Kisah seorang bayi perempuan yang meninggal karena penyakit jantung ini menyoroti akan kebutuhan fasilitas yang lebih baik ladi dalam menindaklanjuti peristiwa gagal jantung pada bayi yang terjadi Singapura.
Delapan hari setelah ulang tahun pertamanya, seorang perawat yang mengasuh bayi kecil Ho Yuan En Jovelynn menemukan bahwa bibir Jovelynn tiba-tiba berubah warrna. Bibirnya terlihat menjadi ungu dan sangat lesu.
Melihat perubahan putrinya, jelas membuat orangtuanya menjadi khawatir dan segera membawanya ke Rumah Sakit KK, di mana Jovelynn didiagnosis gagal jantung.
Sedihnya, tidak lama berselang, pada tanggal 17 Februari 2018, bayi Jovelynn meninggal. Bertepatan dengan Jovelynn yang berusia 20 bulan.
Ayahnya yang patah hati, Jason Ho, berbagi kesedihannya dengan theAsianparent Singapura. Dia berharap, dengan peristiwa yang menimpa puteri tercintanya bisa mengingatkan bahwa fasilitas untuk mengobati gagal jantung pada bayi di Singapura harus lebih dimaksimalkan lagi.
“Singapura merupakan negara yang sangat maju, sayangnya tidak ada yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan putriku,” kata Jason.
Gagal jantung pada bayi: seorang ayah di Singapura berbagi kesedihan
Lebih lanjut, Jason menceritakan bahwa dirinya selama ini bekerja sebagai Sales Executive, dan istrinya Cindy Lim bekerja sebagai Asisten Klinik. Pasangan ini telah dipercaya memiliki beberapa anak, selain Jovelynn, anaknya bernama Ho Yuan Kai Jovan (10 tahun) dan Ho Yuan Le Javier (4 tahun)
Jason memberi tahu theAsianParent Singapura bahwa di dalam keluarga memang memiliki riwayat penyakit jantung, penyakit yang akhirnya merenggut nyawa puteri kecilnya, Jovelynn. “Saya sendiri sebenarnya pasien transplantasi jantung. Saya menderita gagal jantung ketika saya berusia 15 tahun. Ibu saya juga pasien gagal jantung,” terangnya.
Dokter di Rumah Sakit KK telah mendiagnosis Jovelynn dengan kardiomiopati.
Dengan adanya riwayat penyakit jantung pada keluarga, tentu saja berisiko akan diturankan pada anak-anaknya. Terbukti, penyakit jantung yang diidap Jovelynn akahirnya mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya.
Jason mengatakan, “Dia sedang belajar berjalan, melompat, merangkak dan berbicara, tetapi setelah dia mulai minum obat dia tidak memiliki kekuatan untuk melakukan semua itu lagi.”
“Selama 6 bulan pertama, dia sedang dalam pengobatan tetapi ketika dokternya mengundurkan diri dari KKH, akhirnya selama sebulan tanpa spesialis. Saat itulah kondisi anak saya yang sudah cukup beruk menjadi lebih buruk lagi.”
“Dia masuk dan keluar dari rumah sakit selama 8 bulan. Kemudian, ketika kondisinya memburuk, dia harus dirawat di ICU pediatrik NUH selama 2 bulan.”
Artikel terkait: Kelainan jantung bawaan pada bayi
Ayah ini belajar berdamai karena kehilangan anak akibat gagal jantung pada bayi
Sebagai orangtua, kita tidak dapat membayangkan betapa berat rasa kehilangan yang dialami Jason dan istrinya. Jason berbagi, “Kami bisa menerima bahwa dia tidak ada lagi, tapi hatiku masih sedih. Setiap kali aku melihat foto-fotonya, aku masih menangis.”
“Istri saya juga sangat merindukannya… ketika seseorang menyebutkan namanya atau dia melihat foto atau videonya dia akan menangis,” kenangnya dengan raut wajah yang pilu.
“Kakak laki-laki Jovelynn, yang berusia 10 tahun sudah mengerti apa yang terjadi. Dia pun memiliki kondisi ini, meskipun penyakitnya jantungnya bisa dikatakan jauh lebih ringan jika dibandingkan dengan adiknya. Saat ini ia pun masih dalam pengobatan. Sementara, putra saya yang kedua masih belum banyak mengerti karena memang usianya dia masih cukup belia.”
Jason juga berbicara tentang penyesalannya, “Kami menyesal bahwa kami tidak bisa berbuat banyak untuknya, misalnya membawanya ke luar negeri, atau bahkan membawanya keluar rumah untuk melihat bintang atau lampu. Gadis kecil saya sangat menyukai lampu, dan dia senang jika diajak pergi di luar.”
“Kami juga menyesal tidak mengambil lebih banyak foto keluarga dengannya. Kami ingin mengambil satu foto keluarga terakhir tapi kami tidak bisa.”
Kesedihan akibat kepergian seorang anak yang dikasihi memang tidak mampu diungkapkan kata-kata. Meskipun begitu, ada beberapa pelajaran hidup yang berharga yang diambil lewat peristiwa seperti ini. Seperti yang dikatakan Jason,”Cintai anak-anak Anda lebih banyak lagi, mereka adalah karunia Tuhan.”
Ya, usia seseorang memang tidak ada yang pernah bisa menebaknya. Seperti yang diungkapkan Jason, sebagai orangtua, idealnya memang tida boleh menyia-nyiakan kesempatan untuk sering menghabiskan waktu dengan keluarga tersayang.
“Aku selalu menginginkan seorang anak perempuan. Ketika pertama kali mengetahui bahwa anak ketigaku adalah anak perempuan, bahagianya sangat luar biasa. Tapi ternyata kebahagiaan ini tida bertahan lama, karena kita memang tidak pernah tahu apa yang akan terjadi besok. Jadi mohon hargailah waktu yang Anda miliki bersama anak-anak Anda.”
Gagal jantung pada bayi di Singapura
Sebagai seorang ayah, Jason memang merasa kecewa karena dirinya tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan putrinya sendiri, “Di Singapura tidak ada program transplantasi jantung untuk anak-anak.”
Memang benar, di Singapura tidak memiliki program transplantasi untuk jantung anak. Sementara untuk negara tetangga seperti Malaysia, Cina, India, Jepang, dan Thailand termasuk merupakan negara yang telah menyediakan fasilitas transplantasi jantung untuk anak.
Menurut Associate Professor Quek Swee Chye dari NUH, penghalang utama untuk memulai program transplantasi jantung anak di Singapura sebenarnya disebabkan karena kurangnya donor jantung.
Dikutip dari Channel NewsAsia, Dr. Chye mengatakan “Untuk anak-anak, ada berbagai usia dan ukuran dari bayi yang baru lahir, bayi, hingga balita, anak-anak, remaja. Anda harus memiliki hati yang ukurannya hampir sama. Itu yang jadi penghalang utama, terutama jika dibandingkan dengan populasi orang dewasa. ”
Negara-negara di mana transplantasi jantung pediatrik telah dilakukan biasanya memiliki populasi yang lebih besar dan kolam donor lebih besar.
Selain itu, anak-anak juga tidak tercakup dalam Undang-undang Transplantasi Organ Manusia Singapura, yang memungkinkan dokter untuk memulihkan ginjal, hati, jantung, dan kornea dari tubuh semua warga Singapura dan penduduk tetap dengan pikiran sehat jika mereka mati untuk alasan apa pun, kecuali mereka memilih keluar .
Kami berharap Singapura suatu hari dapat mengembangkan program transplantasi jantung untuk anak-anak, sehingga bayi seperti Jovelynn memiliki kesempatan yang lebih baik untuk bertahan hidup.
Kepada theAsianParent Singapura, kalimat terakhir Daddy Jason sangat menyayat hati, “Jika saya bisa, saya akan menyerahkan jantung saya dan memberikan kepadanya …”
Apa yang dikatakan Jason merupakan harapan semua orangtua, ketika orangtua kerap kali rela berkorban untuk kebahagiaan anak-anaknya.
Baca juga :
Kisah Virsaviya: Anak yang Bertahan Hidup dengan Jantung di Luar Dada