Sejak first look teaser film superhero “Satria Dewa Gatotkaca” dirilis, film garapan sutradara Hanung Bramantyo ini terus mendapat sorotan.
Teaser film Gatotkaca yang menampilkan sosok jagoan legendaris pewayangan ini mencuri perhatian netizen.
Beberapa warganet mengomentari lambang bintang di dada Gatotkaca yang disebut mirip dengan logo di dada Captain Marvel, superhero Marvel.
Bagaimana fakta sebenarnya terkait hal ini? Apa tanggapan sineas terkait perdebatan logo Gatotkaca tersebut? Simak fakta-faktanya berikut.
Artikel terkait: 10 Tahun menikah, ini curhatan Zaskia Mecca tentang suaminya
Fakta-Fakta Film Satria Dewa Gatotkaca
Berikut adalah fakta-fakta di balik film Gatotkaca garapan sutradara Hanung Bramantyo.
Visual Effect Film Dikerjakan Studio yang Biasa Memproduksi Animasi Internasional
Sutradara film ini juga mengatakan, seluruh visual effect dalam “Satria Dewa: Gatotkaca” dikerjakan oleh Lumine Studio, yang sebelumnya berpengalaman mengerjakan film-film animasi berskala internasional.
“Lebih dari 500 titik dalam film harus dikerjakan lewat proses CGI yang makan waktu panjang. Belum lagi bagian pertempuran seru yang harus dibuat dengan detail agar penonton bisa menikmati serunya cerita dari film Satria Dewa: Gatotkaca,” kata Hanung dalam rilis persnya.
Film Diproduksi dengan Banyak Gunakan CGI
Film ini diklaim telah menelan biaya 4-5 juta dolar AS, sebagaimana dikutip Variety. Salah satu kesulitan yang dihadapi tim produksi saat membuat film Satria Dewa: Gatotkaca adalah terutama untuk menghadirkan visual yang apik untuk film tersebut. Sutradara Hanung Bramantyo mengungkapkan hal ini.
Hanung mengatakan, pihaknya banyak menggunakan CGI (Computer Generated Imagery) dan visual effect yang dikerjakan secara serius dan intens untuk menyajikan tata visual yang modern, demikian dikutip Antara.
Baca juga: 15 Film Horor Terseram yang Bikin Merinding, Jangan Nonton Sendirian!
Kesulitan Syuting di Tengah Pandemi
Satria Dewa: Gatotkaca mulai melakukan proses syuting sejak tanggal 6 Agustus 2020, meski di tengah pandemi virus corona (COVID-19), dengan menerapkan protokol kesehatan ketat.
Produser “Satria Dewa: Gatotkaca” Celerina Judisari juga mengungkap kesulitan yang dihadapi tim saat syuting di tengah pandemi COVID-19.
Celerina mengatakan proses syuting film tersebut melibatkan kru besar yang bergerak ke luar kota di tengah pandemi. Meski menghadapi kesulitan, ia merasa bersyukur sebab tidak ada satupun kru yang terinfeksi COVID-19 selama 35 hari produksi berkat penerapan protokol kesehatan yang ketat.
“Kesulitan yang dialami disebabkan adanya berbagai penyesuaian kreatif di lapangan akibat proses persiapan yang banyak dilakukan melalui daring dan adanya keterbatasan lokasi akibat pandemi,” katanya.
Film Gatotkaca Harus Rilis Tidak Sesuai Jadwal
Awalnya film ini direncanakan tayang di bioskop pada akhir 2021, namun terpaksa memundurkan jadwal hingga Juni tahun ini.
Terkait hal ini, Vice President Operation Satria Dewa Studio, Mochtar Sarman, mengatakan saat ini post-produksi film tersebut hampir selesai dan telah menetapkan tanggal tayang.
“Sebuah kehormatan bagi kami telah bekerja dengan para talenta berbakat, tim yang penuh semangat dan para kru yang berdedikasi untuk merealisasikan suatu ide gila menjadi sebuah film yang epik,” katanya.
Rumah Produksi Umumkan Lahirnya “Satria Dewa Semesta”
Rumah produksi juga mengumumkan “Satria Dewa Semesta”, semesta yang menaungi film, serial, animasi, bahkan sampai ke produk lainnya yang berkaitan dengan Satria Dewa.
“Satria Dewa: Gatotkaca” adalah film pertama dari delapan seri film di bawah Satria Dewa Superhero Universe yang diproduseri Rene Ishak serta Celerina Judisari melalui Satria Dewa Studios.
“Satria Dewa Semesta” salah satunya akan menghadirkan film “Satria Dewa: Arjuna” dan menetapkan Omar Daniel sebagai pemeran utama untuk memerankan karakter Arjuna.
Sederet Aktor Kawakan di Satria Dewa: Gatotkaca
“Satria Dewa: Gatotkaca” disutradarai Hanung Bramantyo dan ditulis oleh Rahabi Mandra sebagai penulis skenario. Daftar pemain yang terlibat dalam Satria Dewa: Gatotkaca meliputi sederet aktor dan aktris muda seperti Rizky Nazar yang akan memerankan Yuda, pemuda dengan kekuatan super.
Ada juga aktor laga kawakan seperti Cecep-Arif Rahman dan Yayan Ruhiyan, keduanya adalah bintang film “John Wick 3” dan “The Raid.”
Kontroversi Perilisan Teaser Satria Dewa: Gatotkaca
Rumah produksi Satria Dewa Studio secara resmi merilis teaser trailer baru film “Satria Dewa: Gatotkaca” di saluran resmi Youtube Satria Dewa Studio.
Salah satu respons yang ramai terkait teaser ini adalah karena bentuk simbol bintang dalam film “Satria Dewa: Gatotkaca”. Simbol ini menjadi bahan perdebatan warganet di media sosial. Netizen menyebut simbol tersebut mirip dengan Captain Marvel.
Respons Sutradara Terkait Kontroversi Simbol Gatotkaca-Captain Marvel
Sutradara “Satria Dewa: Gatotkaca” Hanung Bramantyo mengatakan bahwa simbol bintang yang tersemat pada pakaian Gatotkaca telah menjadi ciri khas tokoh wayang itu sejak lama dan bukan eksklusif milik Marvel
Ia juga menegaskan pihaknya hanya mereproduksi apa yang sudah dimiliki oleh karakter Gatotkaca dalam pewayangan.
“Buat saya, fans-nya Marvel boleh saja mengklaim bahwa itu adalah logonya Marvel. Tetapi yang namanya bintang itu bisa milik siapapun. Apalagi pada saat saya membuat film ‘Gatotkaca’, bintang itu sudah menjadi simbolnya Gatotkaca. Umurnya sudah lama sekali,” kata Hanung sebagaimana dikutip Antara.
Kenapa Gatotkaca Memakai Simbol Segi Delapan?
Hanung juga menjelaskan setidaknya terdapat tiga ciri khas Gatotkaca yang tidak pernah hilang meskipun telah direproduksi berkali-kali dan selalu berkembang sesuai zaman, antara lain sayap, kumis, dan bintang. Menurut Hanung, dirinya bersama Dewa Satria Studio tidak menghilangkan ketiga ciri khas tersebut.
“Kami memutuskan untuk menggunakan bintang segi delapan. Tapi bahwa bintang itu mengambil dari Captain Marvel atau dari apa, tidak. Kami memang menggunakan simbolnya Gatotkaca. Takutnya kalau kami menghilangkan itu, identitas Gatotkacanya hilang dan saya diprotes sama fans-nya wayang Gatotkaca,” kata Hanung.
Bagi Hanung, seni wayang bukan sekadar dilihat dari bentuknya saja, melainkan yang lebih penting adalah nilai-nilai kehidupan manusia yang tercermin di dalamnya, termasuk tentang bagaimana hubungan antartokoh wayang.
“Wayang itu lahir karena nilainya bagus banget, nilai-nilai falsafah yang sangat berpengaruh pada hidup manusia,” tuturnya.
Baca juga: 8 Rekomendasi Film Thailand Lucu untuk Ditonton Bersama Keluarga
Harapan Sineas Terhadap Film Gatotkaca
Hanung Bramantyo menilai bahwa dunia hiburan mirip dengan dunia politik. Hanung mengutip perkataan Winston Churchill yang menyebutkan sejarah bisa ditulis oleh para pemenang. Menurutnya, analogi tersebut juga terjadi pada dunia hiburan.
“Dunia hiburan itu sama seperti politik bahwa siapa yang punya follower banyak, itu yang menang. Marvel kan follower-nya sudah banyak. (Di dunia) hiburan kan siapapun yang punya follower banyak, dia berkuasa,” ujarnya.
Hanung berharap nantinya film “Satria Dewa: Gatotkaca” menjadi kebanggaan tersendiri bagi Indonesia. Harapan tersebut, menurutnya, juga paling tidak tersimpan dalam benak pecinta Marvel dan DC.
“Saya percaya sekali ketika menonton Marvel dan DC mereka berharap, ‘Coba orang Indonesia bisa membuat film kayak begini’. Harapan itu sebisa mungkin akan kami realisasikan,” katanya.
Demikian fakta-fakta soal film terbaru Hanung Bramantyo, “Satria Dewa: Gatotkaca” beserta kabar terkait kontroversi lambang di dada sang satria dewa.
***
Baca juga:
Berubah 180 Derajat! Begini Beda Gaya Berpakaian Aurel Hermansyah 5 Tahun Terakhir
5 Artis Korea Ini Terlibat Cinlok Hingga Menikah, Berawal dari Layar Kaca!
9 Film Komedi Indonesia Terbaik, 'Agak Laen' Sudah Tayang di Netflix!