Balon Meletup dari Cia

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Assalamualaikum salam sejahterah semuanya, halo moms. Ada kisah menarik dari asal muasal persalinan saya. Beberapa hari sebelum melahirkan , saya sudah makin giat jalan pagi , makan sayur buah, minum susu hamil juga masih terus saja. Namun saya masih sangat mager untuk melakukan pekerjaan rumah. Saat itu di hari menjelang anak tercinta kami lahir. Pagi harinya , saya masih melakukan aktivitas seperti biasa. Pagi hari saya jalan pagi dengan suami, siangnya saya rebahan saja. Namun di sore hari entah kenapa saya tiba-tiba ingin sekali mengepel lantai namun secara manual dan jongkok. Waktu itu hanya saya sendirian di rumah , karena suami sedang bekerja dan pulang menjelang magrib. Sorenya saya mengepel rumah , saat malam tiba jam 7. Saya dan suami beristirahat sambil menonton tv dan bersantai ngobrol-ngobrol. Suami tidak lupa membelai perut saya dan mengajak calon buah hati berbicara. Tiba-tiba saja saya mendengar bunyi letupan seperti balon gelembung yang di tiup lalu di remas bunyinya itu “PLUK” terdengar jelas sekali dan saya bingung itu bunyi apa dan darimana karena tidak merasakan sakit perut saat itu meletup. Tidak lama setelah bunyi letupan, saya ingin buang air kecil. Setelah BAK, ada yang aneh. Air ketuban keluar tidak terkontrol, saya tidak panik malah berkata ke suami “ini air ketuban ya sayang sepertinya, karena keluar terus” haha bikin ketawa kalau ingat-ingat. Akhirnya suami bergegas membawa saya ke bidan yang lokasinya dekat sekali dari rumah. Saat tiba di lokasi, saya di periksa oleh bu bidan. Dan beliau berkata kalau air ketuban saya sudah pecah dan pembukaan masih 2. Wah saat itu saya dag dig dug sekali. Di minta untuk tinggal di bidan , suami izin untuk pulang ambil keperluan jelang persalinan dan mengabari ibu serta mamah dan keluarga. Pukul 8 malam , saya di beri induksi oleh bidan karena air ketuban sudah banyak keluar namun belum ada pembukaan lagi. Setelah di induksi, barulah saya merasakan kontraksi yang rasanya tidak bisa di bilang seperti apa. Namun saya jadi paham bagaimana mamah saya berjuang untuk hidup saya. Satu persatu keluarga bergantian datang , namun yang menemani persalinan hanya boleh suami saja karena saat itu pandemi hebat. Singkat cerita dari pukul 8-12 malam. Pembukaan sudah di angka 5 dan aku semakin merasakan kontraksi hebat. Saat pukul 01.15 pagi saya merasakan anak saya kepalanya sudah di ujung pintu. Lekas saya memanggil suami saya agar di panggilkan bu bidan. Namun suami saya agak membuat saya emosi karena bu bidan tidur dia malu untuk membangunkan. Akhirnya memberanikan diri , suami saya berhasil memanggil bidan. Dan di lakukan proses persalinan normal , dengan robekan dan jahit yang banyak. Pukul 01.35 pagi anak saya sudah keluar dan memeluknya dengan bangga terharu walau di sertai rasa sakit dengan proses menjahit bagian alat vital yang terjadi perobekan jalan lahir. Tangisan bayi membuat saya dan suami semakin bahagia. Begitulah cerita singkat persalinan normal saya, apabila ada salah kata mohon di maafkan. Saya ucapkan terimakasih.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan