Seorang ibu memang berisiko mengalami depresi setelah melahirkan. Tak hanya baby blues, kondisi yang lebih berbahaya yang dikenal sebagai postpartum depression pun kerap dialami.
Ketika memasuki fase postpartum depression atau depresi setelah melahirkan, seorang ibu bisa merasa sedih, merasa dirinya diabaikan, hingga menganggap bahwa dirinya bukan tidak mampu menjadi ibu yang baik.
Jika dibiarkan berlarut-larut, tidak sedikit penderita depresi setelah melahirkan yang akhirnya memutuskan untuk bunuh diri atau menyakiti anaknya sendiri.
Kondisi inilah yang baru saja dialami seorang ibu asal Bogor. Mengalami depresi setelah melahirkan, ia memutuskan untuk bunuh diri dengan melompat dari jembatan setinggi 9 meter.
Adalah S, seorang ibu muda berusia 28 tahun yang mencoba melakukan bunuh diri dengan dari jembatan di Jalan Raya Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Beruntung, usahanya ini gagal karena ia masih bisa diselamatkan, seperti yang diberitakan oleh Kumparan.
Kabag Humas Polres Bogor AKP Ita Puspitalena menjelaskan bahwa perempuan berinisial S ini sudah satu minggu mengalami depresi sehabis melahirkan normal anak pertamanya yang dilakukan pada Rabu (7/11/2018).
“Mendarat di pinggir sungai yang tidak ada airnya dan bebatuan, S dibawa ke RSUD Leuwiliang untuk dilakukan penanganan oleh dokter,” jelas Ita.
Rupanya, S pergi dari rumah saat suaminya sedang mengurus anaknya. Karena ‘menghilang’, sang suami pun segera mencarinya. Beruntung saat ini S telah mendapatkan pengobatan yang tepat.
Suami berperan penting dalam mengurangi dan membantu para istri yang depresi setelah melahirkan
Depresi setelah melahirkan sebenarnya bukanlah hal baru. Saya sempat berbicang dengan psikolog keluarga, Anna Surti Ariani, ia menandaskan bahwa hampir 80% ibu mengalami Baby Blues sekitar 3-5 hari setelah melahirkan.
Ibu akan merasa kelelahan, kadang malas mengurus bayi, mood swing alias suasana hati yang berubah-ubah sehingga baru saja senang tiba-tiba bisa menangis sedih, juga mudah tersinggung. Biasanya gejala-gejala tersebut menghilang dalam dua minggu setelah mengalaminya.
Namun berbeda dari Post Partum Depression (PPD). Di mana PPDini bisa berlangsung jauh lebih lama. Biasanya, penderita pun tidak sadar kalau dirinya mengalami PPD.
Padahal, ketika mengalami PPD, seorang ibu akan merasa sulit menyayangi bayi, bahkan mengutuk diri sebagai ibu yang buruk. Apabila terjadi lebih berat atau lebih parah, ibu bahkan berusaha MENYAKITI DIRINYA SENDIRI atau bahkan mencoba bunuh diri.
“Kondisi seperti ini, sebenarnya memang bisa dicegah. Kalau orang-orang disekitarnya sudah tahu atau setidaknya bisa menemaninya, mencegah jangan sampai mencelakakan dirinya sendiri dan anak-anaknya,” tegas psikolog yang kerap disapa Nina Teguh ini.
Serupa dengan Nina Teguh, seorang peneliti, Dr. Ruth Feldman juga menyebutkan bahwa seorang suami atau ayah punya peran besar dalam membantu istri menghadapi depresi setelah melahirkan.
Oleh karenanya, penting bagi para suamu untuk mengembangkan gaya pengasuhan yang sensitif untuk meningkatkan peran mereka sebagai penyangga keluarga.
Karena itulah penting bagi perempuan yang baru melahirkan untuk mendapatkan kehangatan dan bantuan dari support system, khususnya dari sang suami.
Baca juga:
"Aku depresi pasca melahirkan, tapi tak menyadarinya…" curahan seorang ibu