Parents, ajak anak-anak melihat sebuah peristiwa luar angkasa yang langka tanggal 31 Januari 2018. Dalam satu hari yang sama, akan terjadi gerhana bulan total sekaligus supermoon.
Orang-orang menyebutnya sebagai super blue blood moon. Peristiwa ini termasuk langka karena terakhir terjadi sekitar 35 tahun lalu dan mungkin baru bisa disaksikan lagi sekitar 18 tahun lagi.
Anda mungkin bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi saat super blue blood moon ini?
Gerhana bulan total + Supermoon + Blue moon = Super blue blood moon
Mengapa fenomena super blue blood moon ini menjadi begitu istimewa dan dibicarakan banyak orang? Mari kita bahas satu per satu.
Bulan biru atau blue moon merupakan bulan purnama yang langka dan hanya terjadi 2,5 tahun sekali. Blue moon terjadi ketika bulan purnama terjadi dua kali dalam bulan yang sama di kalender.
Sedangkan gerhana bulan terjadi ketika matahari, bumi, dan bulan berada pada posisi sejajar. Cahaya matahari yang jatuh ke bulan sesaat tertutup bumi sehingga bulan terlihat berwarna kemerahan.
Supermoon terjadi ketika posisi bulan paling dekat dengan bumi sehingga bulan terlihat lebih besar dan terang. Lalu, super blue blood moon terjadi ketika gerhana bulan total dan supermoon terjadi bersamaan di waktu yang sama.
“Supermoon penuh berikutnya akan muncul hanya 7% lebih besar dan lebih terang dari bulan purnama biasanya,” ujar astrofisikawan Italia, Gianluca Masi.
Bulan purnama pertama bulan Januari terjadi pada malam tanggal 1 atau 2 Januari, tergantung di belahan bumi mana Anda berada saat itu. Kemudian, bulan purnama kedua dan gerhana bulan akan berlangsung pada 31 Januari malam (atau tanggal 1 Februari dini hari jika Anda berada di belahan barat bumi).
Sedangkan Supermoon akan berlangsung pada 30 Januari malam. Secara teknis memang sehari sebelum bulan mencapai puncaknya namun NASA tetap menyebutnya sebagai Supermoon.
“Semua fenomena bulan terjadi sekaligus,” kata Dr. Noah Petro, seorang ahli geologi planet di Pusat Penerbangan Luar Angkasa milik NASA. “Ini benar-benar peristiwa yang keren.”
Perbedaan waktu
Karena perbedaan waktu di seluruh dunia, tidak semua orang akan melihat blue moon ini. Ini karena bulan purnama kedua tidak akan muncul di beberapa tempat hingga 1 Februari.
Di tempat-tempat seperti Melbourne, Australia, blue moon tidak akan muncul sampai pukul 1.26 pagi. Jadi, secara teknis mereka hanya akan melihat supermoon yang berwarna merah.
Berbeda dari gerhana matahari, gerhana bulan lebih mudah dilihat dengan mata telanjang. Gerhana matahari hanya dapat dilihat di tempat-tempat tertentu pada siang hari sementara gerhana bulan bisa dilihat di mana saja mulai malam ini.
Artikel terkait: 7 Tips Aman Melihat Gerhana Matahari Bersama Anak
Menyaksikan gerhana bulan total di Indonesia
Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, gerhana bulan akan mulai terjadi pada pukul 17.49 WIB dan gerhana total pada pukul 19.51 WIB. Puncak gerhana akan terjadi pada pukul 20.29 dan berakhir pada pukul 21.08.
Anda masih bisa menyaksikan fenomena bersejarah tersebut hingga pukul 23.09. Dengan demikian, total durasi gerhana akan berlangsung selama 5 jam 20 menit.
Sayangnya, durasi 5 jam tersebut hanya akan terlihat di beberapa daerah di Indonesia saja, antara lain pulau Sumatera, pulau Jawa (hanya sampai bagian barat Jawa Timur0, dan sedikit daerah di Kalimantan Barat.
Di luar daerah yang telah disebutkan, proses gerhana bulan dapat diamati mulai pukul 18.48.
Menonton gerhana bulan total bersama anak
Bila cuaca besok cukup cerah, fenomena super blue blood moon lebih seru jika disaksikan bersama-sama dengan seluruh keluarga. Carilah gedung yang tinggi atau daerah yang tidak terlalu banyak cahaya.
Jika memungkinkan, ajak anak berkendara sedikit ke luar kota menjauhi polusi cahaya. Di area yang lebih gelap, langit akan terlihat lebih jelas sehingga Anda dan anak-anak bisa menikmati super blue blood moon yang indah.
Jangan lupa share foto-foto Anda saat menikmati gerhana bulan di kolom komentar. Selamat menikmati keindahan super blue blood moon!
Referensi: theAsianparent Singapura, Kompas, Kompas
Baca juga:
Adakah Bahaya Gerhana Bagi Kehamilan? Ini Fakta dan Mitosnya