Banyak orangtua sudah memberikan gadget untuk anaknya di usia sangat dini. Padahal ada dampak buruk yaitu gadget bikin mata anak rusak dan kurangnya konsentrasi.
Pernahkah Parents memperhatikan bahwa anak-anak jaman sekarang lebih banyak yang berkacamata daripada jaman Anda maupun orangtua Anda? Belum lagi saat anak-anak mulai tidak jeli dalam menemukan barang-barang di sekitarnya maupun sulit mengingat wajah maupun bentuk?
Saat kita bicara tentang kesehatan mata, yang perlu kita perhatikan bukan hanya tentang sejelas apa mata anak saat memandang di kejauhan. Tapi juga soal kejelian anak dalam mencari barang-barang di sekitarnya, ingatan visual, dan aspek melihat yang lain.
Itulah yang dinamakan fungsi penglihatan pada manusia. Manusia tak hanya melihat obyek sekilas. Namun fungsi penglihatan yang sempurna juga dapat mengingat dan jeli terhadap sebuah obyek dalam bentuk 3 dimensi di otak.
Untuk memiliki ingatan tentang penglihatan dalam bentuk 3 dimensi di dalam otak, dibutuhkan kemampuan melihat dengan jarak jauh maupun dekat. Kemudian, memfokuskan beberapa obyek di sekitar dan merekamnya baik-baik di otak.
Faktor utama yang mendasari gadget bikin mata anak rusak adalah karena mata terbiasa menatap layar terus menerus sehingga menyebabkan mata lelah, pandangan buram, hingga sakit kepala. DNA India melaporkan bahwa pada usia 23-35 tahun saja, dampak komputer membuat fungsi mata para pekerja yang terbiasa di depan komputer menurun. Dari tahun ke tahun angkanya terus meningkat.
Hal ini rupanya terjadi pada anak-anak juga. Maka dari itu, dibutuhkan strategi khusus untuk menjaga kesehatan mata anak.
Karena gadget adalah salah satu benda yang sulit dihindari saat ini, melarang anak untuk tidak menggunakan gadget bukanlah solusi bijak. Berikut cara agar dampak buruk seputar gadget bikin mata rusak ini tak terjadi pada si kecil:
1. Atur jarak antara mata dengan layar gadget
Jarak ideal antara mata dengan gadget adalah antara kepalan tangan dengan siku dan posisi layar berada pada bawah dagu. Tak boleh lebih dekat dari jarak itu.
2. Seimbangkan dengan aktivitas bergerak
Latih kejelian mata si kecil agar efek buruk gadget bikin mata anak rusak menjauh darinya. Yaitu dengan cara melibatkan anak dalam aktivitas menangkap bola lewat permainan baseball, basket, sepakbola, pingpong, maupun sekedar bermain lempar dan tangkap bola.
Melihat arah bola yang bergerak dapat meningkatkan fokus mata anak dan konsentrasinya. Ketika anak kesulitan untuk menangkap bola maupun mengikuti gerakan bola yang terlempar ke sana kemari, itu adalah salah satu ciri bahwa mata anak Anda membutuhkan tes fungsi visual.
3. Membaca bukanlah solusi
Kebiasaan membaca memang sesuatu yang baik. Namun, saat berbicara tentang solusi agar dapat meningkatkan daya visual anak, maka hal ini bukanlah sesuatu yang tepat.
Benar bahwa membaca dapat meningkatkan daya pikir dan konsentrasi. Tetapi juga bisa diingat bahwa membaca juga bisa jadi salah satu aktivitas yang membuat mata lelah.
4. Memberikan pengertian tentang risiko bahwa gadget bikin mata anak rusak
Sejak dini, anak dapat diajak komunikasi dan bekerja sama dalam banyak hal. Termasuk edukasi soal risiko atas apa yang ia lakukan.
Sekalipun ia akan marah maupun tampak tidak mendengar, namun kata-kata Anda terpendam di dalam ingatannya suatu hari nanti. Di masa inilah mengajari anak untuk berkompromi terhadap apa yang terbaik baginya.
5. Berikan jadwal screen time
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa waktu ideal anak dengan gadgetnya hanya 30 menit saja dalam sehari. Agar tak terkena dampak gadget bikin mata anak rusak, maka Anda perlu disiplin soal ini.
Misalnya, Vision Therapy Center menyatakan bahwa salah satu cara bijaknya adalah dengan menentukan waktu bahwa anak bisa main iPad selama 20 menit. 20 menit sisanya digunakan untuk bermain tangkap bola.
Artikel terkait: Waktu yang tepat memberikan gadget pada anak menurut Bill Gates.
Menyadari dampak buruk gadget bikin mata anak rusak bukan berarti menghakimi orangtua lain yang telah memberikan gadget pada anak sejak dini. Namun, Anda tetap bisa memberikan gadget secara bijak pada anak.
Sehingga, ketika ada dampak buruk yang terjadi, sebenarnya bukan sepenuhnya salah gadget. Melainkan kebijaksanaan orangtua dalam berkompromi dengan kemauan anak bermain gadget lah yang menentukan.
Baca juga: