7 Cobaan Awal Menikah, Parents pernah mengalaminya?

Menikah memang tak mudah, ada saja cobaan menghadang sejak awal perjalanan. Apa saja cobaan awal menikah dan bagaimana cara mengatasinya?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Seringkali pasangan calon pengantin sibuk menyiapkan pesta pernikahan tapi lupa menyiapkan mental untuk menghadapi cobaan awal menikah. Tak jarang pengantin baru beranggapan bahwa kehidupan pernikahan mereka akan bahagia belaka tak ubahnya ketika masih pacaran.

Padahal banyak hal yang berubah ketika sudah menikah. Mulai dari sikap pasangan yang menampakkan wajah aslinya, harus beradaptasi dengan keluarga baru dan sebagainya.

Berbagai cobaan awal menikah ini bisa menjadi hambatan dalam membangun rumah tangga kelak jika tidak segera diatasi dengan baik. Karenanya, penting bagi calon pengantin atau pengantin baru untuk mengantisipasi dan belajar mengatasinya.

Apa saja sih cobaan awal menikah yang kerap terjadi?

1. Karakter asli pasangan yang tak sesuai ekspektasi

Waktu pacaran pasangan selalu bersikap manis tapi begitu menikah ia berubah seperti orang orang lain yang tidak kukenal.

Kondisi ini yang paling sering menjadi cobaan di awal menikah. Pasangan yang seolah-olah berubah, padahal sebenarnya tidak. Iya, betul. Pasanganmu tidak berubah.

Hanya saja ketika masih pacaran ia menampakkan sisi terbaiknya di depanmu dan menyembunyikan sisi karakter lainnya. Berhubung setelah menikah kalian harus tinggal seatap dan bertemu setiap hari, ia tidak bisa lagi ‘bersembunyi’. Sehingga akan tampak karakter aslinya secara utuh. Inilah yang sering dianggap sebagai perubahan.

Ada baiknya sambil merencanakan pernikahan, kedua calon pengantin mengambil waktu berdua untuk saling terbuka dan menanyakan pasangan apakah bisa menerimanya. Tak harus mengungkapkan semua sisi gelap atau pengalaman buruk di masa lalu karena bagaimanapun setiap pribadi berhak menyimpan rahasia masing-masing.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Namun, jika itu dirasa akan memengaruhi hubungan rumah tangga nantinya, sebaiknya terbuka saja. Jika memang sudah siap hidup bersama, pasangan pasti akan belajar menerimanya.

Bagaimana dengan calon pengantin yang tidak berpacaran, dijodohkan atau ta’aruf? Mungkin waktu untuk saling mengenal terbatas tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan, bukan? Dalam hal ini, kejujuran adalah kunci. Minta calon pasangan jujur, siapkan hati yang lapang dan belajarlah untuk tidak berekspektasi terlalu tinggi.

Artikel terkait: Inilah 5 kebohongan yang bisa menghancurkan pernikahan

2. Pribadi yang berubah setelah menikah

Selain pasangan yang ‘berubah’, perubahan pribadi juga bisa menjadi cobaan di masa awal pernikahan. Perasaan cemas tidak bisa menjadi suami atau istri yang baik sesuai kriteria suami/istri idaman. Merasa tak lagi bebas seperti masa lajang dan tidak bisa menjadi diri sendiri. Merasa memikul beban tanggung jawab yang berat dan lain sebagainya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Impian rumah tangga sempurna sesuai dengan standar masyarakatlah penyebab munculnya kecemasan berlebih ini. Menyadari fakta bahwa tak semua pernikahan berjalan mulus, juga tak semenyeramkan yang dibayangkan bisa menjadi pertolongan pertama.

Pada dasarnya pernikahan itu untuk dijalani, bukan untuk ditakuti. Tak usah berusaha terlalu keras untuk menjadi yang sempurna. Yang terpenting adalah kedua belah pihak sama-sama bahagia.

3. Cobaan awal menikah bisa muncul karena masalah karir dan finansial 

Cobaan awal menikah berikutnya adalah karir dan finansial. Bahkan tak jarang masalah ini bisa berujung pada perceraian.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Seperti dikutip oleh hukumonline.com, Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung, Abdul Manaf, mengatakan bahwa mayoritas penyebab perceraian didorong dua persoalan besar yang sering dialami dalam gugatan perceraian.

Yakni persoalan ekonomi dan perselisihan yang tidak berkesudahan dalam membina mahligai rumah tangga. Persoalan kurang tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mendapat angka yang cukup besar dalam banyak kasus perceraian. 

Sebelum hal yang buruk terjadi karena persoalan finansial, kedua pasangan harus terbuka dan saling mendukung. Jujur mengenai penghasilan dan utang-piutang jika ada.

Jika suami masih pada fase awal meniti karir, istri harus pengertian dan mendukungnya untuk mencapai puncak. Jika kebetulan karir istri lebih bagus, suami juga harus legowo dan pengertian alih-alih merasa minder lalu menjadikannya alasan memercik pertengkaran.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Perkara tanggung jawab harus ada pembagian sesuai kemampuan, keadaan dan kesepakatan bersama. Karena sejatinya pernikahan adalah kolaborasi, bukan kompetisi antara suami dan istri.

4. Keluarga besar yang ikut campur

Bukan hanya orang tua atau mertua saja, keluarga lain seperti ipar, kakek, nenek, paman dan bibi juga kadang suka ikut campur di awal pernikahan. Cobaan ini memang menyebalkan dan sering membuat stress.

Menikah memang bukan sekadar menyatukan dua insan tetapi juga menyatukan dua keluarga. Kedua belah pihak harus bisa menerima keluarga pasangan masing-masing. Namun, bukan berarti keluarga besar bisa ikut campur dalam setiap urusan rumah tangga.

Jika memungkinkan, jangan tinggal serumah dengan orang tua/mertua setelah menikah demi menghindari konflik. Jika tidak, berusahalah untuk mengambil hati mereka, cari tahu apa kesukaannya dan apa yang tidak disukainya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sadari bahwa mereka adalah keluarga, bukan musuh untuk diperangi. Tak selamanya ikut campur mereka itu salah kok. Sebagai newbie, tak ada salahnya sesekali mendengarkan nasihat yang sudah senior, bukan? Asal tidak berlebihan dan masih sesuai dengan value yang kita anut.

Artikel terkait: Ingin pernikahan langgeng? Jangan lupakan 5 hal sederhana ini

5. Masalah anak yang menguras energi

Mungkin cobaan ini tidak langsung terasa di awal menikah karena umumnya pasangan tidak langsung memiliki anak. Setidaknya ada rentang waktu selama masa kehamilan. Namun, tidak ada salahnya untuk diantisipasi sejak dini.

Perencanaan kapan memiliki momongan ini harus disepakati oleh kedua belah pihak. Jika memang ingin langsung punya anak maka harus menyiapkan diri dengan matang.

Artikel terkait: Persiapan Sebelum Punya Anak, 11 Hal Ini Harus Disepakati Suami Istri

Siap secara mental dan finansial karena merawat buah hati membutuhkan energi yang luar biasa. Tak jarang muncul perdebatan tentang pengasuhan, pembagian tugas berjaga ketika bayi menangis di malam hari dan sebagainya. Stress dan lelah setelah mengasuh anak seharian juga bisa memicu pertengkaran. 

Saling mengerti dan mendukung adalah solusinya. Jika suami harus bekerja sehingga tidak bisa membantu mengasuh anak di rumah, setidaknya bantu ringankan pekerjaan istri yang lainnya.

Yang menarik, cobaan perkara anak ini bukan saja dialami oleh pasangan yang sudah memiliki anak tapi juga oleh mereka yang belum atau tidak berencana memiliki anak.

Belum memiliki anak juga bisa menjadi pemicu pertengkaran bahkan alasan perselingkuhan. Sementara itu, pasangan yang memutuskan untuk child-free dengan alasan apapun, akan mendapat pandangan negatif dari masyarakat.

Solusinya, samakan frekuensi dengan pasangan. Yakini nilai-nilai yang kalian anut bersama, tak masalah jika tak sesuai dengan standar kebanyakan orang. Yang terpenting adalah kebahagiaan bersama.

6. Cobaan awal menikah juga bisa berbentuk komentar negatif dari orang sekitar

Masih berhubungan dengan cobaan awal menikah sebelumnya, komentar julid dari orang lain sering bikin baper, emosi dan menguras hati. Ada saja yang dijadikan bahan komentar orang lain.

Mulai dari istri yang meninggalkan karir demi anak, finansial suami yang kurang lancar, anak minum susu formula, cara pengasuhan anak yang berbeda dan lain-lain. Semua komentar itu kalau ditulis mungkin bisa jadi buku.

Menebalkan telinga dan bersikap cuek adalah jawabannya. Tak perlu memusingkan komentar iseng dan jahat. Apalagi datang dari orang lain yang tidak berkontribusi apapun di kehidupan kita.

7. Hubungan intim tidak berjalan lancar

Tidak adanya kepuasan dalam berhubungan intim juga bisa menjadi cobaan di awal menikah. Banyak penyebabnya, salah satunya adalah kurangnya pengetahuan seksual. Berekspektasi hubungan intim seperti di film-film dewasa dan kecewa ketika pasangan tidak bisa memenuhinya.

Calon pengantin wajib mendapat pengetahuan seputar seksual yang memadai sebelum menikah. Tujuannya supaya tidak terjadi kesalahpahaman dan tersesat dalam mitos-mitos seputar seksual.

Hubungan intim suami istri sangatlah penting dalam berumah tangga. Apabila muncul masalah sebaiknya terbuka, dibicarakan dan dicari solusinya bersama. Cari bantuan profesional jika memang dirasa perlu.

***

Masalah manakah yang Anda alami dari ketujuh cobaan awal menikah di atas?

Sumber: hukum online, tips pengembangan diri

Baca juga:

7 Alasan Mengapa Tahun Pertama Pernikahan Sangat Penting

18 Hal yang Pasti Dialami oleh Setiap Pasangan di Tahun Pertama Pernikahan

9 Keuntungan menikah, yang hanya bisa dinikmati oleh pasangan sah