Lego adalah sebuah permainan yang membutuhkan tingkat kreatifitas tinggi, ketekunan dan fokus. Tidak banyak anak-anak yang sanggup menguasai permainan ini tanpa bimbingan dan arahan dari orang dewasa. Tapi, Hazel Javiero, anak berusia lima tahun ini sudah mahir bermain lego sejak umur 2 tahun walaupun tak ada yang mengajarinya.
Lego membuat Hazel Javiero lebih fokus
Putra dari pasangan Paramitha Auliasari dan Marven Aires ini merupakan anak yang sangat aktif dan juga gemar bicara. Dia sangat lincah dan suka berlarian ke sana ke mari. Tapi sejak ada lego, Hazel Javiero lebih tenang dan fokus dengan permainan menyusun lego.
“Hazel adalah anak yang sangat aktif, tidak bisa diam di satu tempat. Tapi saat ada lego, dia bisa tenang dan fokus, saya bebaskan dia menyusun apapun yang dia mau,” ujar sang ibu.
Hebatnya lagi, Paramitha mengaku bahwa dirinya tak pernah secara khusus membimbing Hazel menyusun lego, tapi Hazel pandai sekali menyusun lego menjadi bermacam bentuk seperti rumah, mobil, bahkan gedung.
Yang paling Hazel sukai adalah membuat bentuk dinosaurus. Saat wawancara berlangsung, Hazel asyik berceloteh tentang nama-nama dinosaurus dan jenisnya.
Ibunya mengakui bahwa dirinya suka membelikan Hazel buku-buku bacaan ensiklopedia anak, juga majalah-majalah anak. Dari sanalah Hazel memiliki inspirasi dan imajinasi untuk bentuk-bentuk lego yang ia buat.
Paramitha juga suka menemani Hazel saat anaknya bermain lego, ia akan membantu mengarahkan cara menyusun lego yang sulit saat Hazel kehabisan ide.
“Kalo saya yang bikinin legonya, Hazel malah marah. Dia lebih suka bikin sendiri, jadi saya hanya arahin aja, ” kata Paramitha.
Sejak dini, Paramitha juga menanamkan tanggung jawab pada Hazel agar selalu merapikan mainannya setelah selesai. Dia juga tidak memberi tekanan pada pada aktivitas anaknya, Hazel selalu bebas memilih apakah ingin bermain lego atau bersepeda.
Miliki kecerdasaan di atas rata-rata
Hazel yang lahir pada tanggal 22 Oktober 2011 itu kini bersekolah di TK Mutiara Hati Bandung. Guru-guru di sekolahnya juga kagum dan terheran-heran melihat kemampuan Hazel menyusun lego, padahal tidak ada yang mengajarinya.
Paramitha berencana memasukkan Hazel ke sekolah dasar yang memiliki banyak ekstrakurikuler. Agar kemampuan Hazel bisa tersalurkan melalui kegiatan-kegiatan positif. Apalagi Hazel memiliki kecerdasan di atas rata-rata anak seusianya.
Diakui oleh sang ibu, kebiasaan Hazel bermain lego berdampak positif pada proses belajarnya di sekolah, Hazel menjadi lebih fokus dan memiliki daya tangkap yang cepat.
Dikatakan pihak sekolah, Hazel memiliki keunggulan pada daya ingat, kreatifitas dan kepekaan. Selain itu, Hazel juga mempunyai empati dan kepedulian yang besar pada orang-orang di sekitarnya.
“Dia suka nanya kalau ada guru yang gak hadir, atau teman yang sakit. Bahkan dia pun peduli pada OB di sekolah,” kata Paramitha.
Hazel tidak pernah kecanduan gadget
Sebagai orangtua yang hidup di era serba digital, anak yang kecanduan gadget tentu menjadi kekhawatiran tersendiri. Bagi Paramitha, ia sendiri tidak terlalu sering menjadikan gadget sebagai cara untuk membuat anaknya tenang.
“Saya juga bersyukur Hazel sudah berhenti main gadget sejak umurnya 4 tahun. Dia lebih suka bermain lego dan menggambar.”
Paramitha memberikan tips bagi para orangtua agar anak tidak kecanduan gadget, yaitu dengan cara mengarahkan anak melakukan kegiatan positif seperti olahraga dan buku.
Ia sendiri sudah melakukannya pada Hazel, dibandingkan memberi gadget, Paramitha lebih suka memberikan buku dan alat-alat menggambar. Dia juga sering mengajak Hazel melakukan olahraga seperti berenang dan bersepeda.
Paramitha juga menambahkan, agar orangtua memberikan contoh yang baik dengan tidak sering main gadget di depan anak. Ketika dalam perjalanan, ia akan membekali anaknya dengan buku menggambar dan mewarnai beserta crayon sebagai media menghabiskan waktu agar Hazel tidak bosan.
Hazel terpilih sebagai satu dari tiga perwakilan One Step Ahead Kids untuk mengikuti Camp Asia di Singapura yang di selenggarakan oleh Nutrilon Royal. Hazel terpilih dari kategori sains karena kepiawaiannya menyusun lego menjadi bentuk-bentuk yang unik, bahkan menyerupai sebuah kota.
Anak-anak seperti Hazel sepatutmyalah mendapatkan dukungan penuh dari kedua orangtuanya untuk terus mengasah dan mengembangkan potensi serta bakat yang ia miliki. Dengan begini, anak bisa bertumbuh kembang dengan baik dan memiliki masa depan cerah.
Baca juga:
Bikin bangga, 3 anak berbakat Indonesia ikuti pelatihan kelas dunia di Singapura