Jika Melihat Ciri-Ciri Ini, Bisa Jadi Pasangan Anda Sudah Kecanduan Seks!

Salah satu cirinya adalah kehilangan hasrat seksual terhadap pasangan. Pengin tahu yang lainnya? Simak di sini!

Kecanduan seks atau sex addiction tidak hanya dapat memberikan dampak negatif bagi hubungan asmara suami-istri, namun juga karir.

Nama lain dari kecanduan seks adalah Nymphomania, hypersexuality, erotomania, perversion, dan obsesi seksual.

Berbagai perilaku kecanduan tersebut biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, seperti konsumsi pornografi yang sangat aktif, obrolan chat, hingga sexting (seks melalui pesan teks) dengan orang tak dikenal.

Misalnya, jika seorang pria mulai menonton video porno selama berjam-jam, dirinya akan mulai percaya bahwa video tersebut memang mencerminkan kehidupan asmara pasangan yang sedang bercinta.

Kebiasaan mengonsumsi pornografi dan aktivitas seksual lainnya akan mengubah beberapa bagian dari otak yang dapat menyebabkan perilaku impulsif.

Selain itu risiko psikologis bagi pecanduan seksual adalah termasuk depresi, kecemasan, dan kecenderungan obsesif-kompulsif. Orang yang kecanduan seks juga akan mengalami kesulitan belajar.

Penelitian menyatakan bahwa pria introvert dan berpendidikan akan cenderung menyalurkan hasrat seks berlebihannya lewat menonton pornografi di internet.

Untuk mengetahui pasangan Anda termasuk salah satunya atau tidak, berikut 5 kebiasaan pria yang dapat memicu perilaku kecanduan seks:

1. Kehilangan minat seks dengan pasangan

Saat pria tiba-tiba tidak ingin melakukan seks, situasi ini tentunya akan mulai mengganggu hubungan dengan pasangan. Tentunya setiap pasangan memiliki tingkat kegairahan yang berbeda-beda dan usaha Anda dalam menghadapinya pun akan dapat terasa sulit.

Tetapi saat pasangan mulai menjauh dari hubungan seksual dalam jangka waktu yang lama, ini adalah tanda bagi Anda bahwa minat seksual pasangan Anda telah berubah haluan.

Selain itu, waspadai juga hal ini: 10 Kesalahan dalam Berhubungan Seksual yang Biasa dilakukan Wanita

2. Mengalami gangguan fungsi seksual

Ketika pria terlalu banyak melihat gambar erotis sebelum mencapai titik klimaks, hormon dopamine (rasa senang) akan naik pada tingkat kepuasan yang tidak sesuai saat bercinta dengan pasangan.

Ia akan merasa bahwa kondisi tubuhnya memerlukan tingkat kegairahan sama dengan yang biasa ia dapatkan saat melihat gambar erotis. Kemungkinan, kemampuannya untuk merasakan ini tidak akan didapatkan bersama dengan pasangan.

3. Banyak menghabiskan waktu dengan kegiatan seksual

Kebiasaan pria mengonsumsi pornografi akan menghabiskan banyak waktu. Di waktu menjelang tidur maupun saat bekerja. Kebiasaan seksualnya ini akan menjadi suatu keharusan baginya.

Penyebab awal dari kebiasaan ini mungkin bukan lagi berasal dari kecanduan seks. Namun bisa saja untuk mengatasi depresi yang sedang ia alami.

Apapun alasannya, pria seperti ini sangat butuh pertolongan dari terapis psikologi.

4. Mengabaikan tanggung jawab

Waktunya dalam melakukan aktivitas seksual akan mengganggu hubungan dengan pasangan, keluarga, hingga pekerjaan. Maka, kemungkinan kebiasaan tersebut sudah menjadi sebuah keharusan baginya.

Jika ia mengambil risiko di tempat kerjanya seperti menggoda rekan kerja, masturbasi di kantor, dan menonton video porno di komputer kantor, maka tekanan untuk melakukan kebiasaan ini akan semakin meningkat dan dapat membahayakan dirinya sendiri.

5. Meningkatnya bahaya seksual

Jika seorang pria merasa bahwa ia benar-benar tidak bisa mengendalikan kebiasaannya mengonsumsi gambar porno, ia betul-betul membutuhkan sebuah terapi.

Dan ketika kebutuhannya dalam mencari sensasi seksual telah meningkat melalui buku-buku porno, obrolan chat, kopi darat, hingga prostitusi, maka tingkat risikonya akan semakin melebihi dari kendalinya sendiri.

Banyak perilaku yang dianggap ilegal, seperti mengintip, membuka rok, pornografi anak, atau menyewa orang untuk melakukan seks. Oleh karena itu, perilaku-perilaku ini sangat perlu diperingati dan butuh tindakan lebih lanjut.

Jika ini terjadi pada pasangan Anda, sudah waktunya bagi Anda untuk mengonsultasikan masalah ini kepada sex therapist atau psikiater.

Referensi: Web MD, Very Well, Medicine Net.

Baca juga:

3 Langkah Mudah Tingkatkan Koneksi Seksual dengan Suami

 

Penulis

Ardi