Biduran atau yang kerap dikenal pula dengan kaligata merupakan salah satu penyakit kulit yang umum terjadi pada siapa saja. Umumnya, kondisi ini terjadi karena reaksi alergi, seperti bulu hewan, serbuk bunga, makanan, obat-obatan tertentu, dan lainnya. Namun beberapa wanita juga mengeluhkan biduran setelah melahirkan.
Pertanyaannya, mengapa hal itu bisa terjadi?
Biduran atau urtikaria
Menurut penjelasan dr. Nadia Nurotul Fuadah dalam laman Alo Dokter, biduran atau kaligata dalam dunia medis disebut dengan urtikaria. Ini merujuk pada suatu kondisi di mana kulit bengkak, merah, dan terasa gatal.
Ada beberapa penyebab biduran. Pertama karena dipicu oleh reaksi alergi yang berasal dari bulu hewan, serbuk bunga, makanan, obat-obatan tertentu, dan lainnya. Kedua karena dipicu oleh stres, kelelahan, atau gigitan serangga.
Meskipun tidak berbahaya dan mematikan. Namun biduran bisa sangat menganggu dan sayangnya tidak dapat disembuhkan.
Oleh karena itu, penanganan tebaik untuk biduran ialah dengan mencegah penyebabnya, seperti:
- Catat kapan dan apa saja yang dapat memicu biduran
- Hindari paparan suhu dingin, udara kering, bulu hewan, serbuk bunga, serta mengonsumsi makanan atau obat tertentu yang menyebabkan alergi
- Hindari menggaruk berlebihan pada bagian tubuh yang gatal
- Gunakan pakaian yang longgar, berbahan lembut, dan menyerap keringat
- Jaga sanitasi dan ventilasi lingkungan
- Mandi setidaknya 2x sehari dengan sabun yang hipoalergenik dan non iritatif
Artikel terkait: Gatal tak tertahankan saat hamil, hati-hati gejala kolestasis obstetri, Bumil sudah tahu?
Biduran setelah melahirkan
Nadia menegaskan sebenarnya tidak ada hubungan secara langsung antara biduran dengan kondisi pasca melahirkan.
“Namun, kondisi fisik yang kelelahan dan stres yang ibu alami saat mengurus bayi mungkin saja menjadi pemicu munculnya biduran atau urtikaria,” ujarnya.
Lebih lanjut, ahli kulit yang berbasis di New York City Whitney Bowe, M.D mengatakan bahwa perubahan hormon setelah melahirkan dapat membuat kondisi kesehatan kulit menjadi kacau.
“Anda mengalami penurunan hormon yang dramatis seperti progesteron dan estrogen yang dapat menyebabkan jerawat, bercak merah, dan kulit kering, atau teriritasi,” ujarnya dalam laman Women’s Health.
Selama kehamilan, ketika estrogen dan progesteron dalam tingkat yang cukup tinggi, banyak wanita menemukan kulit mereka tampak sehat lebih dari sebelum hamil. Itu karena progesteron melebarkan pembuluh darah untuk meningkatkan sirkulasi darah. Sehingga kulit tampak lebih cantik dan sehat.
Sementara itu, estrogen memicu produksi kolagen yang membangun penghalang kulit agar lebih kuat. Estrogen ini dapat menahan kelembaban kulit dan menjaganya dari iritasi.
Sayangnya ketika hormon itu turun setelah melahirkan, beberapa wanita mengalami perubahan kulit yang cukup signifikan. Mereka mengalami jerawat, bercak merah, dan produksi minyak berlebih di kulit.
“Penghalang kulit menjadi lebih lemah, sehingga alergen dan iritan dapat menyelinap masuk dan memicu bercak merah itu,” ungkapnya.
Pada umumnya, kondisi biduran akan berlangsung hingga dua bulan setelah seorang wanita berhenti menyusui. Namun, bisa saja bidurannya berhenti enam bulan setelah melahirkan.
Bila masalah kulit setelah melahirkan berlangsung lebih lama dari itu, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Semoga informasi ini bermanfaat.
***