Tahun-tahun pertama kehidupan anak adalah dasar untuk keberhasilannya di masa depan nanti. Anak perlu diberi nutrisi yang paling baik, pengasuhan yang benar, dan stimulasi yang tepat untuk merangsang kerja otaknya. Pastikan si kecil memiliki perkembangan motorik, kognitif, bahasa, emosi, dan sosial yang sesuai dengan usianya. Oleh karena itu, Bunda wajib memastikan ia bebas dari kondisi yang dapat menghambat tumbuh kembangnya seperti defisiensi zat besi pada anak.
Berdasarkan panduan dari buku Stimulasi Dini dan Deteksi Dini dari Kemenkes RI, berikut adalah beberapa tahapan tumbuh kembang anak usia 1-3 tahun yang perlu Parents ketahui.
- Usia 12-18 Bulan
Berdiri sendiri tanpa berpegangan
Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali
Berjalan mundur 5 langkah
Memanggil ayah dengan kata “papa”, memanggil ibu dengan kata “mama”
Menumpuk 2 kubus
Memasukkan kubus di kotak
Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek
Mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu
Memperlihatkan rasa cemburu/bersaing - Usia 18-24 Bulan
Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik
Berjalan tanpa terhuyung-huyung
Bertepuk tangan, melambai-lambai
Menumpuk 4 buah kubus
Memungut benda kecil dengan ibu jari dan ibu telunjuk
Menggelindingkan bola ke arah sasaran
Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga
Memegang cangkir sendiri, belajar makan minum sendiri - Usia 24-36 Bulan
Jalan naik tangga sendiri
Dapat bermain dengan sendal kecil
Mencoret-coret pensil pada kertas
Bicara dengan baik menggunakan 2 kata
Dapat menunjukkan 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta
Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih
Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring jika diminta
Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah
Melepas pakaian sendiri
Untuk dapat mencapai tahapan tumbuh kembang sesuai usianya, anak perlu didukung dengan asupan nutrisi dan stimulasi yang tepat. Namun, perlu diketahui 1 dari 3 anak Indonesia di bawah usia 5 tahun mengalami anemia yang menyebabkan risiko terhambat kemajuannya lantaran kekurangan zat besi.
Dampak Kekurangan Zat Besi pada Anak
Zat besi sangat diperlukan untuk mendukung tumbuh kembang anak terutama dalam proses perkembangan kognitif atau kemampuan belajar, motorik, dan fisiologi sel-sel saraf. Tak hanya itu, mineral ini juga memegang peranan penting dalam proses penyebaran oksigen ke seluruh tubuh dalam bentuk hemoglobin.
Defisiensi zat besi pada anak atau kekurangan zat besi dapat berdampak negatif pada kecerdasan, perilaku, dan kemampuan motorik anak. Kondisi ini menyebabkan si Kecil sulit untuk berkonsentrasi dalam proses belajar sehingga prestasi akademiknya cenderung rendah. Dampak lainnya adalah sistem imun yang lemah sehingga anak mudah terpapar penyakit, gangguan permanen pada sistem motorik dan sensorik, pertumbuhan fisik yang terhambat, dan juga sulit untuk bersosialisasi.
Cara Mencegah Defisiensi Zat Besi pada Anak
Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi adalah faktor utama yang menjadi penyebab defisiensi zat besi pada si Kecil. Oleh karena itu, berikanlah makanan yang kaya zat besi dalam menu makanan sehari-hari anak seperti daging merah, hati, ikan, ayam, telur, bayam, dan susu yang terfortifikasi.
Selain itu, gangguan proses penyerapan zat besi yang diakibatkan oleh senyawa fitat dan polifenol pada teh, cokelat, sayur-sayuran, dan polong-polongan juga bisa menjadi penyebabnya.
Untuk mendukung penyerapan zat besi, berikanlah vitamin C kepada anak. Bunda bisa memberikan si Kecil makanan yang mengandung vitamin C tinggi seperti jeruk, mangga, dan brokoli.
Ketahuilah bahwa setelah menginjak usia 1 tahun, kebutuhan zat besi anak meningkat hingga 2 kali lipat dibandingkan sebelumnya. Berdasarkan Permenkes RI no. 28/2019, kebutuhan zat besi anak usia 1-3 tahun adalah sebesar 7mg per hari dan usia 4-6 tahun sebesar 10mg per hari.
Agar ia dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapan usianya, penting untuk memastikan si Kecil mendapatkan asupan zat besi yang cukup agar tak mengalami defisiensi zat besi. Bunda juga bisa mengecek risiko kekurangan zat besi si Kecil di sini.