Gagal jantung tentu saja menjadi kondisi medis yang tidak bisa diabaikan. Pengobatan dini meningkatkan peluang untuk pulih dalam jangka panjang serta mengurangi risiko komplikasi yang berbahaya.
Gagal jantung adalah kondisi di mana fungsi pompa jantung tidak bekerja dengan baik. Kondisi ini tidak berarti jantung gagal atau berhenti berdetak melainkan jantung ‘ketinggalan’ saat bekerja mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Alhasil, cairan dan darah kembali ke dalam jaringan, dan organ-organ penting tidak mendapatkan cukup darah yang diperlukan. Inilah yang kemudian menimbulkan gejala seperti bengkak pada kaki, sesak napas, dan rasa lemas atau kelelahan.
Salah satu cara untuk mencegah gagal jantung yakni mencegah dan mengendalikan kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan gagal jantung. Yang tersering, yakni penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, diabetes, dan obesitas.
Gejala Gagal Jantung
Gagal jantung pada stadium awal bisa tidak bergejala. Namun, bila fungsi pompa jantung semakin menurun, dapat timbul gejala seperti:
1. Kelelahan atau rasa lemas, terasa seperti melayang, pusing, atau mau pingsan.
2. Sesak napas ketika beraktivitas sehingga individu lebih kurang aktif.
3. Sesak napas ketika berbaring sehingga perlu tidur dengan 2-3 bantal di malam hari.
4. Detak jantung cepat, meski sedang istirahat
5. Bengkak pada kaki, pergelangan kaki, tungkai bawah, atau perut—akibat retensi cairan—yang menyebabkan berat badan meningkat drastis
Gejala lain yang berkaitan, yakni:
6. Detak jantung tidak teratur
7. Batuk yang terus-menerus dengan dahak putih atau mengandung bercak darah merah muda
8. Napas berbunyi ‘ngik’ (mengi)
9. Nyeri dada bila gagal jantung disebabkan oleh serangan jantung
10. Meningkatnya frekuensi buang air kecil di malam hari
11. Mual dan nafsu makan berkurang
12. Sulit berkonsentrasi atau menurunnya kewaspadaan
Gejala gagal jantung dapat bersifat berlangsung terus-menerus (kronis), atau muncul tiba-tiba (akut).
Penyebab Gagal Jantung
Gagal jantung seringkali dipicu oleh kondisi atau penyakit lain. Yang tersering yakni penyakit jantung koroner (PJK), di mana terjadi penyempitan pembuluh arteri koroner yang mengalirkan darah dan oksigen ke jantung. Kondisi lain yang juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gagal jantung, mencakup:
-
- Tekanan darah tinggi, yang membuat jantung harus memompa lebih kuat.
- Kardiomiopati, yakni kelainan otot jantung yang membuat jantung menjadi lemah.
- Serangan jantung. Ini adalah bentuk PJK yang terjadi tiba-tiba. Kerusakan pada otot jantung akibat serangan yang terjadi bersifat permanen, membuat fungsi pompa jantung menurun.
- Detak jantung tidak teratur dan cepat. Bila kondisi ini sering terjadi, lama-lama otot jantung akan melemah.
- Diabetes. Kondisi ini meningkatkan risiko individu mengalami tekanan darah tinggi dan PJK.
- Konsumsi obat-obatan berikut:
- Antidiabetes seperti rosiglitazone dan pioglitazone
- Obat-obat seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
- Obat anestesi
- Obat antiaritmia
- Obat antihipertensi
- Obat antijamur seperti itraconazole dan amphotericin B
- Obat antikanker
- Obat antidepresi dan obat untuk gangguan saraf
- Kerap mengalami henti nafas saat tidur (sleep apnea).
- Kelainan jantung bawaan.
- Kelainan katup jantung.
- Penyakit paru obstruktif kronis seperti emfisema.
- Kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroid) atau kurang aktif (hipotiroid).
- Anemia berat.
- Infeksi virus tertentu yang merusak otot jantung.
- Kebiasaan mengonsumsi alkohol dan merokok yang berlebihan.
- Berat badan berlebih atau obes.
Diagnosis Gagal Jantung
Bila curiga akan gagal jantung, dokter akan melakukan wawancara mendalam dan pemeriksaan fisik. Di samping itu, sebagian dari berbagai pemeriksaan berikut mungkin dilakukan untuk mengonfirmasi kelainan yang ada.
- Rekam jantung atau elektrokardiogram (EKG). Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur aktivitas listrik, irama, serta ada tidaknya riwayat serangan jantung di masa lampau.
- Pemeriksaan darah, yakni brain natriuretic peptide (BNP) atau N-terminal pro-BNP (NT-proBNP), yang kadarnya tinggi pada individu dengan gagal jantung.
- Rontgen dada. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya cairan pada paru, bentuk dan ukuran jantung, serta pembuluh-pembuluh darah besar di dada.
- Ultrasonografi (USG) jantung atau echocardiogram. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan dimensi ruang-ruang jantung, fungsi pompa dan katup jantung. Ini adalah pemeriksaan yang paling efektif untuk mendiagnosis gagal jantung.
- Uji treadmill atau stress test. Ini merupakan pemeriksaan EKG sembari berjalan atau berlari di atas treadmill. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat bagaimana fungsi jantung pada kondisi ‘stres’.
- Kateterisasi jantung. Sebuah selang tipis berkamera dimasukkan ke dalam pembuluh darah di lengan atau paha menuju jantung. Pemeriksaan ini dapat melihat kondisi ruang jantung serta ada tidaknya penyempitan pembuluh darah jantung.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera kunjungi dokter bila Anda mengalami tanda atau gejala gagal jantung yang telah disebutkan sebelumnya. Segera pula mencari pertolongan medis darurat apabila mengalami salah satu gejala berikut:
- Nyeri dada
- Pingsan atau kelemahan berat
- Detak jantung cepat atau tidak teratur yang disertai dengan sesak napas, nyeri dada atau pingsan
- Sesak napas hebat yang timbul tiba-tiba disertai batuk berdahak merah muda dan berbusa
Gejala dan tanda di atas juga bisa disebabkan oleh kondisi lain yang lebih berbahaya. Oleh sebab itu, jangan menunda-nunda untuk mencari pertolongan medis.
Cara Mengobati Gagal Jantung
Gagal jantung tergolong penyakit kronis yang perlu dikelola sepanjang hidup. Tujuan pengobatan yakni untuk memperpanjang usia dan menurunkan risiko kematian yang tiba-tiba. Regimen pengobatan tergantung pada keparahan penyakit. Pengobatan yang dilakukan secara dini memang mampu memperbaiki gejala dalam waktu singkat, akan tetapi individu tetap perlu melakukan pemeriksaan rutin tiap 3-6 bulan sekali.
Gagal jantung juga dikelola dengan mengobati penyebab yang mendasari. Misalnya, dengan memperbaiki katup jantung atau mengendalikan irama jantung yang tidak normal. Namun untuk sebagian besar kasus, pengobatan gagal jantung mencakup obat-obatan dan penggunaan perangkat medis yang membantu jantung berdetak dan berfungsi secara normal.
- Obat-obatan
Obat-obatan adalah kunci utama pengelolaan gagal jantung. Pemberian obat-obatan jantung memiliki tujuan sebagai berikut:
- Memperbaiki kemampuan jantung dalam memompa darah
- Menormalkan detak jantung yang terlalu cepat dan tidak teratur
- Menurunkan tekanan darah untuk mengurangi beban jantung
Jensi obat dapat berupa:
- Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor, yang berefek melebarkan pembuluh darah. Contohnya, yakni captopril, lisinopril, enalapril, hyperil.
- Angiotensin II receptor blocker, yang merupakan alternatif bagi individu yang tidak dapat menoleransi efek samping ACE inhibitor. Contohnya, yakni valsartan, irbesartan, candesartan, dan losartan.
- Beta blocker, yang berefek melambatkan detak jantung. Contohnya, yakni bisoprolol, metoprolol, atenolol, propanolol, dan carvedilol.
- Diuretik, yakni obat yang membuat Anda lebih sering kencing. Tujuannya untuk mengeluarkan cairan yang menumpuk di dalam tubuh, seperti di dalam paru atau tungkai bawah. Contohnya, yakni furosemide, hydrochlorothiazide (HCT), dan spironolactone.
- Inotropik, yaitu obat untuk memperbaiki fungsi pompa jantung dan menjaga tekanan darah. Ini adalah obat-obatan suntik untuk penderita gagal jantung berat yang dirawat di rumah sakit.
- Digoxin. Obat ini berefek meningkatkan kontraksi otot jantung dan memperlambat detak jantung.
Umumnya diperlukan dua atau lebih kombinasi obat untuk mengobati gagal jantung. Di luar obat-obatan ini, dokter pun dapat meresepkan obat penunjang lain seperti obat golongan nitrat untuk mengatasi nyeri dada, statin untuk menurunkan kadar kolesterol, obat antidiabetes untuk menurunkan kadar gula darah, atau obat pengencer darah untuk mencegah pembentukan bekuan darah. Selain itu, bila diperlukan atau mengalami gagal jantung berat, individu perlu menggunakan suplementasi oksigen jangka panjang.
Selalu diskusikan dengan dokter sebelum mengonsumsi obat baru. Beberapa obat, seperti naproxen dan ibuprofen betul-betul tidak boleh diberikan (kontraindikasi absolut) pada individu dengan gagal jantung.
- Pembedahan dan pemasangan alat medis
Pada sebagian kasus, dibutuhkan pembedahan atau pemasangan alat medis tertentu untuk mengatasi penyebab gagal jantung. Beberapa prosedur yang umum dilakukan, mencakup:
- Operasi bypass pembuluh koroner jantung untuk mengatasi sumbatan pada arteri yang rusak.
- Angioplasti, yakni pemasangan balon untuk melebarkan kembali arteri jantung yang menyempit atau tersumbat melalui selang kateter.
- Penggantian atau perbaikan katup jantung, bila ini menjadi penyebab gagal jantung.
- Pemasangan alat pacu jantung untuk menormalkan dan mengendalikan irama jantung. Penggunaan alat ini kerap dikombinasi bersama operasi bypass dan obat-obatan jantung.
- Pemasangan alat bantu pompa jantung atau ventricular assist devices (VADs). Alat ini dipasang di perut atau dada dan disambungkan ke jantung yang melemah untuk membantu fungsi pompa ke seluruh tubuh.
- Transplantasi jantung, yang merupakan alternatif terakhir untuk mengatasi gagal jantung stadium akhir.
Bila tidak diobati, gagal jantung dapat menyebabkan berbagai komplikasi, seperti:
- Kerusakan ginjal. Gagal jantung dapat menurunkan aliran darah ke ginjal, yang kemudian memicu gagal ginjal bila tidak segera diobati. Umumnya diperlukan cuci darah (hemodialisis) untuk mengatasi gagal ginjal.
- Gangguan katup jantung. Katup-katup jantung, yang membuat darah mengalir ke arah yang benar, dapat tidak berfungsi dengan baik bila jantung membesar atau tekanan di dalam jantung terlalu tinggi akibat gagal jantung.
-
- Gangguan irama jantung. Irama jantung dapat menjadi tidak teratur (aritmia) akibat gagal jantung.
- Kerusakan hati. Penumpukan cairan pada perut (asites) akibat gagal jantung, dapat memicu kerusakan sel hati dan berdampak pada fungsinya.
Cara Mencegah Gagal Jantung
Meski pengobatan dapat memperbaiki gejala dan fungsi jantung, pada dasarnya gagal jantung bersifat mengancam nyawa. Oleh sebab itu, upaya pencegahan menjadi penting.
Kunci yakni dengan mengelola faktor-faktor risiko yang ada. Faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit jantung koroner misalnya, dapat dikendalikan melalui perubahan gaya hidup dan obat-obatan penunjang bila perlu.
Perubahan gaya hidup mencakup:
- Tidak merokok
- Mengendalikan tekanan atau gula darah bila ada hipertensi atau diabetes
- Rutin beraktivitas fisik paling sedikit 30 menit per hari
- Mengonsumsi makanan sehat bergizi seimbang
- Menjaga berat badan di rentang normal
- Cukup tidur 7-8 jam per hari
- Menurunkan dan mengelola stres
Gagal jantung memang tidak 100 persen dapat disembuhkan. Keluaran individu dengan gagal jantung pun tergantung pada penyebab, keparahan penyakit, kondisi kesehatan secara umum, dan faktor usia. Akan tetapi, pengobatan yang dilakukan sedini mungkin dan teratur membuat individu dengan gagal jantung mampu bertahan hidup dalam jangka panjang dan tetap produktif.