Belum lama ini, Hannah Al Rashid, aktris yang membintangi film Aruna dan Lidahnya ini membagikan kisah sedihnya di laman Change.org. Ia mengaku sempat merasa trauma lantaran mendapatkan pelecehan seksual.
Berikut kutipan kisah Hannah Al Rashid selengkapnya :
Saya nggak akan lupa malam itu. Saya lagi jalan kaki ke kosan saya waktu dua cowok naik motor lewat dan megang dada saya. Spontan saya langsung teriak sambil kejar mereka. Bapak-bapak di pos deket situ ngelihat aja dan nggak bantuin sama sekali. Nggak lama, saya ngerasa ada motor ngikutin di belakang. Ternyata MEREKA LAGI! Mereka berusaha lecehkan saya kedua kalinya. Untungnya saya lebih siap. Saya tangkap tangan cowok itu sebelum dia pegang tubuh saya lagi. Tapi karena mereka naik motor, mereka bisa cepat kaburnya. Saya itu orangnya fighter banget. Tapi tetap trauma selama berbulan-bulan.
Lewat pengalamannya, termasuk melihat kondisi di mana banyak perempuan yang justru disalahkan dari kasus pelecehan seksual yang dialami, perempuan kelahiran London, Inggris, 25 Januari 1986 ini pun berharap agar pemerintah memiliki kebijakan yang lebih tegas soal pelecehan di ruang publik.
Dengan begitu, para perempuan di Indonesia pun bisa merasa aman dari pelecehan dan tidak perlu disalahkan lagi.
***
Berkaca dari kasus yang dialami Hannah al Rashid, seakan mengingatkan kembali bahwa pendidikan seks sejak dini perlu diajarkan pada anak-anak.
Terlebih bagi orangtua yang memiliki anak lelaki, bahwa sejak dini anak lelaki perlu dilatih untuk bisa menghargai perempuan. Mengajarkan anak laki-laki agar bisa bertingkah bak lelaki sejati. Bukan lelaki yang merendahkan bahkan melecehkan perempuan seperti yang dialami Hannah Al Rashid.
Apa yang perlu diajarkan pada anak lelaki ?
-
Kesetaraan gender
Adalah penting sejak dini melatih anak kita mengenai kesetaraan gender. Jika selama ini masih banyak pandangan yang mengatakan bahwa anak lelaki tidak boleh menangis, anak lelaki tidak boleh main boneka, maka pandangan ini perlu diubah secara perlahan.
Anak-anak perlu dilatih bahwa hak perempuan dan lelaki adalah sama. Mulailah untuk melatih anak agar menghargai pendapat orang lain, bahwa perempuan perlu dihormati dan dihargai sebagaimana anak ingin dihargai.
-
Belajar menumbuhkan empati
Empati merupakan salah satu sikap yang perlu dilatih sejak dini. Hal utama yang perlu dilakukan tentu saja dengan menjadi contoh lebih dahulu. Bagaimana anak bisa berempati jika pada pengasuh anak, kita masih sering berteriak? Bersikap acuh dengan orang lain yang sedang kesusahan?
Selain itu, cara lain untuk menumbuhkan kepekaan dan rasa empati anak terhadap orang lain bisa dilakukan dengan cara mengidentifikasi perasaan. Anna Surti Ariani selaku psikolog Anak dan Keluarga, mengingatkan bahwa penting bagi orangtua untuk sering bertanya bagaimana perasaan anak.
Misalnya, saat dia senang, sedih, atau ketika marah. Dengan mengetahui perasaannya sendiri dia akan belajar mengelola emosi sehingga dirinya bisa menyesuaikan antara emosi yang disampaikan dengan situasi sedang berlangsung.
-
Jangan pernah melakukan kekerasan fisik khususnya pada perempuan
Salah satu poin penting yang tidak boleh dilupakan adalah mengingatkan pada anak bahwa apapun alasannya menggunakan kekerasan fisik tidaklah benar.
Seorang anak perlu memahami bahwa ia tidak bisa mengandalkan kekerasan fisik, terlebih saat berhadapan pada perempuan. Tekankan pada anak bahwa kuat bukan berarti memiliki hak untuk melukai orang lain.
Semoga bermanfaat, ya, Parents.
Baca juga:
Pelecehan seksual di jalan dengan modus remas payudara, peringatan agar wanita selalu waspada!