Belakangan ini, kasus kematian santri Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) berinisial AM (17) tengah menjadi sorotan publik. Satu per satu fakta baru tentang kasus penganiayaan santri Ponpes Gontor tersebut pun mulai terkuak dan cukup mengejutkan.
Seperti baru-baru ini, fakta baru perihal kematian AM kembali terkuak. Polres Ponorogo, Jawa Timur mengungkapkan jumlah santri yang menjadi korban atas dugaan penganiayaan di PMDG ternyata tidak hanya AM saja, tetapi ada dua santri lainnya.
“Total ada tiga santri termasuk korban AM, namun yang dua santri luka-luka,” kata Kapolres Ponorogo AKBP Catur Cahyono, Selasa (06/09/2022).
10 Fakta Kasus Penganiayaan Santri Ponpes Gontor
Berikut ini sederet fakta tentang santri Gontor yang meninggal dunia karena dianiaya teman, mulai dari pernyataan pihak Ponpes Gontor hingga motif pelaku.
1. Viral Usai Ibu Korban Mengadu ke Hotman Paris
Kasus kematian AM ini viral di media sosial setelah sang ibu, Soimah, mengadukan kisah tragis yang dialami putranya kepada Hotman Paris. Melalui video yang diunggah oleh pengacara kondang Tanah itu lewat akun Instagram pribadinya, tampak Soimah sedang menangis.
“Jadi anak pertama ibu ini meninggal di suatu pesantren, diduga korban penganiayaan, sudah dikubur dan dia memohon perhatian, memohon keadilan datang ke Hotman Paris, Hotman Paris 911 di Palembang. Tapi kejadiannya di Ponorogo. Kita belum tahu siapa pelakunya ya,” kata Hotman dalam unggahan video tersebut.
2. Fakta Penganiayaan Santri, Ponpes Gontor Sebut AM Meninggal Karena Kelelahan
Melalui surat terbuka yang ditulisnya, Soimah mengatakan bahwa pihak Ponpes Gontor awalnya tidak mengatakan yang sebenarnya tentang penyebab kematian AM. Pihak ponpes hanya menyampaikan bahwa sang anak meninggal akibat kelelahan usai mengikuti kegiatan Perkemahan Kamis Jumat (Perkajum).
Soimah mengaku mendapat kabar tersebut dari salah satu pengasuh Gontor 1, yaitu Ustad Agus pada Senin (22/08/2022) sekitar pukul 10.20 WIB. Kemudian, jenazah anaknya diantarkan ke Palembang keesokan harinya.
“Akhirnya almarhum tiba di Palembang pada Selasa siang, 23 Agustus 2022, diantar oleh pihak Gontor 1 dipimpin Ustad Agus. Itu pun saya tidak tahu siapa Ustadz Agus itu, hanya sebagai perwakilan,” kata Soimah dalam surat terbuka yang ditulisnya.
Tidak lama setelahnya, Soimah mendapatkan laporan baru dari wali santri lain yang mengatakan bahwa penyebab AM meninggal dunia bukan karena kelelahan. Oleh karena itu, pihak keluarga meminta peti jenazah AM untuk dibuka.
Setelah peti jenazah dibuka, keluarga akhirnya bisa melihat kondisi tubuh korban memang bukan seperti meninggal karena kelelahan, tetapi karena kekerasan. Rasa marah sekaligus penyesalan pun sudah tidak bisa dibendung lagi.
“Sungguh sebagai ibu saya tidak kuat melihat kondisi mayat anak saya demikian begitu juga dengan keluarga. Amarah tidak terbendung, kenapa laporan yang disampaikan berbeda dengan kenyataan yang diterima. Karena tidak sesuai, kami akhirnya menghubungi pihak forensik dan pihak rumah sakit sudah siap melakukan otopsi,” kata Soimah.
“Saya pun tidak bisa membendung rasa penyesalan saya telah menitipkan anak saya di sebuah pondok pesantren yang notabene nomor satu di Indonesia,” sambungnya.
Artikel Terkait: 13 Potret Pesantren Milik Syech Zaki Suami Tasyi Athasyia, Luas dan Asri Banget!
3. Usai Didesak, Pihak Ponpes Gontor Akui AM Meninggal Karena Penganiayaan
Namun setelah didesak oleh Soimah dan keluarga, akhirnya pihak Gontor 1 yang mengantarkan jenazah AM mengaku bahwa santri berusia 17 tahun itu telah menjadi korban kekerasan.
“Berdasarkan temuan tim pengasuhan santri, kami memang menemukan adanya dugaan penganiayaan yang menyebabkan almarhum wafat,” kata juru bicara Pondok Modern Darussalam Gontor Ustadz Noor Syahid melalui surat pernyataan, Senin (05/09/2022).
Setelah pihak pondok pesantren mengatakan yang sebenarnya, Soimah akhirnya memutuskan untuk tidak jadi melakukan otopsi kepada tubuh sang putra. Hal itu lantaran dia tidak tega melihat tubuh putranya “diobrak-abrik”.
“Agar anak saya segera bisa dikubur mengingat sudah lebih dari satu hari perjalanan dan saya tidak rela tubuh anak saya diobrak-abrik. Keputusan saya untuk tidak melanjutkan ke ranah hukum didasari banyak pertimbangan,” tulis Soimah.
“Karena itu, kami membuat surat terbuka yang intinya ingin ketemu sama Kyai di Gontor 1, pelaku dan keluarganya untuk duduk satu meja, ingin tahu kronologi hingga meninggalnya anak kami,” lanjut dia.
4. Ponpes Gontor Telah Mengambil Tindakan kepada Pelaku
Ustadz Noor kemudian kembali menjelaskan bahwa Ponpes Gontor sama sekali tidak mentoleransi adanya tindak kekerasan di lingkungan pesantren. Oleh karena itu, pihak ponpes telah mengambil tindakan tegas dengan mengeluarkan pelaku yang diduga terlibat penganiayaan dari pesantren secara permanen.
“Menyikapi hal ini, kami langsung bertindak cepat dengan menindak atau menghukum mereka yang terlibat dugaan penganiayaan tersebut,” katanya.
5. Fakta Penganiayaan Santri Gontor, Kasus Diserahkan ke Polisi
Selain itu, Ponpes Gontor juga telah menyerahkan kasus tersebut kepada pihak kepolisian dan berani memastikan pihaknya akan bekerja sama dalam proses penyelidikan yang berlangsung di Ponpes Gontor.
“Kami siap untuk mengikuti segala bentuk upaya dalam rangka penegakan hukum terkait peristiwa wafatnya almarhum AM ini,” ujar Ustadz Noor menambahkan.
Artikel Terkait: 10 Artis Terlibat Kasus Penganiayaan, Terbaru Iko Uwais
6. Polisi Sudah Kantongi Identitas Pelaku
Polres Ponorogo, Jawa Timur mengatakan telah melakukan penyelidikan atas kejadian meninggalnya AM. Bahkan, pihaknya kini sudah mengantongi identitas yang terduga pelaku meskipun saat ini masih dirahasiakan.
“Terduga pelaku dari kalangan santri juga. Untuk terduga pelaku nanti kita sampaikan lagi karena ini masih dalam proses penyidikan,” kata AKBP Catur Cahyono.
7. Sebanyak 7 Saksi Telah Diperiksa
Di samping itu, Kapolres Ponorogo tersebut mengatakan sudah memeriksa sejumlah saksi setelah pihak Ponpes Gontor secara resmi melaporkan kasus kematian santri berinisial AM. Sampai saat ini, sebanyak tujuh orang saksi telah diperiksa.
“Tujuh saksi ada inisial RM (santri), N (santri), dokter 2, ustadz 2, dan 1 staff pengajar,” jelasnya.
8. Motif Pelaku Diduga karena Kesalahpahaman
Lebih lanjut, Catur mengatakan bahwa dugaan sementara atas kasus penganiayaan AM dikarenakan ada pemicu, yang tidak lain berupa kesalahpahaman. Meski begitu, pihaknya masih terus menggali kebenaran dari motif pelaku.
“Motifnya saya rasa ada pemicunya. Kesalahpahaman. Kami akan dalami lagi. Butuh waktu untuk proses. Kepastiannya untuk motif akan kami ungkapkan lagi nanti,” kata Catur menambahkan.
9. Korban Lebih dari 1 Orang
Hasil sementara yang didapatkan dari penyelidikan, ternyata tidak hanya AM yang menjadi korban, tetapi ada tiga korban lain yang juga dianiaya.
“Ada korban lain selain yang meninggal dianiaya. Korban ada 3,” pungkasnya.
Artikel Terkait: 5 Cara Menghukum Anak Tanpa Kekerasan, Cegah Trauma Psikologis
10. Soimah Berharap Tidak Ada Lagi Korban Kekerasan di Ponpes
Dengan kejadian tragis yang menimpa sang putra, Soimah berharap supaya tidak ada lagi korban kekerasan, baik itu di Ponpes Gontor maupun pondok pesantren lainnya. Selain itu, dia juga ingin surat terbukanya ini bisa membuka mata masyarakat bahwa memperjuangkan kebenaran dibutuhkan keberanian.
“Jangan lagi ada korban-korban kekerasan, bukan hanya di Gontor, tetapi di pondok lainnya hingga menyebabkan nyawa melayang. Tidak sebanding dengan harapan para orang tua dan wali santri untuk menitipkan anaknya di sebuah lembaga yang dapat mendidik akhlak para generasi berikutnya,” katanya.
“Dari saya, Soimah, wali santri AM bin Rusdi yang masih berharap ini hanya MIMPI dan merasa anak saya belum pulang menimba ilmu. Palembang, 31 Agustus 2022,” pungkas Soimah di akhir surat terbukanya.
Itulah tadi sederet fakta tentang kasus penganiayaan santri Ponpes Gontor. Kita doakan semoga kasus ini bisa selesai secepatnya dan para pelaku diberikan hukuman yang setimpal.
***
BACA JUGA:
Dosa Besar Menanti, Ini Hukum Memakan Harta Anak Yatim Menurut Islam
11 Rekomendasi Drama Lee Yoo Mi, Aktris Korea Pertama Pemenang Emmy Award
4 Tips Agar Anak Menjadi Pembelajar Mandiri dan Tidak Mudah Menyerah