Mungkin bagi sebagian orang berpikir pasca hamil adalah momen yang ditunggu, nggak akan bawa-bawa perut berat yang membesar lagi, tidak ada lagi drama ngidam, susah tidur, pipis terus dan sakit punggung. Ya, memang semua itu nggak ada lagi, tapi bukan berarti perjuangan berhenti sampai disitu saja. Saat si kecil lahir akan banyak cerita lain menunggu. Seperti yang kulalui kemarin, aku bahagia sekali saat mendengar tangisan Omar pecah setelah setengah jam aku berjuang diselingi episiotomi tentunya, digunting, karena menurut tenaga medis Omar jantungnya lemah dan harus dilahirkan secepatnya. Setelah drama pembukaan yang tiba-tiba penuh saat persiapan akan dioperasi, Omar pun lahir.
Alhamdulillah kami pulang setelah 1 malam observasi menginap di rumah sakit. Kondisiku baik-baik saja, sampai suatu waktu di malam hari Omar sudah BAB beberapa kali dan mulai lapar. Saat di rumah sakit aku sudah beberapa kali mencoba untuk menyusui dia secara langsung tapi dia belum mau, mungkin masih bingung puting. Saat malam hari tiba dia nangis terus menerus karena ingin menyusu. Aku yang flat nipples tentunya sulit sekali untuk dbf (direct breast feeding). Omar juga ngamuk karena pelekatan yang belum benar sehingga ASI tidak keluar. Akhirnya, akupun kurang istirahat di malam kedua saat pulang ke rumah karena Omar yang setiap jam terbangun untuk menangis.
Kepalaku mulai terasa pusing. Aku yang saat dulu senang sekali tidur di waktu luang sekarang pastinya akan berteman mesra dengan yang namanya susah tidur alias bergadang. Aku tau saat punya bayi, tidur nyenyak adalah hal yang sepertinya mustahil, mungkin bisa jika punya ART yang dibayar untuk memberikan susu untuk anak sepanjang waktu.
Dikarenakan ASI yang susah keluar akhirnya aku pun stress dan harus berlatih menyusui Omar terus menerus, serta kurang istirahat. Dengan posisi duduk bersandar, menyusui dengan bantuan bantal untuk memangku Omar, aku harus merasakan nyeri jahitan pasca lahiran. Tidak jarang aku menangis saat mendengar tangisan Omar yang kurang puas menyusui karena ASI yang keluar sedikit. Aku juga mengalami sembelit parah hingga menderita wasir.
Pernah suatu ketika aku sakit perut sampai tidak bisa bergerak, awalnya kupikir itu masuk angin. Aku dan ibuku berusaha memijat sampai meminum air hangat tapi tetap saja sakit perutku tidak hilang. Ibuku mengatakan itu karena aku tidak menjaga badan dengan baik sehingga sakit. Padahal aku sudah berusaha sebaik mungkin menjaga tubuhku dengan tidak bekerja yang berat-berat.
Sakit perut yang kualami terjadi lagi di malam hari pukul 1 malam. Tentu saja saat itu bertepatan dengan Omar yang mau menyusu. Sedihnya, aku tidak bisa menyusuinya. Perutku terasa sakit sekali hingga melilit ke seluruh perut. Rasanya seperti ditusuk-tusuk. Aku hanya bisa menangis saja sampai abang dan sepupuku tiba menjemput untuk mengantar ke rumah sakit.
Tiba di ruang IGD aku diperiksa, dokter menanyakan apakah aku sakit saat buang air kecil dan besar hingga keluhan lainnya. Aku memang terkadang merasa sakit saat buang air kecil, apalagi buang air besar. Memang kuakui akhir-akhir ini aku kurang banyak minum air putih. Dan kata dokter aku menderita colic uretra. Penderita akan merasakan sakit perut hebat atau colic saat stress, kurang minum ataupun ada gangguan di saluran perkencingan. Aku disuntik dan sempat terlelap sebentar.
Aku terbangun di saat azan subuh berkumandang. Saat itu aku khawatir dengan Omar yang kutinggal dengan ibuku dan kakak sepupu yang dengan senang hati membantu untuk menyusui Omar. Alhamdulillah ada bantuan ASI dari kakak sepupu di saat aku sakit begini. Aku menolak untuk dirawat inap karena memikirkan Omar yang ditinggal. Sedih sekali harus meninggalkannya. Menjelang pagi aku pulang ke rumah dan langsung memeluk Omar. Maafkan mama ya nak, mama janji akan menjaga diri sendiri lebih baik agar selalu sehat untuk menjaga kamu.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.