. Tujuannya agar perkembangan penyakit dihentikan atau diperlambat. Bila kemudian individu mencapai target tekanan darah yang diinginkan, dokter akan menyesuaikan kembali dosis dan jenis obat-obatan yang digunakan.

Obat antihipertensi yang kerap digunakan berasal dari golongan ACE-inhibitor, angiotensin II receptor blockers, beta-blocker, calcium-channel blocker, dan diuretik. Obat-obatan tersebut dapat diberikan secara kombinasi tergantung pada usia, tingkat keparahan hipertensi, dan kondisi medis yang mendasari. 

  • Mengelola stres

Stres yang memperburuk kondisi hipertensi perlu dikelola. Individu dapat melakukan terapi meditasi, latihan relaksasi, pijat, yoga, atau taichi. Kecukupan tidur, yakni 7-8 jam per hari untuk orang dewasa juga diperlukan untuk membantu mengurangi stres.

Bisakah Tekanan Darah Tinggi Ini Dicegah?

Sebagian besar kasus hipertensi dapat dicegah melalui pola hidup yang sehat dan menjalani pemeriksaan kesehatan rutin setidaknya 1-2 tahun sekali. Bila individu memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi atau penyakit jantung, frekuensi pemeriksaan kesehatan bisa lebih sering. Di samping itu, bila mengalami gejala-gejala serupa hipertensi, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mencari tahu penyebab dan mendapatkan penanganan sejak dini.