Aku positif hamil di usia 40 tahun ke atas
Aku adalah seorang ibu dari dua orang anak yang beranjak remaja. Sebagai ibu, aktivitas sehari-hariku sangat padat.
Selain berprofesi sebagai guru di sebuah SMP Negeri di Semarang, aku juga menjadi seorang penulis. Padatnya kegiatan yang kujalani, membuat aku tidak berencana untuk hamil di usia 40 tahun ke atas.
Bagiku, dua anak saja sudah cukup. Siapa menduga, di usia rawan ini aku menjalani kehamilan yang sama sekali tak pernah kuimpikan sebelumnya.
Pada mulanya aku tak menduga, bila rasa tak enak badan yang terus kualami merupakan salah satu akibat perubahan hormon dalam tubuhku. Aku menolak kemungkinan tengah berbadan dua. Namun diam-diam aku resah, karena sudah dua bulan aku tak kunjung mendapat menstruasi.
Kemungkinan aku hamil di usia rawan membuatku sangat khawatir. Bagaimana tidak, usiaku sudah tak lagi muda. 42 tahun.
Akan tetapi, aku tak bisa menolak kenyataan ketika mendapati dua garis tegas pada test pack yang aku pakai. Positif. Aku hamil di usia 40 tahun ke atas. Bukan usia ideal untuk menjalani kehamilan.
Kenyataan ini membuatku benar-benar limbung. Ironisnya, suami dan kedua anakku justru sangat bahagia di tengah kegalauanku.
Mereka benar-benar mendukung kehamilanku. Untuk mengatasi rasa khawatirku yang berlebihan, aku berusaha mencari artikel yang sesuai dengan kondisi yang kualami.
Dari informasi yang kuperoleh, aku mulai rutin memeriksakan diri ke dokter kandungan. Selain itu, aku juga harus menjaga asupan gizi.
Hal ini penting agar aku tidak terkena penyakit usia lanjut seperti diabetes, hepatitis, darah tinggi, dan lain-lain.
Untuk menghilangkan rasa khawatir yang kerap muncul, aku tak lupa mengadu kepada Yang Maha Kuasa lewat doa-doa panjangku.
Aku mohon agar aku dikuatkan untuk menjaga titipan-Nya sampai saat melahirkan nanti.
Hamil di usia 40 tahun ke atas, ini caraku mengatasi mual dengan banyak beraktivitas
Tak jauh berbeda dengan dua kehamilanku yang sebelumnya, aku juga mengalami pusing dan mual di trimeser pertama.
Saat rasa pusing dan mual mulai menyerang, aku mencoba merebahkan diri. Apa daya, rasa mual justru semakin menjadi.
Lalu aku mencoba bangun dan beraktivitas seperti biasa. Banyak membaca-baca buku atau jalan-jalan ke luar rumah dengan sepeda motor menjadi pilihanku.
Herannya, rasa mual langsung hilang ketika kubawa berjalan-jalan. Apalagi saat menemukan makanan yang benar-benar menggugah seleraku.
Kehamilanku memacu produktivitas menulis
Aktivitasku menulis memang sedikit terganggu saat awal kehamilan. Anehnya, setelah memasuki trimester kedua aku kembali aktif menulis.
Kehamilan ini sama sekali tak mengganggu aktivitas menulisku. Malah seakan memacu semangatku untuk menghasilkan tulisan-tulisan yang baik.
Ya, kuakui terkadang aku merasa lelah. Profesiku sebagai guru cukup menyita waktu. Di samping itu, anak-anak yang juga membutuhkan perhatian tak bisa kuabaikan begitu saja. Setiap kali menulis aku menemukan kebahagiaan lain yang sukar untuk dilukiskan.
Untuk menyiasati padatnya aktivitas sehari-hari, aku menulis di saat senggang. Waktu yang kupilih biasanya menjelang tengah malam.
Dalam suasana hening setelah selesai melakukan semua kewajibanku, baik tugas-tugas sekolah maupun mendampingi anak-anakku belajar di rumah.
Kehamilan ini membuatku merasa memiliki energi tambahan untuk melakukan semua kegiatan yang kucintai.
Aku seakan memiliki teman dalam setiap aktivitas yang kulakukan. Aku menjadi sangat produktif.
Selama hamil aku berhasil menyelesaikan sebuah novel, sebuah cerita bersambung untuk ajang lomba dan beberapa cerpen. Aku melakukan semua itu dengan sepenuh hati.
Anugerah beruntun
Tak bisa kulukiskan rasa bahagia saat tiba masa melahirkan. Tanpa mengalami kesulitan yang berarti, aku menjalani proses kelahiran yang normal dan spontan.
Anak ketigaku lahir dengan selamat dan sehat walafiat. Hilang sudah kekhawatiranku semasa menjalani kehamilan.
Dengan rutin memeriksakan diri ke dokter dan menjaga asupan makanan serta terus beraktivitas yang positif, kehamilan di usia 40 tahun ke atas tidaklah mengerikan seperti yang kubayangkan sebelumnya.
Kebahagiaanku terus bertambah, ketika satu demi satu tulisan yang kuhasilkan semasa hamil berhasil di muat di berbagai media nasional.
Naskah novelku berhasil masuk dalam 20 besar dalam lomba di Trigora melalui proses seleksi ketat.
Sementara naskah cerita bersambungku berhasil meraih Juara 2 Lomba Cerber Majalah Femina, sebuah ajang bergengsi bagi para penulis tanah air.
Anugerah beruntun ini membuatku tak henti-hentinya bersyukur. Bahkan setelah kelahiran Keenan, aku kembali meraih Juara 2 untuk lomba tulis yang diadakan oleh Walikota Semarang. Sebuah pencapaian yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.
Kisah inspiratif ini dituturkan oleh Utami Panca Dewi, 43 tahun, kepada kontributor The AsianParent Indonesia. Semoga kisah ini menginspirasi para ibu untuk terus berkarya. Salam …