Kehamilan merupakan hadiah dari yang Maha Kuasa untuk setiap pasangan disaat waktu yang tepat.
Ya, aku dan suami mengikat janji saat itu di akhir bulan Mei. Suatu ketika selang sebulan, saat aku akan bekerja betapa terkejutnya karena aku melihat darah yang ada dilantai mengikuti langkah ku berjalan. Kebetulan saat itu aku telat sudah seminggu. Alhasil, aku izin dan segera periksa ke rumah sakit. Saat itu masih suasana covid, aku ke IGD dan hanya boleh ada 1 pendamping, ya suamiku seorang. Setelah aku tes urine dan cek kehamilan, bidan menyatakan hasil lab negatif namun aku diminta untuk cek usg. Waktu sudah teramat siang dan di RS tersebut ternyata jadwal usg ada di sore hari dan belum pasti. Maka dari itu, aku dan suami mencoba berkelana mencari klinik atau bidan yang ada usg dan dokter jaganya. Setelah kita muter kesana kesini dan akhirnya kita memutuskan di salah satu bidan yang ada dokter kandunganya. Saat melakukan pengecekkan dokter hanya menginformasikan bahwa rahim masih kosong namun ada pelebaran dinding rahim, maka dari itu untuk aroma dari darah pun berbeda seperti haid. Kami pun pulang dengan membawa hasil usg yang masih belum terisi apapun didalam rahim ini.
Bulan Agustus pun datang, aku ingat sekali saat itu di tanggal belasan. Pagi hari aku coba cek kehamilan dan hasilnya sudah jelas garis II, karena sudah telat juga 2 minggu, ya di tanggal 15 tersebut bertepatan dengan vaksin pertama. Aku yang tadinya ragu karena khawatir sedang hamil pun tetap melaksanakannya karena ingin dapat cuti kerjaan dan aku masih santai juga karena perubahan hormon aku yang belum signifikan.
Sebulan berlalu dan benar saja aku belum haid, aku masih tetap bekerja dan kebetulan selalu WFH. Saat itu, kejadian pun tiba, ketika aku mau buang air kecil selalu ada flek keluar walau tidak banyak tapi selalu ada. Aku pun berniat ketika libur kerja akan cek kehamilan dan benar ternyata kehamilan ku sudah 6 minggu yang terlihat masih kantong dalam usg tersebut. Betapa bahagianya, namun ada kekhawatiran didalamnya karena dokter menginfokan ini hasilnya belum tentu berhasil bisa juga tidak berkembang. Jadi, bulan depan kita diminta untuk kontrol kembali.
Aku pun menginformasikan kepada dokter bahwa saat buang air kecil ada flek keluar dan alhasil aku diberikan obat penguat janin dan tidak boleh terlalu lelah beraktivitas.
Beberapa hari kemudian dengan intensitas pekerjaan aku yang tidak memungkinkan untuk beranjak dari tempat duduk, karena pekerjaan aku yang mengharuskan selalu depan laptop, ini membuat pergerakan tubuh semakin sedikit karena duduk dalam waktu yang cukup lama.
Masih kuat tubuh ini bertahan dan saat itu merupakan puncak dari pertahanan. Kondisi sudah tidak memungkinkan untuk bekerja, ditambah tingkat stress dari pekerjaan yang juga mendukung hormon dari ibu hamil muda ini tidak terkontrol. Mual yang mengharuskan aku bulak balik ke kamar mandi, tapi ini pun sebenarnya tidak diperbolehkan dalam pekerjaan aku. Akhirnya aku menyiapkan kantong plastik untuk persiapan ketika merasa mual.
Setelah berjalan 2 atau 3 minggu ini, sudah tidak ada daya dan upaya yang aku rasakan, dengan banyak pertimbangan dan izin dari suami serta keluarga saat itu juga aku mengundurkan diri dari pekerjaanku secara mendadak, dan sebenarnya pun aku sudah disarankan untuk bedrest oleh dokter.
Aku berharap ini merupakan keputusan yang tepat, walau bagaimana pun anak adalah suatu titipan dan anugrah. Bekerja atau tidak, aku selalu percaya Allah sudah menyiapkan rezeki untuk sang anak kelak dengan cara apapun dan bagaimanapun. Berat rasanya meninggalkan rutinitas ini, namun aku yakin dengan kehidupan baru yang sudah didepan mata, harus siap diajalani dan disyukuri dengan doa, semoga selalu dipermudah dan diperlancar semuanya. Amiiiiin.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.