Gairah seksual menurun setelah usia pernikahan ke-5? Ini kata psikolog

Sudah tahu, dong, kalau setiap fase pernikahan memiliki tantangan tersendiri? Mulai dari fase pernikahan di tahun pertama yang di mana pasangan perlu belajar saling beradaptasi, hingga fase selanjutnya seperti tahun ke-5 ketika gairah seksual menurun.

Adakah Parents yang mengalami gairah seksual menurun?

Tidak bisa dipungkiri seiring bertambahnya usia pernikahan, gairah seksual menurun dan bisa meredup. Beda saat masih menjadi pengantin baru, seks selalu terasa manis dan menggebu-gebu. Momen melakukan hubungan intim pun selalu dinantikan karena menjadi prioritas.

Kondisi seperti ini biasanya kian berubah seiring matangnya usia pernikahan. Termasuk ketika pernikahan masuk tahun ke-5. Tidak sedikit pasangan yang merasakan bahwa gairah seksual menurun. Ibaratnya, perlu pemanasan yang lebih mendalam.

Setidaknya hal ini dirasakan oleh Rana, sebut saja begitu. Setelah memiliki anak, terlebih saat usia pernikahan sudah melewati tahun ke-5, ia mengaku gairah seksual menurun. Kehidupan seksual bersama pasangan sudah tidak sepanas dan sehangat  dulu lagi.

“Sebenarnya kasihan juga sama suami. Kalau memberikan kode, saya sering abaikan. Malah, sesekali saya langsung terus terang kalau saya memang sedang tidak selera. Untung suami cukup memahami, tapi kondisi seperti ini tentu nggak bisa dibiarkan terus menerus,” ujarnya dengan wajah cemas.

Kondisi ini tentu tidak hanya dirasakan oleh Rana. Masih banyak Rana lain yang merasakan kondisi serupa.

Nadya Pramesrani, M.Psi., Psikolog dari Rumah Dandelion, mengatakan bahwa salah satu tantangan pasangan suami sitri yang sudah memasuki usia pernikahan tahun ke-5 adalah menurunnya gairah seksual.

Apa penyebab gairah seksual menurun khususnya yang dirasakan oleh perempuan?

“Sebenarnya ada berbagai latar belakang mengapa banyak suami istri yang merasakan penuruan gairah seksual saat usia pernikahan kian bertambah. Salah satunya, tentu karena adanya anak. Untuk perempuan, biasanya ini sangat bepengaruh, fokusnya sekarang memang tidak seks lagi, tapi lebih ke anak,” ujarnya.

Sementara, Zoya Amirin M.Psi mengungkapkan, pada dasarnya manusia lebih banyak dikontrol oleh hormon, khususnya perempuan. Sebagai perempuan hormonnya paling cepat tersambung ke bagian limbik sistem, atau otak emosi.

Sistem limbik ini berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang, termasuk dorongan seks.

Hal ini juga berkaitan dengan mengapa perempuan bisa mutlitasking. Sayangnya, multitasking ini tidak selamanya berdampak postitif saja.

Pasalnya, menurut Zoya, saat sedang menikmati kebersamaan bersama suami, para perempuan sering kali memikirkan hal lain. Hal inilah yang memicu gairah seksual menjadi menurun karena pikiran juga dialihkan ke masalah yang lain.

Nadya menambahkan, “Saat usia pernikahan sudah kian matang, tidak sedikut pasangan suami istri yang akhirnya take it for granted.  Alasannya ini sebenarnya nggak terlepas karena secara psikologis karena sudah merasa memiliki hubungan emosional yang aman. Sudah ada secure attachment. Makanya, ada pemikiran bahwa pasangan juga akan paham dengan apa yang dirasakan. Padahal dalam pernikahan itu jangan sampai seperti itu”.

Oleh karena itulah, untuk memperbaiki kondisi kehidupan seksual, pasangan suami istri perlu menemukan formula yang tepat. Tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan kedua belah pihak. Lagi-lagi, kuncinya tentu saja bagimana bisa mengomunikasikannya dengan pasangan.

Sudahkah Parents melakukannya untuk mengembalikan gairah seksual seperti saat pengantin baru?

 

Baca juga:

Sssttt… ini 5 cara membangkitkan gairah seksual istri, suami wajib tahu