Kisah Nyata:"Perjuangan Berat demi Setetes ASI untuk Bayiku"

Pandangan dan informasi yang diceritakan di dalam artikel ini merupakan pendapat penulis dan belum tentu didukung oleh theAsianparent atau afiliasinya. TheAsianparent dan afiliasinya tidak bertanggung jawab atas konten di dalam artikel atau tidak bisa diminta pertanggungjawaban untuk kerusakan langsung atau tidak langsung yang mungkin diakibatkan oleh konten ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Perjuangan menyusui setiap ibu berbeda-beda, ada yang mudah ada juga yang sulit. Ini adalah kisahku berjuang demi setetes ASI untuk bayiku. 

Kisahku berjuang demi Setetes ASI untuk Buah Hati

Perjuangan demi setetes ASI.

Buah hati adalah hal yang sangat ditunggu oleh setiap pasangan suami istri, begitu juga dengan kami. Saya dan suami diberikan anugerah kehamilan pertama kami setelah 2 tahun pernikahan. Kami begitu senang dan tidak sabar menunggu kelahiran buah hati kami. Kami tinggal di rumah sendiri, jauh dari orang tua dan saudara.

Kami melalui hari demi hari masa kehamilan hanya berdua saja. Hingga Hari Perkiraan Lahir (HPL) telah tiba, tidak ada tanda-tanda kontraksi pada saya. Kami tetap bersabar sampai pada usia kandungan 41 minggu dokter memutuskan untuk operasi Caesar saja karena sudah terlalu beresiko.

Ilustrasi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Malam itu sekitar jam 23.00 dilakukan operasi caesar dengan kasus emergency, karena detak jantung bayi sudah mulai lemah. Perasaan saya sudah tidak karuan waktu itu, saya hanya berserah kepada Tuhan untuk diberikan yang terbaik untuk kami. Dan puji Tuhan anak kami lahir dengan sempurna malam itu, saya sangat lega dan senang sekali.

Saya baru bertemu dengan anak saya 24jam setelah operasi dilakukan, dan disini drama dimulai. ASI saya belum keluar banyak dan keadaan puting saya datar sehingga bayi sulit menyusu. Dengan sekuat tenaga saya berusaha dan terus belajar menyusui bayi saya namun hasilnya belum ada sampai anak saya mengalami kuning dan urine nya berwarna kemerahan.

Merasa Hancur karena Tak Bisa Memberikan ASI

Perjuangan demi setetes ASI.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saya sangat hancur, bahkan merasa gagal menjadi seorang ibu. Waktu itu dokter anak juga tidak merekomendasikan menggunakan susu formula untuk bayi saya. Hal ini menambah stress bagi saya, setiap menit air mata ini tak berhenti menetes, saya tidak tahu harus apa?

Pada akhirnya ada satu bidan baik hati menghampiri saya, saya diberikan saran agar mencoba pumping untuk mengejar pemberian ASI pada bayi supaya tidak terjadi hal yang lebih membahayakan bayi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sedikit demi sedikit saya perah ASI saya lama kelamaan membuahkan hasil melimpah, disini saya sudah sangat senang, bayi saya sudah tidak rewel dan bisa tidur dengan nyenyak.

Perjuangan demi setetes ASI.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saya terus menjadi ibu EPING karena bayi saya tetap tidak mau menyusu dengan DBF. Walaupun demikian saya merasa senang sekali bisa memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan kepada bayi saya dan sungguh pengalaman pertama kali mengasuh anak saya ini menjadi pengalaman tak terlupakan. Saat berjuang mencari setetes ASI yang pengaruhnya besar sekali terhadap kesehatan bayi saat itu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penulis

cicilia gita