9 Dampak Negatif Media Sosial pada Kesehatan Mental
Pertambahan pengguna medsos dan waktu mereka bermedsos ternyata meningkatkan dampak negatif media sosial pada kesehatan mental. Ini penjelasannya!
Interaksi sosial yang dilakukan masyarakat saat ini lebih banyak menggunakan media sosial (medsos), terutama di masa pandemi COVID-19. Tanpa disadari, hal ini juga meningkatkan ketergantungan manusia terhadap media sosial. Di sisi lain, peningkatan ketergatungan ini juga ternyata memberi dampak negatif media sosial pada kesehatan mental.
Bagaimana bisa begitu? Begini penjelasannya melansir dari Independent!
9 Dampak Negatif Media Sosial pada Kesehatan Mental
1. Kurang Percaya Diri
Tiap orang memiliki tingkatan rasa tidak amannya sendiri. Ada yang tipenya senang berbagi tentang kesehariannya, ada juga yang lebih senang menyimpan kehidupan pribadinya untuk diri sendiri.
Bagi orang yang introvert, membandingkan dirinya dengan teman lain di medsos yang sangat sempurna secara estetika tidak banyak membantu meningkatkan rasa percaya diri atau menjadikan mereka jadi sedikit lebih terbuka.
Sebuah studi yang dilakukan oleh University of Copenhagen menemukan bahwa hal tersebut justru membuat mereka atau banyak orang lainnya menderita karena merasa “iri hati”.“Ketika kita memperoleh ‘rasa berharga terhadap diri sendiri’ berdasarkan bagaimana cara kita menghargai orang lain, di situ kita menempatkan konsepsi kebahagiaan kita di daftar paling bawah,” jelas Dr. Tim Bono, penulis When Likes Arenn’t Enough di Healthista.
Menjadi lebih bijak –atau dengan kata lain ‘mengurangi’- jumlah waktu yang dihabiskan untuk melihat-lihat profil medsos orang lain untuk membantu Anda lebih fokus pada diri sendiri dan meningkatkan kepercayaan diri.
Artikel terkait: Mengapa Remaja Sering Curhat di Media Sosial? Ini Penjelasannya Menurut Psikolog
2. Kecanduan
Bermedsos juga memiliki efek kecanduan yang sama seperti menggunakan obat terlarang. Universitas Nottingham Trent melakukan studi dengan meneliti karakteristik psikologis, kepribadian, dan kaitan keduanya dengan penggunaan medsos.
Hasilnya, seseorang rentan mengalami kecanduan medsos jika penggunaannya tak kenal waktu, membuat dirinya mengabaikan kehidupan pribadi dan memengaruhi suasana hati, (seperti cemas dan gelisah saat tidak memegang handphone atau mengecek akun medsosnya).
3. Rusaknya Hubungan Antarmanusia yang Riil
Sebagai manusia, sangatlah penting bagi kita untuk dapat berkomunikasi dan menjalin hubungan pribadi satu sama lain. Namun, hal ini mungkin sulit dilakukan ketika kita hanya terpaku pada layar persegi panjang (smartphone), di mana proses relasi terbatas pada pengenalan di medsos bukan persona kehidupan nyata.
Sebuah studi yang diterbitkan American Journal of Epidemiology yang mengikutsertakan 5.208 responden menemukan, secara keseluruhan penggunaan Facebook secara teratur berdampak negatif pada kesejahteraan individu.
Statista mencatat, di tahun 2020 peggunaan jejaring sosial di seluruh dunia sudah mencapai 49 persen populasi manusia. Dan diperkirakan pada tahun 2023 nanti akan mencapai sekitar 3,43 miliar, atau sepertiga dari seluruh populasi Bumi. Di mana 800 juta pengguna diperkirakan berasal dari China dan sekitar 450 juta dari India. Jadi, sudah bisa Anda bayangkan akan seperti apa kehidupan bersosialisasi di masa depan, kan?
4. Kurang Konsentrasi dan Fokus
Penggunaan handphone yang terlalu lama bia mengganggu sistem kerja otak yang membantu Anda berkonsentrasi. Terlalu fokus pada apa yang terjadi di medsos akan membuat perhatian real time Anda teralihkan.
“Medsos memberi sarana pada otak untuk terus tergoda terhadap hiburan yang instan dan mudah diakses,” kata Dr Bono.
Artikel terkait: Energy gap bikin anak lesu dan sulit konsentrasi? Intip solusinya!
5. Jam Tidur Terganggu
“Terlalu cemas atau cemburu dengan apa yang Anda lihat di medsos membuat otak tetap waspada, dan mencegah Anda tertidur,” jelas Dr. Bono.
Memiliki waktu tidur yang cukup sangatlah penting bagi kesehatan. Namun jika Anda masih saja bermain ponsel di waktu tidur, hal itu justru akan membuat Anda semakin sulit untuk tertidur.
“Selain itu, cahaya perangkat seluler yang hanya berjarak beberapa inci dari wajah dapat menghambat produksi dan menekan pelepasan melatonin, yaitu hormon yang berfungsi sebagai penanda tidur, membuat tubuh lelah, serta menimbulkan rasa ngantuk.”
Jadi, cobalah menetapkan aturan ketat soal penggunaan ponsel di malam hari. Sebaiknya, 40-60 menit sebelum tidur, simpan handphone Anda sampai jam bangun tidur esok pagi.
6. Kesepian
Tingginya jumlah followers tidak menjamin seseorang bahagia dan tidak kesepian.
Studi yang dilakukan ahli antropologi dan psikologi R.I.M Dunbar, di Inggris, menunjukkan, otak manusia terbatas dalam menangani teman. Hanya melalui interaksi tatap muka secara langsung seseorang bisa menjaga pertemanan dan relasinya dengan orang lain.
7. Kurang Bahagia
Apakah Parents suka membandingkan diri sendiri dengan orang lain? Menurut studi yang dilakukan Universitas Palo Alto, AS, Oktober 2014, hal ini menandakan Anda merasa kurang bahagia pada diri sendiri. dan ujung-ujungnya bisa menyebabkan kecemasan dan depresi pada diri Anda.
International Journal of Mental Health and Addiction menganalisis pengaruh medsos pada kesehatan mental orang dewasa di Indonesia. Hasilnya, penggunaan medsos menyebabkan depresi hingga 9 persen.
8. Depresi
Media sosial bisa menjadi hal yang bagus untuk mengingat kembali kenangan indah mengenai peristiwa yang terjadi di masa lalu. Tapi, bagaimana jika peristiwa yang terjadi itu sengaja ditampilkan dalam tangkapan layar yang diatur harus sempurna agar bisa mengesankan banyak orang di medsos?
Pada akhirnya, peristiwa itu tidak ‘diceritakan’ sebagaimana mestinya, dan kemudian tidak diingat sebagai sesuatu yang riil juga. Karena bagaimanapun, visual yang terekam di foto/video, bisa sangat berbeda jika orang menyaksikannya secara langsung.
Apakah Parents melakukannya juga –terlalu berusaha mengunggah gambar yang sempurna saja di medsos? Ada orang yang akhirnya depresi karena tidak sanggup menampilkan yang ‘sempurna’ di medsosnya, dan ada juga yang depresi karena tidak memiliki kehidupan yang sempurna seperti temannya di medsos.
“Jika Anda mengarahkan semua perhatian untuk menangkap bidikan terbaik agar bisa dikagumi oleh follower, Anda tidak akan mampu menikmati aspek lain dari pengalaman secara real time. Dan hal itu akan merusak kebahagiaan Anda sendiri,” kata Dr. Bono.
Artikel terkait: Semakin Banyak Remaja Mengalami Depresi, Benarkah Efek Media Sosial?
9. Kesehatan Mental Terganggu
Media sosial tidak hanya terbukti menyebabkan ketidakbahagiaan, tetapi juga mengganggu perkembangan kesehatan mental seperti kecemasan atau depresi jika digunakan terlalu banyak atau tanpa kehati-hatian.
Pada Maret 2018, sebuah survei yang mengikutsertakan 1.000 orang generasi Z, melaporkan, lebih dari sepertiga Generasi Z dinyatakan berhenti dari medsos untuk selamanya karena 41 persen dari mereka merasa cemas, sedih, dan tertekan selama menggunakan platform medsos.
Ben Jacobs, seorang DJ yang memiliki lebih dari 5.000 pengikut di Twitter, memutuskan berhenti dari platform tersebut pada Januari 2016 dan merasakan hidupnya lebih bermanfaat setelahnya.
“Twitter membuat saya merasa cemas dari waktu ke waktu karena perlahan saya sadar bahwa apa yang saya unggah terpaku pada perasaan ribuan orang asing yang mengikuti saya, sementara mereka belum tentu tahu siapa saya,” katanya.
“Sejak jeda Twitter, pikiran saya lebih jernih, saya punya banyak waktu untuk mencurahkan hal-hal yang lebih membangun, dan saya membaca buku sebagai gantinya.”
Berapa Waktu yang Dianjurkan untuk Bermedsos?
Rata-rata orang Inggris memeriksa ponsel mereka sebanyak 28 kali sehari. Wah, banyak sekali ya, Parents!
Sejauh ini belun ada jawaban yang pasti, tapi dianjurkan penggunaan medsos cukup maksimal dua jam salaj setiap hari.
Dan jika Anda merasa mengalami tekanan psikis (cemburu atau cemas) usai melihat unggahan orang lain, lebih baik segera berhenti bermedsos dan mengalihkan pikiran melakukan kegiatan lain yang membuat Anda lebih bahagia.
Jika Anda sulit melepaskan diri sendiri dari jeratan medsos, segera konsultasi ke psikolog atau psikiater.
Mulai sekarang, yuk, gunakan smarphone Anda dengan lebih bijak lagi agar dampak negatif media sosial khususnya pada kesehatan mental tidak Anda alami!
Baca juga:
5 cara lebih dekat dengan anak di media sosial yang bisa Parents tiru
Parents, Beritahu 5 Fakta Ini Sebelum Izinkan Anak Pakai Media Sosial!
Depresi pasca persalinan berbeda dengan baby blues, kenali perbedaannya di sini!