Tak hanya untuk istri sultan, ternyata melahirkan dengan metode ERACS seperti Nagita Slavina bisa gratis dengan BPJS Kesehatan. Ini adalah pengalaman saya melahirkan anak pertama Desember 2021 lalu. Tentu hal ini menjadi moment krusial untuk saya dan bayi saya. Ketika memasuki trimester ketiga dan melihat riwayat kesehatan saya kala itu, dokter menyarankan saya untuk melahirkan dengan metode caesar.
Apakah saya tidak ingin melahirkan secara pervaginam? Jelas tidak perlu dipertanyakan, tentu saya sangat ingin pengalaman pertama saya melahirkan melalui proses alamiah. Namun tepat ketika usia kehamilan saya memasuki 7 bulan, saya mengalami perdarahan hemoroid hingga hemoglobin saya berada di angka 3. Di hari tersebut saya langsung dirujuk ke rumah sakit untuk menerima transfusi darah hingga 6 kantong.
Dari awal diindikasikan untuk Caesar oleh dokter, tentu yang terbersit di pikiran saya adalah biaya. Bersyukurnya, saya merupakan peserta KIS (Kartu Indonesia Sehat), yang mana iuran BPJS kesehatan saya ditanggung oleh pemerintah. Saya langsung mencari tahu beberapa informasi terkait proses melahirkan secara caesar. Ketika itu beberapa stasiun televisi memberitakan tentang Nagita Slavina yang melahirkan putra keduanya dengan metode ERACS. Apa itu metode ERACS? ERACS adalah singkatan dari Enhanced Recovery After Caesarean Surgery. Intinya melahirkan secara caesar dengan meminimalisir rasa sakit dan trauma melahirkan.
Saya mencoba mencari tahu apakah ERACS bisa dicover dengan BPJS kesehatan. Wah ternyata bisa. Saya rutinkan untuk periksa kehamilan saya ke faskes tingkat 1 untuk mencari informasi sekaligus mempersiapkan surat rujukan nantinya. Tak butuh waktu lama, saya menelfon beberapa rumah sakit yang menjadi rujukan dari faskes tingkat 1 tersebut.
Beberapa pertanyaan yang saya ajukan diantaranya;
Apakah rumah sakit tersebut sudah melayani proses melahirkan dengan metode ERACS, apakah biaya melahirkan dengan metode ERACS di rumah sakit tersebut dapat dicover dengan BPJS Kesehatan, lalu dokter siapa saja di rumah sakit tersebut yang dapat menjalankan metode ERACS.
Saya pun menggali informasi melalui media sosial tentang pengalaman ibu-ibu yang pernah melahirkan dengan dokter tersebut sebelumnya. Pilihan saya jatuh pada salah satu rumah sakit tak jauh dari tempat saya tinggal dan salah satu dokter di sana.
Memasuki usia kehamilan 37 minggu, saya meminta surat rujukan ke faskes tingkat 1. Bermodal informasi yang sudah saya kumpulkan, saya meminta untuk dirujuk ke rumah sakit pilihan saya yang tentu masih menjadi tujuan rujukan dari faskes tingkat 1 tersebut. Esok harinya saya langsung mendatangi rumah sakit dan mendaftarkan diri untuk periksa dengan dokter yang juga sudah jadi pilihan saya.
Dan benar saja, dokter langsung meminta saya untuk menjalani proses ERACS keesokan harinya. Sore harinya saya sudah masuk ke ruang rawat dan diberi tahu oleh perawat bahwa saya akan menjalani proses ERACS pukul 10.00 esok hari.
Biasanya pasien akan diminta puasa sebelum proses melahirkan dengan metode konvensional, namun tidak dengan metode ERACS. Saya tidak diminta puasa, justru saya diminta minum 1 obat dengan air jeruk yang rasanya manis. 1 jam berikutnya saya masuk rumah operasi.
Tindakan medis satu per satu dilakukan. Mulai dari menyuntikkan bius di ruas tulang belakang saya. Beberapa orang berkata proses ini menyakitkan, namun saya tidak merasakan sakit. Kuncinya adalah tetap tenang dan rileks. Seingat saya, saya menerima lebih dari 1x suntikan di tulang belakang saya. Dan sepertinya proses ini lah yang juga membedakan metode ERACS dengan metode konvensional. Lalu saya dibaringkan. Tenaga media mulai memasang alat pendeteksi detak jantung di jari tangan saya, memasang kateter ketika setengah badan saya sudah kebas dan tindakan medis lainnya hingga proses operasi dimulai.
Tidak lebih dari 15 menit kemudian, anak saya lahir ke dunia dengan sehat dan selamat. Ketika saya diselimuti rasa haru, dokter menyelesaikan operasi dan mengurus anak saya. Operasi berlangsung kurang dari 1 jam. Lalu saya dibawa ke ruang observasi sebelum dikembalikan ke ruang rawat.
Beberapa setelah operasi, saya sudah boleh perlahan melatih tubuh saya untuk duduk, berdiri, hingga berjalan. Memasuki waktu Maghrib, saya sudah bisa melakukan aktivitas normal perlahan, sehingga saya leluasa melakukan proses menyusui dengan nyaman.
Keesokan harinya, karena kondisi saya dan bayi saya cukup sehat, saya dan bayi saya sudah diperbolehkan untuk pulang. Berapa biaya yang saya habiskan selama menjalani proses ERACS? Jawabanya Rp 0 atau nol rupiah. Semua tercover dengan BPJS kesehatan termasuk obat-obatan yang saya bawa pulang hingga gratis untuk kontrol pertama 1 Minggu kemudian.
Luka bekas operasi ERACS yang saya dapat tidak seperti luka jahitan. Bahkan tidak terlihat benang sama sekali. Hanya seperti 2 kulit yang ditempelkan. Pasca operasi pun saya tidak mengalami keluhan sama sekali hingga sekarang dan lukanya pun cepat kering.
Itulah pengalaman melahirkan dengan metode ERACS tanpa biaya yang saya alami. Untuk para calon ibu yang sebentar lagi melahirkan, jangan malas mencari tahu apa yang kita perlukan untuk mempersiapkan diri. Ketika kita sudah memiliki cukup informasi, tentu proses melahirkan akan bisa kita lalui dengan lebih tenang.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.