Tidak ada satu orang istri pun yang rela suaminya direbut pelakor. Sebelum hal itu terjadi, simak tips cegah suami direbut wanita lain dari orang seorang istri yang pernah mengalaminya dan baru saja menelurkan buku ‘Dear Mantan Tersayang’.
Setelah curhatannya menjadi viral di jagad media sosial beberapa waktu lalu, cerita yang mengisahkan perselingkuhan sang suami yang dituliskan dalam surat ‘Halo, Selingkuhan Suami Saya’, kini Ary Yogeswary menuliskan beberapa tips cegah suami direbut wanita lain.
Artikel terkait : Perlukah Meneror Si Pelakor?
Seperti apa cara cegah suami direbut pelakor?
Pagi ini ada yang SMSsaya, menanyakan bagaimana agar pasangan nggak direbut pelakor. Ini pertanyaan yang sering muncul di Inbox saya. Sisanya kebanyakan curhat pasangan direbut pelakor. Kayaknya pelakor momok banget dalam hubungan, ya.
Ada teman lain yang men-share status tentang kronologi perselingkuhan, yang biasanya terjadi karena terlanjur kenal lalu semakin mendekat. Semua hubungan, yang resmi atau nggak, ya memang begini kan kronologinya?
Jadi apakah kita harus menjaga mata dan hati, baik laki-laki maupun perempuan? Apakah kita harus mengekang pasangan kita (atau dikekang) agar tidak dekat dengan orang lain yang bisa menyebabkan perselingkuhan?
Hidup kok susah banget sih hihihi.
Pada kenyataannya, nggak ada yang bisa menghentikan perselingkuhan kecuali dari pelaku perselingkuhan sendiri. Pelakor menyediakan jalan, namun seperti gojek dan grabcar, satu jalan ditutup ya tinggal cari jalan tikus lain.
Seperti yang saya tulis di buku saya, “Dear Mantan Tersayang”, perselingkuhan merupakan bukti adanya sesuatu yang dirasa kurang atau tidak terpenuhi dari pasangan asli. Ini bisa karena memang ada sesuatu yang perlu diperbaiki, atau karena pasangan asli memang genit nggak jelas.
Semakin oke pasangan Anda, semakin banyak godaannya. Siapa sih yang nggak mau punya pasangan yang menarik/kaya/bule/stabil/PNS/tentara/dokter, isi sendiri kelebihannya. Dan digoda itu luar biasa lho, cobaannya. Apalagi yang merasa diri biasa saja tetiba dapat godaan yang heboh.
Tanpa ada yang aktif menggoda pun perselingkuhan bisa terjadi. Di saat hati merasa hampa, tiba-tiba ketemu orang yang seolah mengerti semua gundah diri. Niat hanya ingin jadi teman curhat ternyata bertaut hingga jauh. Ditambah rasa dag dig dug der saat baru jatuh cinta. Lupa deh, sama pasangan di rumah.
Apa yang perlu dilakukan untuk cegah suami direbut wanita lain?
Apakah ada yang bisa kita lakukan? Lagi-lagi nggak ada. Selama pasangan nggak komunikasikan apa yang ia butuhkan, selama ada yang dirasa kurang dan hilang dari hubungan, selama itu pula risiko perselingkuhan akan terus ada.
Di sini yang kita harus jeli melihat. Terkadang hubungan memang harus diperbaiki, apalagi saat hati mulai meregang dan kita mulai lupa akan apa yang membuat pasangan kita begitu berharga. Namun terkadang kita perlu melihat ke dalam diri dan berkata, “Dia cukup buat saya.”
Karena akan selalu ada orang yang lebih baik, lebih menarik, lebih cerdas, lebih segalanya. Dan apa sih ‘lebih baik’ itu? Karena perhatian dan kasih sayang, kehangatan yang kita dapatkan dari seseorang tidak bisa dibandingkan. Kenangan bersama dan saat-saat bahagia itu tidak tergantikan.
Ini sesuatu yang harus dipahami semua orang. Hubungan adalah sebuah komitmen, bukan sekedar ‘pengisi’ sampai yang lebih baik datang. Mau sejuta penggoda datang, bila dalam sebuah hubungan kedua pihak mau berkomitmen dan terus berkomunikasi, nggak bakal kejadian.
Ini bukan berarti kita harus seluruh menurut apa kata pasangan, agar semua keinginan atau kebutuhannya terpenuhi dan ia tidak nyangkut di luar sana. Hubungan itu kan dua pihak ya, harus imbang dan adil. Kalau memang satu pihak sudah tidak nyaman dan nggak bisa diperbaiki, ya mau gimana lagi.
Pada hakikatnya, kita nggak pernah benar-benar memiliki seseorang. Hati dan perasaan bisa berubah, bukan hanya pasangan, namun juga diri kita sendiri. Cinta yang menggebu bisa tergerus, baik karena kita berubah atau kita akhirnya melihat pasangan dari sudut pandang yang berbeda.
Ya. Saat pasangan berkata “Kamu berubah…” bisa jadi memang kita sudah berubah. Tapi manusia memang akan terus berubah, ibarat batik yang terwarnai oleh setiap sentuhan kehidupan, atau permata yang terasah oleh setiap pengalaman hidup yang berbeda.
Saat itu terjadi, kita harus siap melepaskan, kita harus siap mengucapkan selamat tinggal. Baik karena panggilan Tuhan atau suratan jalan hidup, kita tidak memiliki kuasa untuk memaksanya tinggal disisi kita. Namun mereka yang menganggap kita ‘cukup’, mereka akan sebisa mungkin bertahan.
Karena bagi yang merasa kita ‘cukup’, setiap perubahan dan perkembangan diri kita bukanlah momok atau sumber ketidaknyamanan, melainkan dinamika yang membuat mereka merasa semakin dekat, bahkan semakin mencintai diri kita.
Karena bagi yang merasa kita ‘cukup’, setiap godaan dan tawaran yang datang bukanlah kesempatan untuk mendapatkan yang ‘lebih baik’, namun pengingat bahwa ia sudah memilih kita, dan ia akan tetap memilih kita.
Dan bagi yang merasa kita ‘tidak cukup’, ya mau bagaimana lagi. Biarkan mereka mencari apa yang terbaik bagi diri mereka. Biarkan mereka mencari apa yang membuat mereka ‘cukup’. Karena Anda tahu, bagi orang yang tepat, Anda ‘cukup’.
Tegakkan kepala Anda dan kuatkan hati Anda. Jangan takut dengan pelakor, tapi fokus pada hubungan Anda: apa yang membuat Anda bahagia, apa yang membuat ia bahagia, apa yang membuat kalian berdua bahagia. Karena ini yang terpenting dalam hubungan Anda: kebahagiaan bersama. Jangan lupa ya…
Salam sayang dari Los Angeles
Bagaimana Parents, punya tips cegah suami direbut wanita lain?
Baca juga :
Ketegaran seorang istri di balik surat terbuka ‘Halo selingkuhan suami saya’
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.