Hai, para new mom! Pernah nggak, sih, berpikir pada saat punya anak, kita akan akan mengurus sendiri karena takut nanti orang tua malah kasih hal-hal yang aneh ke anak kita? Atau malah berpikir, sebagai ibu bisa mengerjakan semuanya? Padahal, kemungkinan besar kita bukan super mom.
Saya termasuk salah satu orang yang berpikir seperti itu. Bahkan, bisa dibilang saya tidak pernah mengikuti saran dari orang tua maupun mertua karena menurutku hal tersebut merupakan ‘ilmu kuno’ yang sudah tidak dipergunakan lagi. Contohnya, menggunakan gurita pada bayi ataupun bedong yang terlalu ketat.
Menjalani Long Distance Marriage
Singkat cerita, sejak hamil 6 bulan aku sudah terpisah jarak dengan suami. Disituasi pandemi yang semakin menggila, aku dan suami memutuskan agar saya tinggal sementara di kampung halaman dan menyiapkan semua hal untuk melahirkan nanti di sana.
Sementara suami masih tetap bertahan di ibu kota untuk bekerja namun tetap terus memantau saya dari jauh perihal perkembangan kehamilan dan calon anak kami.
Sejak tinggal terpisah, saya dituntut selalu berpikir cepat untuk kesehatan. Saya pun rutin mencari informasi perihal kehamilan dan perkembangan janin. Rasanya, semua hal saya tanyakan kepada dokter ketika jadwal kontrol tiba.
Bisa dibilang, saya cenderung percaya diri dengan semua pengetahuan dan tenaga yang dipunya. Bahkan, saya sering kali tidak memedulikan perkataan orang lain, kecuali dokter.
Sumber: Instagram @irmafrima29
Bulan terus berganti akhirnya yang kami tunggu pun tiba. Saya dan suami menyambut anak kami dengan penuh haru.
Semua keluarga menyambut bahagia atas kelahiran anak kami. Suamiku hanya seminggu saja di rumah karena jatah cuti yang tidak lama diberikan kantor, selanjutnya saya mengurus anak kami sendiri.
Mulai dari memandikan sampai mencuci bajunya. Padahal luka sayatan diperutku masih basah. Bantuan dari mertua untuk mengurus si kecil ataupun saran dari orang tua untuk tinggal dengan tanteku agar bisa dibantu untuk merawat si kecil pun ku tolak mentah-mentah.
Saya hanya dibantu adik ipar laki-laki ku di rumah, ia yang akan menjaga si kecil ketika saya mandi ataupun makan.
Ya, ketika itu saya masih berpikir bahwa aku bisa mengurus segalanya sendirian. Sering kali aku telat makan karena menyusui si kecil tiada henti ataupun mandi sekali sehari karna si kecil yang tidak bisa sebentar berpisah dariku. Bahkan tak jarang aku tertidur saat sedang duduk menyusui.
Me time, apa itu? Saya tidak bisa melakukannya, Anakku membutuhkan waktuku sepenuhnya.
Perasaan Lelah Itu pun Datang…
Nyatanya saya memang bukan super mom.
Semakin lama jiwaku semakin berontak. Lelah menghantuiku. Tak jarang ku biarkan si kecil menangis sambil ku tatap matanya. Namun setelahnya hanya tersisa penyesalan di hatiku. Aku bandingkan posisiku yang lelah mengurus anak sendirian setiap harinya dengan suamiku yang bekerja.
Hingga muncul rasa rindu untuk kembali lagi bekerja seperti dulu sebelum menikah. Sering kali ku menangis menatap wajah si kecil, menangis karena kasihan padanya yang memiliki ibu sepertiku atau menangis karena lelah mengapa hanya aku yang seperti ini.
Entahlah akupun tak mengerti dengan rasa yang membingungkan ini.
Saya Bukan Super Mom
Pernah di usianya yang menginjak 3 minggu, si kecil batuk tiada henti menangis. Sangat menyesakkan dadaku, ingin rasanya ku pindahkan rasa sakit itu kepadaku.
Saya hubungi semua orang untuk membantu namun tidak ada bantuan, hanya menyarankan aku yang meminum obat bukan si kecil. Dari situ aku semakin bertekad untuk tidak akan meminta bantuan kepada siapapun jika ada kejadian serupa.
Tiba saatnya si kecil tidak bisa ditinggal sedetik pun, tidak mau digendong oleh adikku, hanya ingin menyusu saja tiada henti, ku timang-timangpun tak jarang ia semakin menjerit. Hatiku semakin remuk, jiwaku semakin rapuh. Tangisku sesekali luruh entah karena perasaan yang mana.
Aku memutuskan untuk mendiskusikannya dengan suami karena hal ini bukanlah sesuatu yang masih bisa ku hadapi sendirian. Suami mengerti dengan kondisiku dan setuju untuk aku dan si kecil secepatnya kembali berkumpul bersamanya di ibu kota.
Setelah berkumpul bersama suami, saya diberikan waktu untuk me time oleh suami. Suamiku cukup memberikan waktu untuk istirahat, seringkali ia membantu mengerjakan pekerjaan rumah bahkan memandikan anak juga ia lakukan.
Disinilah aku menyadari bahwa aku bukanlah manusia super yang bisa mengerjakan segalanya sendirian. Bahkan iron man sekalipun membutuhkan avengers, bukan?
Ya, saya bukan super mom!
Sumber: Instagram @irmafrima29
Aku hanyalah seorang yang baru saja menjadi ibu. Aku memang segalanya bagi anakku atau aku mungkin adalah pahlawan baginya namun aku tetaplah manusia biasa yang bisa lelah.
Aku juga manusia biasa yang membutuhkan waktu untuk mengembalikan segala tenaga baik itu fisik maupun psikis. Bukan maksud ingin menjauh dari si kecil, tapi kita pun sangat butuh waktu untuk menyendiri tanpa ter-distract oleh tangisan anak guna menyembuhkan lelah batin ini yang seharian mengurusi anak dan rumah.
Karena menjadi seorang ibu adalah “pekerjaan” seumur hidup yang jika lelah atau tidak cocok, tidak akan bisa kamu tinggalkan dengan “resign”. Menjadi seorang ibu adalah tanggung jawab seumur hidup. Dan menjadi seorang ibu bukan berarti dalam sekejab menjadikanmu seorang pahlawan super yang bisa segalanya.
Ditulis oleh Irma Fitriyani, VIPP Member theAsianparent
Artikel Lain yang Ditulis VIPP Member theAsianparent
Aduh! Anakku Demam dan Banyak Ruam Merah, Apakah Ini Campak?
Karena Anak Harus Bahagia, Proses Belajar yang Terus Aku Upayakan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.