Cara Menjelaskan Perceraian pada Anak, Ini Kata Pakar!
Menjelaskan perceraian pada anak bukanlah hal mudah, Anda harus bisa berbicara dengan hati-hati agar anak tidak salah mengerti.
Perceraian bukanlah hal yang mudah bagi pasangan yang mengalaminya, terutama bagi mereka yang memiliki anak. Pikiran anak yang masih lugu belum bisa memahami mengapa kedua orangtuanya tidak bisa bersatu lagi. Andapun merasa kesulitan untuk menjelaskan perceraian pada anak.
Cara menjelaskan perceraian pada anak dengan baik
Dilansir dari theindusparent.com, berikut ini adalah beberapa hal yang bisa membantu Anda menjelaskan perceraian pada anak dan menghadapi konsekuensi yang ditimbulkan pada anak.
1. Kurangi dampak merusak pada anak
Saat perceraian sudah diambang mata, Anda dan pasangan cenderung lebih sering berdebat bahkan bertengkar. Usahakan agar anak tidak menyaksikan pertengkaran Anda.
Melihat kedua orangtua bertengkar akan berdampak buruk pada psikologis anak. Karenanya, pastikan bahwa anak Anda sedang berada di tempat lain atau sedang tertidur jika Anda dan pasangan mulai berargumen.
2. Kenali perilaku anak yang tak biasa
Saat anak sadar orangtuanya akan berpisah, dia cenderung menjadi pendiam, kemudian marah-marah bahkan menangis tanpa alasan jelas.
Hal ini disebabkan oleh ketegangan yang terjadi pada kedua orangtuanya. Berusahalah untuk mengurangi beban emosional yang dirasakan oleh anak dengan mengajaknya berbicara.
3. Bantu anak melampiaskan apa yang ia rasakan
Ketika anak mulai menunjukkan perilaku emosional, bicaralah dengannya dan tanyakan apakah dia merasa sedih atas sesuatu, atau apakah dia ingin menangis.
Membantu anak mengungkapkan perasaan lewat tangisan bisa mengurangi ketegangan emosional yang ia alami. Karena jika terus dipendam, akibatnya bisa lebih buruk bagi anak.
4. Jelaskan situasinya dengan kalimat sederhana
Berusahalah jujur pada anak Anda melalui kalimat sederhana yang bisa dimengerti olehnya. Katakan bahwa ayah dan ibunya kadang bertengkar seperti halnya ia bertengkar dengan temannya.
Pastikan Anda juga memberitahunya bahwa ayah dan ibu selalu menyayanginya dan sangat bahagia dengan keberadaannya. Kemudian jelaskan bahwa ayah dan ibu akan memiliki dua rumah, dan keduanya adalah rumah untuk sang anak.
5. Tegaskan bahwa dia bukan alasan orangtua bercerai
Memastikan bahwa anak memahami bahwa dia bukanlah alasan ayah dan ibunya tak bisa bersama lagi adalah hal yang paling penting. Hal ini untuk mencegah anak merasa bersalah dan merasa dirinya tak berharga.
Perceraian memiliki dampak yang besar dalam kehidupan anak. Baca: Dampak Perceraian Bagi Anak. Karena itu Anda harus memastikan psikologis anak tetap terjaga setelah melihat kedua orangtuanya bercerai.
Berusahalah untuk terlihat rukun dan bersahabat di depan anak meskipun Anda dan pasangan sudah berpisah, dan luangkan lebih banyak waktu untuk bersama anak agar dia tidak merasa kekurangan perhatian dari orangtuanya meski telah bercerai.
Anda juga bisa berkonsultasi dengan psikolog anak bagaimana cara yang tepat mengasuh anak setelah perceraian terjadi. Semoga tips ini bermanfaat ya, Parents.
Dampak jangka panjang perceraian
Penelitian yang dilakukan NHS menyatakan bahwa dampak perceraian secara jangka panjang diantaranya adalah membuat anak menjadi lebih agresif, sedih terus menerus dan hampa.
Penelitian tersenut juga menyimpulkan bahwa perceraian mempengaruhi semua aspek dalam kehidupan anak dan juga mempengaruhi kehidupan mereka selanjutnya.
Saat penelitian para peneliti mengajukan pertanyaan pada 1500 orang tentang pengalaman masa kecil yang kurang menyenangkan. Penelitian menunjukkan bahwa perceraian merupakan faktor yang memberikan nuansa kelam pada masa kanak-kanak seseorang, bersama dengan sejumlah faktor lain seperti kekerasan rumah tangga atau ketergantungan narkoba.
Profesor Mark Bellis, ketua tim peneliti mengatakan, “Kami terkejut mengetahui besarnya pengaruh peristiwa yang dialami pada masa kanak-kanak. Dan hal ini merupakan suatu catatan penting bagi permulaan hidup setiap manusia … Jika kita memahami mengapa berbagai masalah muncul, maka kita bisa mencegahnya sebelum terjadi.”
Masa kanak-kanak merupakan pondasi bagi kehidupan seorang anak selanjutnya, dan pondasi yang tak stabil mengakibatkan berbagai masalah di masa depan, sebagaimana disimpulkan oleh para peneliti. Maka jika sebuah perceraian terjadi pada keluarga seseorang yang berusia sangat muda, hal ini akan dicatatnya dengan tinta merah di otak dan akan terus diingat sampai entah kapan.
Masa kanak-kanak yang semestinya dihabiskan dengan keceriaan berubah menjadi gelap gulita saat seorang anak dihadapkan pada kenyataan bahwa ayah dan ibunya berpisah.
Hasil penelitian tersebut sebaiknya menjadi bahan pertimbangan bagi para orang tua sebelum mereka ‘menghancurkan’ masa depan buah hati mereka sendiri. Menjaga langgengnya sebuah ikatan pernikahan adalah suatu keharusan dan solusi satu-satunya bagi masalah ini.
Baca juga:
Mengapa Azka Corbuzier Lebih Bahagia setelah Orangtuanya Bercerai?