Saya dan suami menikah di usia yang cukup matang, dalam 2 tahun pernikahan kita, bersyukur saya diberikan kesempatan hamil 3 kali. Namun saya mengalami keguguran dua kali dan kehamilan ketiga bisa saya jalani dengan selamat hingga melahirkan. Dan sejak awal saya dengan mantap bersikeras ASI Eksklusif untuk anak saya.
Pengalaman Hamil dengan Kondisi Ikat Rahim
Dan lahirlah anak pertama kami dari kehamilan yang ke-3 (tepatnya anak ke-2 kami, karena saya kehilangan anak ke-1 di kehamilan kedua saat usia kandungan 5 menuju 6 bulan karena ketuban bocor dan kering).
Dari riwayat dua kehamilan sebelumnya pada kehamilan ketiga dokter Spog saya mengambil tindakan Ikat leher rahim (cervical cerclage) prosedur ini dilakukan saat usia kandungan 5bulan dengan tujuan mencegah keguguran salah satunya ketuban bocor.
Kondisi ini memberikan saya pilihan untuk melahirkan secara normal (ikatan leher rahim akan dibuka terlebih dahulu 2 mgg sebelum hpl) atau secara caecar (ikatan leher rahim akan dibuka saat operasi Cs berlangsung).
Memilih melahirkan secara Caesar
Akhirnya saya dan suami dengan pertimbangan dan saran dari dokter Spog untuk melahirkan secara Caesar karena usia saya juga sudah diatas 35thn, saat itu saya berusia 39 tahun.
Sampai perawat front office rumah sakit awalnya terlihat sinis melihat usia saya dan sedang hamil, tetapi setelah saya bilang saya baru 2 thn menikah dan ini hamil ketiga dengan 2 kali keguguran sebelumnya, sinis pun berubah jadi senyuman.
Hpl tanggal 28 April 2022,dari hasil pemeriksaan dokter memberikan rentang tanggal yang dapat saya serta suami pilih untuk operasi Caecar.
Kami pun memutuskan tanggal 15 April ( Suami berulang tahun tanggal 11 April,dan saya tanggal 13 April)
Tanggal 15 kami datang ke Rumah Sakit jam 5 subuh, karena doktor Spog ada keperluan jadi kami sepakat operasi berlangsung jam 7 pagi.
Saya melewati rangkaian pengecekan, operasi pun berlangsung, suami tidak ikut masuk dalam ruang operasi tetapi berjaga diluar.
Saya dalam keadaan sadar dan tidak sadar merasakan ramai dan dinginnya kamar operasi sampai seorang perawat memanggil saya dengan memperlihatkan bayi saya yang baru lahir sambil berkata: ” bu, Anaknya perempuan ya.”
Saya Bersikeras ASI Eksklusif setelah melahirkan
Selanjutnya saya dibawa ke ruang pemulihan sekitar 2 jam kemudian dibawa ke kamar rawar inap (Caecar 2 malam 3 hari di rumah sakit).
Sampai tiba dikamar sekitar pukul 10 pagi saya menunggu bayi untuk dibawa ke kamar,tapi tak kunjung datang, informasi dari ruang bayi masih menunggu Dsa melakukan pengecekan dan menunggu kondisi bayi stabil.
Sampai akhirnya jam 4 sore pintu kamar saya diketuk dan masuk beberapa perawat dan seorang dokter dengan kereta bayi.
rasanya sangat mengagumkan melihat bayi kecil saya yang berambut lebat.
Perawat mengarahkan saya untuk IMD, saya sangat bersemangat untuk memberikan bayi full ASI.
ASI Seret, tapi saya tetap bersikeras ingin ASI Eksklusif
2 malam di rumah sakit bayi saya bersama saya dalam kamar, tidak dititipkan diruang bayi. Setiap malam mulai jam 10 sampe 5 subuh bayi saya nangis setiap 30menit. Ini pelajaran berharga yang baru saya sadari saat sudah pulang kerumah
Ternyata bayi saya kelaparan tiap malam karena ASI saya masi keluar sedikit sekali dan saya tidak memberikan bantuan Sufor, sampai akhirnya 1mgg setelah lahir bayi saya demam karena dehidrasi dan kuning sampai harus di rawat inap 1 malam untuk di terapi sinar.
Karena keinginan saya yang terlalu ideal full asi ( tidak menyadari kondisi Asi yg seret) membuat bayi saya menderita karena dehidrasi dan BB bayi jadi turun dibulan pertama.
Puji syukur semuanya baik, dengan saran Dsa akhirnya saya memberikan Asi dengan bantuan Sufor ( istilahnya Supplemental Nursing System) dan berlangsung sampe saat ini bayi saya sudah usia 6 bulan, puji syukur bayi saya tumbuh sehat perkembangan baik hanya saja BB nya minim (Dsa bilang ada utang BB 1000gr yg belum terbayar)
Suatu pembelajaran besar sebagai ibu jangan terlalu idealis dengan Asi exclusive, tetapi harus bijak melihat kondidi Asi dan bayi sehingga dapat memberikan yang terbaik buat Bayi.
Disclaimer:
Pandangan dan informasi yang diceritakan di dalam artikel ini merupakan pendapat penulis dan belum tentu didukung oleh theAsianparent atau afiliasinya. TheAsianparent dan afiliasinya tidak bertanggung jawab atas konten di dalam artikel atau tidak bisa diminta pertanggungjawaban untuk kerusakan langsung atau tidak langsung yang mungkin diakibatkan oleh konten ini.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.