Kehamilan pertama merupakan pengalaman pertama seorang ibu, dari mulai menjalani kehamilannya selama sembilan bulan hingga menyambut sang buah hati. Begitu pula dengan kami pasangan muda yang menantikan kehadiran anak pertama kami meski harus berjuang di meja operasi antara hidup dan mati.
Dari awal pemeriksaan kehamilan tidak ada ada yamg perlu dikhawatirkan, hanya memang bayi kami pernah dengan posisi sungsang saat usia kandungan 32 minggu. Pada saat menginjak usia 36 minggu bayi kami sudah kembali normal yaitu kepala berada dibawah, namun belum masuk ke panggul.
Saya rutin melakukan senam hamil dan aktivitas-aktivitas yang disarankan untuk mempercepat persalinan. Namun kami menunggu hingga usia kehamilan 41 minggu belum ada tanda-tanda persalinan. Lalu kontrol yang terakhir dokter memutuskan untuk dilakukan operasi caesar saja.
Tanpa berpikir panjang lagi kami langsung approve saran dokter tersebut. Dan kami langsung mengurus persyaratan rawat inap saat itu juga.
Pada akhirnya jam 21.00 saya dibawa ke ruang bersalin untuk menjalani beberapa pemeriksaan sebagai persiapan operasi esok hari. Karena se dari sore saya belum makan, maka diruang bersalin saya menyempatkan untuk makan terlebih dahulu.
Setelah pemeriksaan CTG, hasilnya detak jantung bayi kami sudah melemah, maka dokter memutuskan untuk dilakukan operasi malam itu juga. Kaget bukan main, perasaan bercampur aduk sampai saya mengalami sesak nafas dan harus memakai oksigen.
Saya Siap Berjuang di meja operasi
Setelah semua sudah disiapkan lalu saya dibawa ke ruang persiapan operasi, disana saya dan suami saya dipertemukan dengan dokter anestesi yang akan mendampingi saya saat operasi nanti.
Dokter menjelaskan beberapa resiko yang dapat terjadi pada operasi emergency ini (saya tidak melakukan puasa, bahkan baru selesai makan) dengan resiko terburuk adalah nyawa saya dan bayi kami.
Sudah tidak bisa digambarkan lagi bagaimana perasaan saya waktu itu, namun suami saya mencoba menenangkan saya lalu kami berdua berserah kepada Tuhan dan meminta yang terbaik untuk kami.
Tak lama setelah itu saya langsung dibawa ke meja operasi, lalu dilakukan pembiusan melalui tulang belakang dan persiapan lainnya.
Setelah dokter kandungan datang operasi segera dilakukan. Karena tidak didampingi suami saya memang agak panik, sampai saya mengalami mual dan sesak nafas saat operasi berlangsung. Saya hanya berdoa dalam hati supaya kami berdua bisa berjuang bersama dan sehat selamat.
Akhirnya setelah perjuangan panjang pukul 23.00 putri pertama kami lahir dengan selamat dan sempurna tanpa ada kekurangan apa pun. Saya sangat amat lega dan lebih tenang saat menyelesaikan operasi ini.
Ini adalah pengalaman berjuang di meja operasi yang tak terlupakan bagi kami, dimana kami masih ditolong dan diselamatkan oleh Tuhan melalui tangan-tangan para tenaga medis.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.