Cara Mencegah Pneumonia pada Bayi dan Balita, Cek Parents!
Setiap 43 detik, satu anak di seluruh dunia meninggal akibat pneumonia. Cek cara mencegahnya berikut ini!
Parents, pneumonia masih menjadi penyebab utama kematian pada bayi dan balita. Bahkan, data UNICEF 2022 menyatakan, setiap 43 detik, satu anak di seluruh dunia meninggal akibat pneumonia. Di Indonesia sendiri, menurut Kemenkes, pneumonia adalah penyebab 14,5% kematian pada bayi dan 5% kematian pada balita. Lantas, apakah ada cara yang efektif untuk mencegah pneumonia pada anak?
Parents tak perlu khawatir, pneumonia merupakan penyakit yang bisa dicegah dan diobati. Meski begitu, penyakit ini tidak boleh disepelekan dan orang tua dianjurkan untuk terus belajar dalam memahami dan menambah ilmu dalam upaya mencegahnya.
Salah satu hal penting untuk mencegah pnemonia pada anak adalah memahami gejalanya. Pasalnya, gejala awal pneumonia sangat sulit dibedakan dengan penyakit saluran pernapasan lain seperti demam dan sesak napas, sehingga berisiko terlewat oleh orang tua.
Daftar isi
Cara Mencegah Pneumonia dengan Mengetahui Gejalanya
Pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyerang paru dan menyebabkan kantung udara di dalam paru meradang dan bengkak. Biasanya orang awam menyebutkan penyakit ini dengan paru-paru basah, sebab secara harfiah kantung udara di dalam paru berisi cairan bila mengalami infeksi.
Tanda bayi mengalami pneumonia memang sekilas mirip seperti selesma, yaitu demam, batuk dan pilek. Namun, anak yang terkena pneumonia dapat menunjukkan tanda khas yaitu gejala tersebut disertai napas cepat (tachypnea) atau napas sesak.
Bila pneumonia sudah parah, gejala lain yang muncul ialah adanya tarikan dinding dada ke dalam atau cekung ke dalam saat anak bernapas. Kondisi ini disebut dengan chest indrawing.
Parents bisa mengetahui gejala pneumonia dengan cara menghitung napas anak ketika dia tenang. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Dokter Spesialis Anak Konsultan Respirologi Prof. dr. Cissy Kartasasmita, Sp.A (K), M. Sc, PhD. Ditemui di acara diskusi media yang diselenggarakan oleh PT Merck Sharp & Dohme (MSD) Indonesia tentang Pencegahan Pneumonia pada Anak beberapa waktu lalu, dokter Cissy pun membagikan tips untuk membedakan gejala pneumonia dengan gejala penyakit pernapasan lainnya.
“Hitung napas anak merupakan salah satu cara skrinning atau pemeriksaan gejala pneumonia yang dianjurkan WHO. Parents bisa melakukan skrining ini saat bayi tenang, jadi jangan ketika dia sedang rewel, ya.
Kalau napas anak cepat, maka itu sudah bisa dibilang ada kelainan pada saluran napas bawah. Bagaimana mengetahuinya? Kalau usianya di bawah 2 bulan, tidak boleh lebih dari 60 kali napas per menit. Selain napas cepat, hidungnya juga kembang-kempis. Jika si kecil berusia 2 bulan atau 1 tahun, tidak boleh lebih dari 50 kali per menit. Kalau di atas 1 tahun, itu 40 kali per menit,” jelas dokter Cissy.
Jika si kecil mengalami hal itu, maka Parents harus segera meminta pertolongan pada petugas kesehatan. Terlebih apabila ia mengalami gejala pneumonia yang berbahaya sebagai berikut:
Usia 2 bulan – < 5 tahun | Usia < 2 bulan |
Tidak bisa minum | Napas cepat (≥ 60x/menit) ATAU |
Kejang | Napas lambat (≤ 30x/menit) ATAU |
Kesadaran menurun | Kurang mau minum |
Tampak biru pada lidah (sianosis sentral) | Demam |
Ujung tangan dan kaku pucat dan dingin | Kejang |
Head Nodding (saat bernafas kepala anak seperti mengangguk-angguk) | Kesadaran menurun |
Ujung tangan dan kaki pucat dan dingin | Stridor |
Grunting | Wheezing |
Gizi buruk / malnutrisi | Tangan dan kaki terasa dingin |
Tanda gizi buruk |
Kenali Juga Faktor Risiko Pneumonia pada Bayi dan Balita
Bila salah satu tanda di atas terlihat oleh si kecil, jangan tunggu lama untuk membawanya ke dokter ya, Parents. Tanda di atas merupakan tanda bahaya yang harus segera ditangani.
Selain itu, Parents juga perlu memahami beberapa faktor risiko pneumonia pada bayi dan balita agar bisa mencegah penyakit ini. Faktor risiko pneumonia pada anak di antaranya:
- Tidak mendapatkan ASI Esklusif: ASI mengandung semua zat-zat yang dibutuhkan bayi. ASI juga mengandung imunoglobulin untuk pertahanan tubuh, sehingga kekurangan ini akan berdampak negatif pada kesehatan bayi.
- Kekurangan vitamin A: Vitamin A dibutuhkan tubuh untuk pertahanan mukosa atau pertahanan saluran napas dan saluran cerna.
- Tidak mendapat imunisasi campak, pertussis, PCV dan HIB: Imunisasi ini dapat mencegah bayi terkena pneumonia, karena penyakit seperti campak, pertussis atau batuk rejan berisiko besar terhadap pneumonia.
- Polusi dalam ruangan: Polusi atau asap rokok mengandung bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia pada bayi dan balita.
- Malnutrisi: Saat akan memiliki gizi yang kurang, ia akan mengalami penurunan imunitas tubuh, sehingga berisiko besar terhadap pneumonia.
Cara Mencegah Pneumonia dengan Imunisasi
Lebih lanjut, dokter Cissy juga menjelaskan bahwa salah satu cara mencegah pneumonia yang paling efektif ialah dengan mendapatkan imunisasi lengkap sejak bayi.
“Imunisasi dapat mencegah pneumonia. Anak bisa melengkapi imunisasi rutin seperti BCG, Polio, DPT-Hib-HepB, Campak Rubella, dan terutama PCV,” katanya.
Vaksin pneumokokus Konjugasi (PCV) diberikan untuk mencegah pneumonia yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus. Vaksin ini juga sudah termasuk ke dalam Program Imunisasi Nasional sejak 2022. Bayi yang berusia 2, 3, dan 12 bulan bisa mendapatkan vaksin PCV13 untuk mencegah pneumonia secara gratis, Parents.
Adapun dalam kesempatan sama, Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang Anak Prof. dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi., menjelaskan juga bahwa kini sudah ada vaksin PCV jenis baru, yaitu PCV15. Vaksin PCV15 sudah mendapat izin edar dari Badan POM untuk digunakan di seluruh wilayah Indonesia sejak Juni 2023.
Vaksin PCV15 memberikan perlindungan lebih luas karena memberikan perlindungan tambahan untuk 2 serotipe yang berbahaya untuk bayi dan balita. PCV15 bermanfaat untuk melindungi bahaya 15 serotipe pneumokokus, berbeda dengan PCV10 yang hanya melindungi bahaya 10 serotipe, dan PCV13 yang melindungi bahaya 13 serotipe.
“Ini bisa dipilih. Baik PCV10, PCV13, atau PCV15 itu sama baiknya. Jika ingin mengikuti program pemerintah dengan mendapat imunisasi vaksin PCV13, maka silakan. Bagi yang ingin mendapat perlindungan lebih luas, juga tak perlu ragu, Anda bisa segera meminta vaksin PCV15 kepada dokter di layanan kesehatan swasta,” jelas dokter Seodjatmiko.
Lalu, jika sudah mendapatkan vaksin PCV13 apakah boleh menambah dosis PCV15 untuk mencegah pneumonia?
Dokter Cissy pun menjelasan pada theAsianparent, “Secara umum, dari Kemenkes itu dapatnya dosis 2 plus 1, dapatnya memang PCV13 dan itu program imunisasi nasional karena cakupannya luas. Namun, untuk umum, jika ikut program privat di luar Imunisasi Nasional, itu boleh diberikan PCV15 sesuai dengan rekomendasi.”
Dokter Cissy melanjutkan, apabila anak sudah mendapatkan vaksin PCV13 lengkap, maka tidak diperlukan lagi pengulangan dosis PCV15. Namun, kalau sudah mendapat dosis 1 dan 2 PCV generasi sebelumnya dan ingin mendapat PCV15 sebagai dosis lanjutan, itu bisa dilakukan dan tak perlu pengulangan dosis dari awal.
“Jika memang dari PCV13 mau tambah ke PCV15, itu juga tidak masalah. Ada penelitiannya, namanya interchangeability. Boleh ditambah, misalnya ditambah 1 kali PCV15 dan 3 kali PCV13, atau 2-3 kali PCV15 dan 1 kali PCV13. Ternyata, hasil penelitian menunjukkan kadar proteksi antibodi yang sama baiknya. Jadi, boleh saja,” pungkas dokter Cissy.
Selain mencegah pneumonia, vaksinasi PCV juga dapat mencegah penyakit lain seperti radang selaput otak (meningitis), infeksi darah (bakteremia), dan radang telinga (otitis) yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus.
Tentunya, selain dengan imunisasi, upaya lain untuk mencegah pneumonia juga bisa Parents lakukan di rumah. Beberapa di antaranya berdasarkan penuturan dokter Seodjatmiko adalah:
- Memberikan ASI eksklusif dan MPASI yang cukup protein hewani dan nabati
- Menghindari si kecil dari orang yang sedang batuk pilek, polusi asap rokok, pembakaran sampah, dan polusi lainnya
- Menjaga sirkulasi udara di rumah
- Memakai masker di tempat yang banyak polusi asap dan debu
- Segera berobat apabila si kecil mengalami demam, batuk, dan napas cepat.
Nah, itulah informasi mengenai berbagai cara mencegah pneumonia pada anak yang bisa Parents lakukan. Semoga semakin menambah awareness Parents terhadap salah satu penyakit yang mematikan tersebut, ya!
***
Baca juga:
Parents perlu tahu! Ini perbedaan batuk biasa dan pneumonia pada bayi