Marah, kesal, kecewa dengan pasangan bahkan sampai berujung dengan pertengkaran? Wajar saja, kok. Hal yang perlu dilakukan adalah mencari tahu bagaimana cara mengomunikasikannya. Dalam hal ini Verauli, selaku psikolog keluarga ‘membocorkan’ contoh komunikasi yang baik saat berselisih paham dengan pasangan.
Hal ini tentu saja penting untuk diketahui untuk mencegah konflik yang terjadi kian memanas. Apalagi, seperti yang dikatakan psikolog anak dan keluarga yang praktik di RS. Pondok Indah, ada beberapa aksi-aksi yang tidak tepat dilakukan bahkan dapat merusak hubungan dengan sangat cepat namun masih sering dilakukan.
Aksi seperti apa saja?
Contoh komunikasi yang baik saat bertengkar dengan pasangan
1. Tidak melakukan silent treatment
“Salah satunya adalah silent treatment, ketika Anda bertengkar dengan pasangan, jangan lakukan aksi ini,” ungkap Verauli.
Yang dimaksud dengan silent treatment adalah aksi mendiamkan pasangan seolah menjadi tembok atau stonewalling.
Oleh karena itu, seberat apapum konflik yang sedang dihadapi, bicarakanlah secara terbuka sehingga satu sama lain bisa mengetahui harapan dan keinginan masing-masing. Termasuk kesulitan atau hambatan yang sedang dialami.
Mendiamkan pasangan, sama artinya membiarkan masalah atau konflik yang sedang dihadapi terjadi berlarut-larut tanpa mengetahui bagaimana jalan keluarnya. Lagi pula, jika tidak dibicarakan secara terbuka bagaimana pasangan bisa mengetahuinya? Ingat, Anda ataupun pasangan tentu saja sama-sama tidak memiliki kemampuan untuk membaca pikiran.
“Membangun tembok pada pasangan adalah aksi yang paling kejam dalam pertengkaran. Jadi pastikan saat bertengkar, Anda tidak menemboki pasangan, ketika bertengkar Anda juga tidak menjadi begitu dzolim padanya,” ungkap Verauli.
2. Tidak menyerang pasangan
Poin penting lainnya yang diingatkan oleh Verauli adalah usahakan untuk tidak menyerang pasangan saat bertengkar. Tak hanya secara fisik, namun juga secara verbal, lewat ucapan atau kalimat yang dilontarkan.
Menyerang pasangan saat bertengkar menurut Verauli, adalah saat memberikan kritikan yang sangat tajam, menghina, merendahkan, hingga sarkas.
Dikatakan olehnya, mengucapkan pernyataan-pernyataan tersebut sangat buruk, bahkan hal ini termasuk tindakan abusive pada pasangan, karena bisa merusak, melukai atau mencelakai. “Jadi, sebisa mungkin menghindarinya, ucapnya.
“Aksi abusive ini tentu saja perlu dihindari karena akan merusak hubungan dalam jangka waktu yang panjang, jadi jangan lakukan hal ini pada pasangan,” terang Verauli.
Faktanya sebanyak 80% laki-laki kerap melakukan tindakan hal ini saat bertengkar. Sehingga tak ada salahnya jika saling mengingatkan untuk tidak melakukannya saat bertengkar.
Sementara dalam laman Psychology Today, Psikolog Nikola Overall dan James McNulty telah mempelajari strategi komunikasi yang digunakan ketika berhadapan dengan konflik, dan mereka juga menindaklanjuti dengan melihat apakah masalah akhirnya dapat diselesaikan atau tidak.
Pendekatan Terbaik untuk Menyelesaikan Konflik
Secara keseluruhan dan McNulty berpendapat bahwa pendekatan terbaik untuk digunakan tergantung pada empat faktor.
- Perlunya perubahan: Masalah yang mengancam kelanjutan hubungan, seperti perselingkuhan atau kurangnya keintiman, perlu didekati dengan sangat berbeda.
- Kemungkinan perubahan: Tidak ada gunanya mengkonfrontasi pasangan Anda tentang masalah yang di luar kendali mereka. Misalnya, suami Anda benar-benar tidak dapat melakukan apa pun tentang dengkurannya, jadi jangan mengeluh. Lebih baik, sama-sama mencari solusinya, misalnya mencari pengobatan untuknya.
- Motivasi: Sebelum Anda menyelesaikan masalah dengan pasangan, pertimbangkan baik-baik apa yang membuat Anda benar-benar kesal.
- Kerentanan pasangan: Ketika kedua pasangan memiliki tekad emosional untuk menyelesaikan masalah, diskusi langsung tentang masalah biasanya merupakan pendekatan terbaik. Namun, jika Anda tahu pasangan Anda cenderung bertindak defensif ketika ditantang, Anda harus menggunakan pendekatan tidak langsung. Demikian juga, jika pasangan Anda mengalami depresi, ia mungkin merasa tidak mampu melakukan perubahan dari sudut pandang Anda, tidak tampak sulit.
Bun, ingat-ingat hal ini selalu ya, agar pertengkaran tidak berlangsung lama.
Referensi: Youtube Roslina Verauli, Pysichology Today
Baca juga:
Suami, ternyata ini alasan para istri mudah emosi sepanjang hari