Seorang ibu mengeluh keputusan maskapai Batik Air karena ia tidak bisa kembali Medan bersama buah hatinya yang sedang sakit.
Kenapa kami dibatalkan tidak boleh terbang? Padahal kami tadi sudah naik di pesawat. Disuruh turun lagi, ditanya. Diminta surat dari dokter sudah kami tunjukan. Satu, dua, tiga, empat, kami langsung dipanggil lagi, turun lagi, ditanyain. Saya tahu anak saya ini sakit, anak saya bau, tapi saya mau pulang ke Medan. Apa memang anak saya ini tidak bisa diterbangkan? Apa salah? Bagaimana lagi?
Dengan wajah sendu, menahan tangis, seorang ibu sambil memangku anaknya mencurahkan kegelisahan dan kekecewaannya terhadap Batik Air yang ia nilai tidak berlaku adil
Miris, di tengah kondisi putranya yang sakit, keinginan mereka untuk pulang ke kampung halaman harus tertunda.
Keluhan ini disampaikan oleh sang ibu dari Piki ini lewat video singkat yang diunggah oleh akun Instagram @pempek_funny.
Dalam akun Instagram tersebut juga dituliskan keterangan terkait penolakan maskapai untuk menerbangkan sang ibu dan anaknya yang sakit.
Padahal, seperti yang telah disampaikan oleh ibu dari Piki, bahwa mereka telah mengantongi izin terbang dari dokter. Artinya, meskipun dalam kondisi sakit, putranya Piki, layak untuk melakukan perjalanan lewat transportasi udara.
Piki mengidap retinoblastoma, jenis kanker mata yang menyerang bagian retina. Jenis kanker ini tergolong ganas dan paling sering menyerang anak di bawah umur lima tahun.
Berikut keterangan lengkapnya yang dikutip dari akun Instagram:
Dear Batik Air, can i ask you something? Tadi pagi penumpang bernama Piki Ananda dan ibunya serta relawan kami @yuni_nail_art duduk di bangku 18 D,E,F dalam flight ID 6880 Jakarta-Medan, diminta turun oleh pramugari. Dengan alasan tidak boleh terbang, aroma Piki akan mengganggu penumpang lain. Pada saat itu, pesawat tidak banyak penumpang Tiga penumpang ini dibawa ke dokter di ruang karantina di airport Soetta, Jakarta. Dokter mengijinkan layak terbang. Namun pihak Batik Air tetap tidak membolehkan terbang Di kasir, mereka mengembalikan uang tiket setelah dipotong fee travel karena kami membeli tiket via travel. Seorang bapak dari pihak Batik Air marah. Kenapa hal ini terjadi lagi. Tiga penumpang ini tetap tidak boleh terbang Sekarang mereka sedang perjalanan balik ke rumah singgah kami Dear Batik Air, may i know what your best suggetion and solution? Semestinya kalian bisa bertanya satu demi satu pada penumpang lain, apakah benar terganggu aroma Piki? Lalu bagaimana kelak bila ada penumpang sama?
Anak seorang tukang becak mau terbang pulang kampung, melihat bapaknya untuk saat-saat terakhir?
Saya ingat pengalaman pribadi saya, ibu saya 82 tahun ditempatkan di bangku depan sesuai peraturan penerbangan. Ketika mau ke toilet yang kebetulan harus melewati business class, distop pramugari. “Ini toilet untuk business class. Harus tanya penumpang business class, apakah boleh.” Saya dipersilakan. Saya yakin siapapun yang menghargai orangtua, akan boleh. Can you give us the solution Batik Air ? Saya senang terbang bersama Batik, nyaman. Namun sometimes i feel hopeless. Piki Ananda, kenapa nasibmu menyedihkan? Sudah kanker, ditolak naik pesawat. Why?
Seperti yang kita ketahui, melakukan perjalanan udara memang memiliki beberapa peraturan yang yang ketat dan perlu ditaati oleh semua penumpang. Hal ini dipengaruhi oleh tekanan udara, kadar oksigen, serta getaran pada pesawat yang memang berisiko menyebabkan gangguan pada kesehatan.
Tak mengherankan jika maskapai penerbangan selalu memerlukan surat keterangan atau sertifikat medis untuk untuk mengkonfirmasikan bahwa pasien dalam keadaan stabil dan cocok untuk terbang. Namun yang disayangkan meski sudah mendapat surat mengapa tidak diizinkan terbang?
Padahal, kanker bukanlah salah satu penyakit menular, di mana penyakit menular merupakan salah satu kondisi yang membuat maskapai tidak bisa memberikan izinkan untuk seseorang naik pesawat terbang.
Sampai tulisan ini diterbitkan, theAsianparent Indonesia belum berhasil mendapat tanggapan dari pihak Batik Air terkait dengan peristiwa ini.
Baca juga: