Cerita rakyat selalu ada di berbagai daerah, baik Tanah Air maupun mancanegara. Termasuk, cerita rakyat Sulawesi Selatan (Sulsel).
Biasanya, cerita rakyat mengandung kisah-kisah legenda tertentu, seperti halnya cerita rakyat Sulawesi Selatan yang menjadi ciri khas khusus dalam budaya dan sejarah.
Kesadaran masyarakat untuk terus menurunkan cerita-cerita tradisional membuat cerita rakyat ini diciptakan. Mulai dari penanaman nilai moral dan budaya, hingga pembentukan karakter bagi generasi pewaris menjadi nilai-nilai yang ingin diterapkan dari cerita rakyat ini.
Menurut Budayawan Universitas Hasanuddin, Dr Firman Saleh S.S.,S.Pd.,M.Hum, seperti dilansir dari Detiksulsel, tokoh atau karakter dalam sebuah cerita rakyat diciptakan dengan tujuan sebagai contoh dalam penanaman nilai-nilai dalam cerita.
Parents yang ingin menceritakan cerita rakyat kepada buah hati tercinta, berikut ini adalah cerita rakyat Sulawesi Selatan serta pesan moral di dalamnya:
Cerita Rakyat Sulawesi Selatan
1. Cerita Rakyat Sulawesi Selatan Legenda Si Penakluk Rajawali
Legenda Si Penakluk Rajawali
Salah satu cerita rakyat Sulawesi Selatan yang cukup dikenal di Indonesia adalah Si Penakluk Rajawali. Seperti dikutip dari dongengceritarakyat.com, cerita ini menceritakan kisah seorang penakluk rajawali, seorang putri raja dan seekor rajawali.
Kisah ini berawal dari keresahan seorang raja harus mengorbankan seorang putrinya yang cantik kepada rajawali raksasa. Dia pun mengadakan sayembara barang siapa yang bisa menaklukkan rajawali tersebut akan dinikahkan dengan sang putri.
Seorang pemuda yang melihat sang putri seperti pasrah menanti kematian memutuskan menemani sang putri dan akhirnya menaklukkan rajawali tersebut. Sementara para warga yang bersembunyi di sekitar tempat tersebut muncul dan mencincang serta memotong-motong tubuh rajawali untuk mendapatkan hadiah yang dijanjikan.
Berbeda dengan para warga, pemuda itu pamit meninggalkan sang putri dan melanjutkan perjalanan. Sebagai ucapan terima kasih, sang putri memberikan selendangnya kepada pemuda itu.
Keesokan harinya, digelar pesta besar-besaran dengan berbagai seni pertunjukan hingga lomba sepak raga atau bola kaki. Ternyata pemuda itu turut serta dalam perlombaan dengan membalut lengannya memakai selendang yang diberikan putri.
Sang Raja sangat kagum kepada pemuda itu yang mahir bermain sepak raga hingga membuatnya menikahkan pemuda itu dengan sang putri.
Pesan moral dari cerita Si Penakluk Rajawali adalah harus tulus menolong dan tidak mengharapkan imbalan dari hal yang tidak dilakukan.
Artikel terkait: 12 Cerita Rakyat dari Berbagai Daerah di Indonesia, Mengandung Pesan Moral
2. I Laurang Manusia Udang
I Laurang Manusia Udang
Cerita rakyat Sulawesi Selatan lainnya yang cukup populer adalah Legenda I Laurang Manusia Udang. Menceritakan tentang I Laurang yang konon lahir dengan kondisi seperti udang.
Hal itu berawal dari ibunya sangat ingin punya anak meski anaknya mirip udang. Hingga suatu saat, I Laurang ingin menikah dengan salah seorang putri raja dan meminta orangtuanya melamar untuknya.
Dengan rasa malu dan resah, kedua orangtuanya mencoba melamar putri raja. Sayangnya, enam dari tujuh putri raja menolak lamaran I Laurang karena bentuk fisiknya, hanya si bungsu yang bersedia dipersunting I laurang.
I Laurang yang sangat bahagia mendapat kabar itu keluar dari cangkang kulit udang yang selama ini membungkus dirinya. I Laurang yang berparas sangat tampan dan gagah pun menikah dengan putri ketujuh, hal itu membuat keenam putri yang menolaknya menyesal dan iri.
Saat I Laurang diutus pergi berdagang dan harus meninggalkan istrinya, I Laurang memberikan sebuah telur dan pinang untuk selalu dibawa sang istri. Saat para saudaranya melakukan aksi jahat dengan membuatnya terlempar ke laut, si bungsu tetap bisa selamat karena kedua benda yang diberikan I Laurang.
Saat raja mengetahui kejahatan keenam putrinya, dia pun mengangkat putri ketujuhnya sebagai penggantinya, sedangkan keenam putri lainnya menjadi pelayan istana.
Pesan moral yang terkandung dari cerita rakyat Sulawesi Selatan I Laurang Manusia Udang adalah tidak menghakimi orang lain berdasarkan penampilan fisiknya.
Artikel terkait: Kisah Timun Mas Melawan Raksasa untuk Dongeng Si Kecil Malam Ini
3. Putri Tandampalik
Putri Tandampalik
Cerita rakyat Putri Tandampalik mengisahkan Putri Tandampalik yang merupakan putri dari Datu Luwu. Cerita ini bermula setelah Raja Bone yang bukan orang Luwu melamar Putri Tandampalik.
Berdasarkan adat, orang Luwu tidak boleh menerima pinangan dari orang lain di luar sukunya. Namun, demi menghindari peperangan, Datu Luwu menerima pinangan tersebut dan melanggar adat tersebut untuk menghindari peperangan yang menyengsarakan rakyatnya.
Langkah itu membuat putri mengalami penyakit kulit yang berbau hingga membuatnya diasingkan karena tidak ingin penyakit tersebut menular ke warga. Sebelum pergi, Datu Luwu memberikan sebilah keris kepada putri kesayangannya.
Putri Tandampalik dan pengawalnya menetap di sebuah pulau yang subur dan berhawa sejuk yang diberi nama Wajo. Mereka berusaha dan bekerja membangun kehidupan di pemukiman baru tersebut.
Suatu hari, Putri Tandampalik melihat seekor kerbau berwarna putih. Ketika ingin mengusirnya, ternyata Kerbau itu jinak.
Putri pun membiarkan kerbau tersebut menjilati permukaan tubuhnya yang ternyata membuat penyakit kulitnya pulih, kulitnya pun kembali bersih dan halus.
Pada suatu hari, putra mahkota Kerajaan Bone pergi berburu bersama Anre Paguru Pakkannyareng Panglima Kerajaan Bone dan beberapa pengawalnya. Dia kemudian terpisah dari rombongan.
Saat berusaha mencari rombongannya, putra mahkota mendapati seorang puteri yang cantik jelita, yaitu Putri Tandampalik. Dia pun jatuh cinta dan meminang sang putri dengan mengirim utusan.
Namun, pinangan itu tidak segera dijawab. Putri Tandampalik hanya menyerahkan keris pusaka pemberian Datu Luwu dan berpesan agar keris itu dibawa ke Kerajaan Luwu. Jika keris itu diterima dengan baik oleh Datu Luwu maka ia akan menerima pinangan putra mahkota.
Datu Luwu akhirnya menerima pinangan tersebut. Pesta pernikahan Putri Tandampalik dengan Putra Mahkota Kerajaan Bone akhirnya digelar di Wajo.
Salah satu pesan moral dari cerita rakyat Sulawesi Selatan Putri Tandampalik adalah ikhlas menerima cobaan dan ujian dari Tuhan, karena cobaan tersebut tidak akan melebihi kesanggupan kita.
Artikel terkait: Dongeng Lutung Kasarung, Punya Pesan Baik untuk Diajarkan kepada Anak
4. Cerita Rakyat Sulsel La Dana dan Kerbaunya
La Dana dan Kerbaunya merupakan cerita rakyat Sulawesi Selatan yang berasal dari Tana Toraja yang mengisahkan tentang seorang anak petani dari Toraja yang terkenal akan kecerdikannya. Dengan kecerdikannya itu, dia menggunakan untuk memperdaya orang, sehingga kecerdikan menjadi kelicikan.
Pada suatu hari La Dana bersama temannya diundang untuk menghadiri pesta kematian. Sudah menjadi kebiasaan di Tana Toraja bahwa setiap tamu akan mendapat daging kerbau.
La Dana diberi bagian kaki belakang dari kerbau, sementara kawannya menerima hampir seluruh bagian kerbau itu kecuali bagian kaki belakang.
Lalu La Dana mengusulkan pada temannya untuk menggabungkan daging-daging bagian itu dan menukarkannya dengan seekor kerbau hidup agar mereka dapat memelihara hewan itu sampai gemuk sebelum disembelih. Usulan itupun diterima oleh tuan rumah.
Singkat cerita, kerbau hidup itu dipelihara oleh teman La Dana. La Dana pun mengakali temannya dengan mengganggunya setiap saat bertanya kapan kerbau itu akan disembelih.
Temannya pun kesal dan menyuruh La dana mengambil kerbau tersebut. Alhasil, La Dana mendapatkan kerbau hidup nan gemuk dari temannya.
Pesan moral dari La Dana dan Kerbaunya adalah tujuan akan tercapai dengan menggunakan akal dan pikiran, tapi jangan sampai merugikan orang lain.
5. Cerita Rakyat Sulawesi Selatan La Upe dan Ibu Tiri
La Upe dan Ibu Tiri
La Upe dan Ibu Tiri adalah cerita rakyat Sulawesi Selatan yang mengisahkan kehidupan anak yang disiksa oleh ibu sambungnya. Cerita ini mengisahkan seorang anak bernama La Upe yang telah ditinggal wafat ibunya, ayahnya menikahi seorang perempuan lain bernama I Ruga yang setiap harinya hanya memarahi dan memukul La Upe.
Kesengsaraannya tak lama akan berakhir setelah menyelamatkan satu ikan ajaib yang memberinya mantera. Mantera itu bisa diucapkan oleh La Upe untuk mengharapkan sesuatu yang dia inginkan.
Hal itu terbukti ketika La Upe pulang tanpa membawa ikan satu pun. Ketika I Ruga memarahinya, La Upe mencoba mantera yang diajarkan ikan dan menyebutkan dia ingin ibunya menjadi lengket seperti perekat.
Mantera itu berhasil, saat I Ruga membuka pintu, tangan dan tubuh I Ruga menempel dengan pintu. Saat ayah La Upe pulang, dia kaget mendapati istrinya menempel di pintu.
Setelah mendengar cerita kejadiannya, ayah La Upe pun menasehati istrinya dan meminta La Upe memaafkan ibu tirinya. Mereka pun akhirnya hidup rukun.
Banyak pesan moral dari La Upe dan Ibu Tiri. Salah satunya, menyusahkan orang tak ada gunanya, lebih baik bila memberi kemudahan pada sesama. Dengan demikian hidup akan dimudahkan Tuhan.
Itulah cerita rakyat Sulawesi Selatan yang banyak memberikan pesan moral. Parents sudah menceritakan yang mana?
Baca juga:
Mengisahkan Orangtua dan Anak, Ini 3 Contoh Dongeng Anak Populer
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.