Ketika anak Anda tengah terlelap di siang hari, mungkin Bunda tak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa anak bisa berisiko mengalami gejala heat stroke atau kepanasan yang ekstrim?
Seorang ibu asal Amerika berbagi pengalaman yang mengerikan ketika ia hampir kehilangan putrinya karena mengalami serangan heat stroke.
Postingan yang tersebar pada laman media sosial itu menyadarkan kita bahwa serangan heat stroke memang bisa sangat berisiko dan membahayakan. Selain itu, bisa dialami kapan pun, bahkan ketika anak tengah tertidur di dalam rumah saat cuaca panas dan suhu kamar cukup tinggi.
Kronologi sang anak mengalami gejala heat stroke
Seorang ibu bernama Jennifer Abma itu sempat membagikan postingan foto putrinya, Anastasia dan kronologi tentang serangan kepanasan ekstrim atau gejala heat stroke yang dialami sang anak ketika tidur di kamarnya. Postingan tersebut pun telah tersebar di Facebook dan Instagram, serta mendapatkan 11.000 respon dan sudah di-share sebanyak 46.000 kali.
Ketika Jennifer masuk ke kamar untuk memeriksa kondisi Anastasia, ia menemukan sekujur tubuh sang anak sudah basah oleh keringat. Wajahnya terlihat sangat merah dan suhu tubuhnya sangat panas.
Melihat kondisi itu, Jennifer berusaha membangunkan putrinya selama 20 menit, tetapi ia tidak juga merespon. Jennifer pun segera memanggil ambulans untuk meminta bantuan.
“Saya tidak bisa memastikan seberapa panas suhu kamarnya sampai membuatnya bersimbah keringat, wajah memerah, dan tidak dapat dibangunkan. Untungnya, ambulans tiba lebih cepat,” ungkap ibu dua anak itu.
“Paramedis langsung memberikan sukrosa dan dalam beberapa menit putriku mulai menangis, ia jelas tampak ketakutan,” tambahnya.
Umumnya, para orangtua kerap menganggap hal ini sepele dan berpikir anak-anak mereka dalam kondisi aman ketika berada di dalam rumah.
Namun, cuaca panas ternyata memang tetap bisa menimbulkan risiko gejala heat stroke, terlebih jika suhu kamar serta rumah Anda terlalu panas, atau tidak memiliki sistem sirkulasi udara yang baik.
Selain itu, kamar terlalu panas juga dapat menyebabkan risiko yang membahayakan bayi dan sindrom kematian mendadak pada bayi atau SIDS.
Artikel terkait: Waspadai Kematian Mendadak pada Bayi (SIDS)
Tips menghindari gejala heat stroke pada anak di dalam ruangan
Mengingat hal ini tak bisa disepelekan, berikut tips yang bisa Anda lakukan untuk menghindari serangan gejala heat stroke pada anak:
-
Pastikan ruangan memiliki sistem sirkulasi udara yang baik
Anda bisa menggunakan kipas di kamar anak untuk memastikan aliran udara yang baik. Kipas dapat membantu mendistribusikan udara, serta mengurangi risiko resusitasi karbon dioksida yang dikeluarkan bayi. Menurut penelitian, hal ini juga bisa membantu mengurangi risiko SIDS pada bayi hingga 72 persen.
Namun, ketika menggunakan kipas angin di kamar anak, pastikan untuk meletakkannya di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan mereka ya, Parents. Pastikan juga agar kipas angin tidak langsung mengarah ke wajah mereka.
-
Kendalikan suhu di dalam ruangan
Suhu kamar yang paling cocok untuk anak di atas 2 tahun adalah 24ºC, jika Anda menggunakan AC. Pada suhu ini, tubuh mereka tidak akan ‘bekerja keras’ untuk mengontrol suhu tubuh.
Tetapi untuk bayi baru lahir, suhu kamar harus diturunkan menjadi 18 hingga 20ºC karena bayi lebih rentan mengalami gangguan.
Meskipun suhu kamar telah disesuaikan, Parents juga masih perlu sesekali mengawasi si kecil yang sedang tertidur. Periksa suhu tubuh mereka dengan menyentuh area leher yang dekat dengan tulang belakang. Jika suhu tubuh bayi terasa terlalu panas atau dingin, sesuaikan suhu di dalam ruangan.
-
Gunakan pakaian yang sesuai
Parents harus memakaikan pakaian yang sesuai untuk bayi mereka, tergantung pada cuaca dan suhu di dalam ruangan. Hindari menggunakan kain yang terlalu tebal jika cuaca dalam keadaan panas, dan jangan terlalu ketat untuk menghindari gejala heat stroke pada anak.
Lepaskan pita, ikat kepala bayi, atau aksesoris lainnya yang masih terpakai saat bayi tertidur.
Artikel terkait: Ini dia 12 kriteria baju tidur yang nyaman buat bayi
Semoga tips ini bisa bermanfaat, Parents!
Referensi: Artikel Rosanna Chio di theAsianparent Malaysia, Metro.co.uk
Baca juga:
Anak 2 tahun tewas akibat ditinggal di mobil selama 4 jam, peringatan bagi para orangtua