Memiliki anak melalui program bayi tabung
Program bayi tabung telah diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada tahun 1988 ketika sebuah tim dokter yang diketuai Sudraji Sumapraja melakukan operasi pemindahan sel telur dari ovarium dan membuahinya dengan sel sperma di luar tubuh ibu pemilik sel telur tersebut.
Sejak saat itulah program bayi tabung menjadi pilihan banyak pasangan yang telah lama menikah dan tidak dikaruniai momongan. Program hamil ini dilakukan melalui berbagai proses yang rumit, sehingga tak heran kalau membutuhkan biaya cukup besar (sekitar Rp 30 juta, menurut website resmi sebuah klinik). Namun hal itu tak menyurutkan niat sebuah pasangan untuk menjalani program bayi tabung.
Meskipun demikian, fakta-fakta mutakhir menemukan bahwa program bayi tabung tidak sepenuhnya aman. Ada beberapa risiko yang sangat mungkin dialami oleh pasangan maupun anak yang terlahir melalui proses bayi tabung.
Risiko umum program bayi tabung
1. Kehamilan lebih dari satu bayi
Anda mungkin pernah mendengar tentang kisah ibu yang melahirkan anak kembar empat, atau kisah tentang ibu yang melahirkan beberapa bayi sekaligus dalam waktu bersamaan. Salah seorang ibu yang mengalaminya mengatakan ia menjalani proses ini sebelum mendapatkan anugerah luar biasa itu.
Akan tetapi, kehamilan lebih dari satu bayi juga berbahaya bagi keselamatan ibu dan bayi. Bayi (atau bayi-bayi) dalam kandungan bisa saja lahir prematur, atau meninggal saat dilahirkan.
Baca juga : 5 Hal Penting tentang Bayi Prematur
2. Kehamilan di luar kandungan
Kehamilan di luar kandungan terjadi pada saat embrio terbentuk dan tumbuh di luar lubang rahim. Kasus ini biasanya terjadi pada ibu hamil yang memiliki masalah dengan saluran fallopiannya. Bayi yang tumbuh dan dilahirkan di luar uterus/ rahim dikhawatirkan tak bisa bertahan hidup. Demikian juga ibu hamil yang mengalaminya.
3. Ketidaksuburan turunan
Bayi laki-laki yang lahir dari proses ini bisa jadi mewarisi masalah ketidaksuburan sperma dari ayahnya. Jadi sebelum menjalani program bayi tabung berkonsultasilah dengan para ahli, apakah kondisi sel sperma pasangan yang abnormalkah yang menjadi penyebab tidak terjadinya kehamilan.
Jika ya, maka Anda dapat mengantisipasi terulangnya masalah infertilitas pada putra Anda sedini mungkin.
4. Disabilitas pada anak
Bayi yang terlahir dari proses ini ICSI berisiko mengalami disabilitas atau gangguan fisik maupun intelektual. Hal ini karena salah satu teknik ICSI (Intra-cytoplasmic sperm injection), dilakukan dengan cara menyuntikkan sel sperma ke sel telur. Akibatnya, sel sperma dapat mengalami kerusakan dan bayi yang dihasilkan pun menjadi tidak sempurna.
Kasus disabilitas pada anak yang dilahirkan dengan proses ini memang sedikit sekali jumlahnya. Tapi itu bukan alasan bagi kita untuk mengabaikan segala kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi.
Saat ini kita sering membaca iklan dan artikel tentang terapi kesuburan, baik yang dilakukan secara modern seperti program bayi tabung, atau melalui pengobatan alternatif. Ibu, sebaiknya Anda berkonsultasi dulu dengan ahlinya sebelum memutuskan untuk menempuh terapi kesuburan dengan metode apapun.
Referensi : Intra-cytoplasmic sperm injection (ICSI) – the risks – www.hfea.gov.uk, Risks of fertility treatment – www.hfea.gov.uk
Baca juga :
Hati-hati dengan Klinik Terapi Kesuburan Tipu-tipu