Perancang busana asal Jepang yang berbasis di Paris, Kenzo Takada, meninggal dunia di Paris, Prancis, pada Minggu malam (4/10/2020) karena COVID-19. Kabar desainer brand Kenzo meninggal ini dikatakan oleh juru bicara merek K-3 Takada, brand furnitur mewah kelas internasional Kenzo Takada, dalam sebuah pernyataan yang dikirimkan langsung ke CNN.
Berikut ini keterangan lengkap mengenai almarhum dan sepak terjang desainer brand KENZO tersebut di dunia fesyen dunia.
Desainer Brand Kenzo Meninggal Dunia karena COVID-19
Meninggal Dunia karena Positif COVID-19
Dalam lamannya, CNN mengumumkan desainer Brand KENZO meninggal. Kematian Kenzo Takada disampaikan langsung oleh juru bicara K-3.
“Dengan kesedihan yang luar biasa, merek K-3 mengumumkan kehilangan direktur artistik kenamaannya, Kenzo Takada. Desainer terkenal dunia itu meninggal dunia pada tanggal 4 Oktober 2020 karena komplikasi terkait COVID-19 di usia 81 tahun di American Hospital, di Neuilly-sur-Seine, Prancis,” begitu isi pesannya.
Akan tetapi, tidak dijelaskan kapan sang maestro terjangkit COVID-19 dan sudah berapa lama ia dirawat di rumah sakit.
“Dengan sangat sedih kami mengetahui bahwa sahabat kami Kenzo Takada meninggal hari ini. Dia adalah pencipta yang menginspirasi dan luar biasa dan kami bangga dapat berkolaborasi dengannya. Kami akan selalu mengingat senyumnya dan joie de vivre (menikmati kehidupan dengan bahagia dan semangat). Dunia mode, desain, dan kita semua berduka untuknya malam ini dan menyampaikan belasungkawa yang tulus kepada orang yang dicintainya,” demikian juga yang ditulis akun resmi @kenzotakada_official.
“Dengan kesedihan yang luar biasa bahwa KENZO telah mengetahui meninggalnya pendiri kami, Kenzo Takada. Selama setengah abad, Mr. Takada telah menjadi kepribadian simbolik dalam industri fashion –selalu menanamkan kreativitas dan warna ke dalam dunia. Hari ini, optimisme, semangat untuk hidup dan kemurahan hati terus menjadi pilar dari Maison kami. Dia akan sangat dirindukan dan selalu diingat,” tulis akun resmi KENZO.
Kenzo Takeda meninggal setelah beberapa hari koleksi Spring-Summer 2021 Kenzo karya desainer Felipe Oliveira Baptista diperagakan di Paris Fashion Week.
Di Instagram-nya, Felipe Oliveira Baptista, yang juga Creative Director KENZO, menuliskan, “Dengan sangat sedih saya mengetahui meninggalnya Tuan Kenzo Takada. Energi, kebaikan, bakat, dan senyumannya yang luar biasa menular. Semangat kerabatnya akan hidup selamanya. Beristirahatlah dalam damai, Guru.”
Desainer brand KENZO meninggal dunia. Penghormatan terakhir untuknya mengalir deras dari seluruh pelaku fesyen dunia.
Pindah ke Prancis Demi Gapai Cita-cita
Paris, Prancis, memang sejak dahulu kala sudah menjadi kiblat fesyen dunia laki-laki kelahiran 27 Februari 1939 itu. Sejak membaca majalah fesyen milik sang kakak, ia bercita-cita ingin pergi ke Paris untuk menjadi perancang busana.
Bisa dibilang, sejak lahir di Himeji, Hyogo Prefecture, Jepang, Kenzo tidak pernah hidup susah. Ayahnya yang pengusaha hotel yang memiliki lebih dari cukup uang untuk memberikan modal usaha untuk menjadikannya desainer di Jepang. Namun, Kenzo memilih langsung pergi ke Prancis demi bisa menggapai cita-citanya.
Kenzo sebelumnya sempat kuliah di Kobe City University of Foreign Studies. Setelah ayahnya meninggal di tahun pertama kuliahnya, ia langsung mengundurkan diri.
Tahun 1958 Kenzo mendaftar di Bunka Fashion College, Tokyo, dan dia menjadi siswa laki-laki pertama yang bersekolah di sana. Keputusannya ini sebanarnya sangat ditentang keras oleh keluarganya.
Saat masih kuliah, Kenzo pernah memenangkan kompetisi desain busana Soen Award (1961). Dan dari sinilah peluang kerja terbuka lebar untuknya. Ia mendapat kesempatan bekerja di department store Sanai sebagai perancang busana, ia mendesain 40 pakaian perempuan dalam sebulan.
Pada tahun 1964, saat pemerintah Jepang sedang mempersiapkan Olimpiade Musim Panas 1964, apartemen Takada dihancurkan. Pemerintah memberinya sejumlah kompensasi uang. Dosen yang juga mentornya saat itu, Chie Koike, mengusulkan agar Kenzo menggunakan uang kompensasi untuk perjalanan ke Paris.
Tantangan itu diterimanya. Ia pun melakukan penjalanan ke Paris dengan perahu selama satu bulan. Setelah perahu beberapa kali berhenti, seperti di Hong Kong, Saigon, Mumbai, dan Marseille, akhirnya ia sampai di stasiun kereta Gare de Lyon pada 1 Januari 1965.
Pakaian Satu Butik Ludes Terjual
Hidup tidak terasa mudah bagi Kenzo setelah itu. Butuh 5 tahun untuknya membangun merek pertamanya. Dan akhirnya di tahun 1970, Kenzo mengguncang Paris dengan debut lini fesyen pertamanya, Jungle Jap.
Semua yang dipajang di butik pertamanya terjual habis. Desainnya yang bercorak padanan warna-warna mencolok dan saling tabrak menjadi tren saat itu.
Ia kemudian dikenal karena grafisnya yang cerah, cetakan yang terinspirasi dari hutan, dan penggunaan warna yang eklektik. Ia merupakan desainer Jepang pertama yang menonjol di kancah mode Paris.
Butik Jungle Jap saat itu juga tampil nyentrik. Kenzo mendesain tokonya dengan konsep desain yang terinspirasi dari lukisan The Dream karya pelukis Henri Rousseau.
“Kenzo Takada, dari tahun 1970-an, memasukkan ke dalam mode sebuah nada puitis ringan dan kebebasan manis yang menginspirasi banyak desainer setelahnya,” kata Bernard Arnault, ketua dan kepala eksekutif LVMH.
Dari Jungle Jap ke KENZO
Karyanya semakin dikenal hingga ke luar Eropa saat Majalah Elle (Amerika Serikat) menggunakan karyanya di halaman sampulnya (1971). Setelah itu, editor fesyen internasional mulai penasaran dan berdatangan kepadanya.
Kenzo merasa kesulitan mengenalkan dan menjual karyanya di Amerika. Yang menjadi penghalang adalah arti nama ‘Jap’ pada brand-nya. ‘Jap’ yang berarti ‘serangan’ (offensive) diasumsikan negatif oleh masyarakat Amerika.
“Saya tahu itu memiliki arti yang merendahkan,” katanya kepada New York Times dalam sebuah wawancara tahun 1972, seperti dilansir dari BBC. “Tapi saya pikir jika saya melakukan sesuatu yang baik, saya akan mengubah artinya.”
Kenzo kemudian mengganti nama label dengan nama depannya, KENZO. Inilah yang melatarbelakangi perubahan merek dari Jungle Jap menjadi KENZO.
Tak disangka, labelnya justru lebih berkembang dan menjadi label fesyen yang dikenal secara internasional. Di tahun 1983 ia membuat lini pakaian pria, kemudian lini pakaian olahraga yang lebih kasual KENZO Jeans dan KENZO Jungle. Setelah itu parfum KENZO dan kacamata.
Menjual KENZO dan Pensiun
Pada tahun 1976 Kenzo meresmikan toko utamanya di Place des Victoires, Paris. Sejak itu namanya semakin dikenal dunia dan selama tiga dekade berikutnya, ia menerima banyak sekali penghargaan dan pencapaian.
Wajahnya ada di berbagai sampul majalah ternama, ia meluncurkan brand parfumnya sendiri, dan di tahun 1993 brand kenamaannya, KENZO, dibeli seharga US$80 –atau sekitar $111,3 juta pada tahun itu- oleh Bernard Arnault, konglomerat besar pemilik perusahaan barang mewah Prancis LVMH (Louis Vuitton Moet Hennessy).
“Tahun tersulit dalam hidup saya adalah 1990, ketika pasangan hidup saya Xavier meninggal dan mitra bisnis saya terserang stroke,” katanya seperti ditulis BBC. “Itulah mengapa saya menjual perusahaan kepada LVMH. Saya merasa saya tidak dapat melakukannya sendiri.” Saat itu usia Kenzo sudah 60 tahun.
Tahun 1999 Kenzo mengumumkan pengunduran dirinya sebagai seorang perancang busana. Dan di tahun 2005 ia muncul kembali sebagai desainer dekorasi dengan menghadirkan merek Gokan Kobo yang khusus mendesain peralatan makan, benda rumah, dan furnitur.
“Setelah beberapa tahun libur, saya ingin mengambil arah baru. Ketika saya berhenti bekerja lima tahun yang lalu, saya pergi berlibur, saya istirahat, saya bepergian. Dan ketika saya memutuskan untuk bekerja lagi, saya berkata pada diri saya sendiri bahwa itu adalah seni dekorasi interiors –melebihi mode fesyen,” katanya seperti dilansir dari Wikipedia. Itulah K-3 Takeda.
Desainer Brand KENZO Meninggal Dunia, Sang Maestro Telah Pergi
Dia menetap di Prancis pada 1960-an dan menghabiskan sisa kariernya di sana.
“Kenzo Takada sangat kreatif, dengan kejeniusannya, dia membayangkan sebuah cerita artistik dan penuh warna yang menggabungkan Timur dan Barat, asalnya Jepang dan hidupnya di Paris,” kata Jonathan Bouchet Manheim, CEO dari merek K-3 Takada, saat peluncuran brand ini di Januari lalu.
“Saya memiliki kesempatan untuk bekerja bersamanya selama bertahun-tahun, selalu kagum, mengagumi keingintahuan dan keterbukaan pikirannya. Dia tampak pendiam dan pemalu pada awalnya, tetapi dia penuh humor. Dia murah hati dan selalu tahu bagaimana berpenampilan. Dengan hatinya ia tahu bagaimana membuat orang-orang bahagia. Dia memiliki semangat hidup… Kenzo Takada adalah lambang seni hidup,” katanya lagi.
Desainer brand Kenzo meninggal. Kenzo Takada sudah tiada, tetapi karya-karyanya tinggal tetap menginspirasi insan fesyen dunia. Ia menginspirasi banyak desainer dunia, terutama desainer-desainer Asia, untuk terus bermimpi dan menggapai sukses di kancah internasional. Selamat jalan, Maestro!
Baca Juga:
6 Busana Elegan dan Cantik dari Unchained, Karya Terakhir Barli Asmara
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.