Tujuh belas tahun menjadi psikolog, Irma Gustiana Andriani M. Psi akhirnya memberanikan diri untuk mendirikan sebuah klinik bersama rekannya Febiani Samatha S. Psi. Adalah Ruang Tumbuh, klinik psikologi yang ia dirikan sejak tahun 2018 silam.
Sesuai dengan namanya, sebagai founder, Ayank Irma berharap Klinik Ruang Tumbuh itu bisa menjadi sebuah ruang di mana setiap individu di dalamnya bisa bertumbuh bersama-sama. “Baik kami sebagai founder, kemudian inisiator, staf, psikolog, dan klien bisa benar-benar bertumbuh bersama,” tukasnya.
Ayank Irma percaya, bahwa pada dasarnya dalam menjalani hidup setiap individu perlu melewati proses terlebih dahulu. Ada yang mudah, namun ada juga yang tidak mudah, mulai dari kecil sampai besar. “Jadi semua memang ada proses pertumbuhannya. Di sanalah kami ingin Ruang Tumbuh berkembang menjadi ruang bagi kita semua untuk bertumbuh ke arah yang lebih baik,” urainya.
Di usianya yang ketiga tahun, Ayank Irma tidak menampik jika Ruang Tumbuh menghadapi berbagai rintangan yang membuat Irma dan orang-orang di dalamnya terus berjuang dan beradaptasi. Terlebih lagi di dalam situasi pandemi seperti sekarang ini.
Meskipun demikian, Ayank Irma percaya bahwa bersama seluruh rekan sejawatnya segala tantangan bisa dihadapi bersama-sama. Kepada theAsianparent Indonesia, perempuan berhijab ini pun menuturkan apa yang melatarbelakangi dirinya terpanggil menjadi psikolog.
Awal Mula Ayank Irma Terjun ke Psikologi
Ayank Irma mengatakan bahwa kecintaannya terhadap psikologi mulai tumbuh sejak ia masih remaja. Kala itu, timbul berbagai pertanyaan dalam diri Ayank Irma ketika ia mengamati sikap dan perilaku seseorang.
“Entah kenapa sejak SMP, saya senang sekali mengamati, senang berinteraksi, senang menganalisis. Kenapa ya temen gue yang ini perilakunya begini ya, kenapa temen gue yang satu lagi begini. Jadi, saya senang mengamati,” ungkapnya kepada theAsianparent Indonesia.
Alumnus Universitas Indonesia ini juga punya pengalaman personal yang membuat dirinya merasa terpanggil untuk belajar psikologi. Ia memiliki seorang adik yang semasa kecil punya kecenderungan perilaku yang hiperaktif.
“Jadi, adikku waktu kecil punya kecenderungan hiperaktif. Sementara, saat itu kapasitas orangtuaku dan aku sendiri belum memahami. Jadi ada kecenderungan, ini kenapa, ya, pola perilakunya kok super aktif seperti ini. Dari sana muncul concern,” terang Ayank Irma.
Baca juga: Mendirikan Rumah Ramah Rubella, Grace Melia: “Terharu Bisa Mendekatkan Hubungan Orangtua dan Anak”
Ruang Tumbuh Berdiri di Atas Harapan, “Saya Ingin Menciptakan Klinik yang Homey”
Ruang Tumbuh didirikan dengan penuh harapan oleh Irma dan sahabatnya, Febi. Pengalamannya menjadi psikolog selama belasan tahun membuatnya berpikir bahwa sudah saatnya ia memberikan sesuatu yang lebih bermanfaat bagi sekitar.
Berawal dari keinginan ini, ia kemudian mulai merancang konsep klinik impiannya yang kelak diberi nama Ruang Tumbuh. Ia ingin menciptakan sebuah ruang yang nyaman, yang terasa seperti rumah sehingga kliennya merasa aman menceritakan permasalahan mereka.
“Hampir 6 bulan, saya dan partner saya Febiani Samatha, memikirkan konsep klinik ini. Kami ingin klinik ini homey. Jadi, setiap klien yang datang tidak merasakan bahwa tempat ini adalah sebuah klinik. Kita ingin memberikan sensasi yang hangat dan suasana yang happy,” jelasnya.
Pada tanggal 2 April 2018, Ruang Tumbuh mulai berdiri secara resmi. Perlahan, klinik ini pun bertumbuh sesuai dengan namanya. Satu per satu klien mulai mempercayakan masalah mereka pada Irma dan para ahli di klinik Ruang Tumbuh.
Baca juga: Kisah Inspiratif Valencia Mieke Randa, Berbagi Kebaikan hingga Dikaruniai Anak Spesial
Kekerasan pada Anak Jadi Perhatian Utama Ayank Irma sebagai Psikolog
Selama menjadi psikolog, Irma telah mendengar beragam masalah dari berbagai karakter. Namun, ia menaruh perhatian secara khusus kepada anak-anak dan remaja, terlebih mereka yang pernah mengalami kekerasan.
“Aku sering sekali draining kalau menangani kasus-kasus anak yang mendapat KDRT [kekerasan dalam rumah tangga]. Menyedihkan. Ada masa-masa dimana aku ingin marah, kecewa, prihatin dengan apa yang dialami oleh klien,” ungkapnya.
Ia pun mengakui, emosi yang ia rasakan terkait masalah tersebut berkaitan dengan statusnya sebagai orangtua. Sebagai ibu dengan 2 orang anak, ia seperti bisa merasakan apa yang dialami oleh kliennya saat itu.
“Mungkin karena aku seorang ibu juga, lalu mendapati klien yang ada KDRT dari orangtuanya atau dari orang lain. Itu betul-betul cukup membuat aku merasa sedih dan sangat prihatin,” imbuhnya.
Oleh karena itulah, dirinya berharap agar angka KDRT, khususnya kekerasan yang dialami oleh anak-anak bisa bisa berkurang. Memang bukan perkerjaan yang mudah, namun dengan beragam upaya pencegahan yang bisa dilakukan berbagai pihak, khususnya dimulai dari lingkungan keluarga, Irma percaya perlahan kasus KDRT bisa berkurang.
Baca juga: International Women’s Day 2021: 20 Perempuan Luar Biasa dan Inspiratif di Indonesia
Ayank Irma Ingatkan Pentingnya Menjalani Proses
Pengalamannya menjadi psikolog selama belasan tahun membuat sosok Irma diidolakan banyak orang. Tak sedikit yang kemudian ingin menjajal profesi serupa namun merasa kurang yakin. Irma punya pesan bagi mereka yang ingin menekuni profesi ini.
“Aku ingin mereka mengerti bahwa semua itu berdasarkan proses. Menjalani proses itu penting. Misalnya aku, 17 tahun jadi psikolog. Tidak cepat prosesnya. Banyak yang melihat aku di masa sekarang saja tapi tidak melihat apa yang aku jalani selama 17 tahun. Bagaimana perjuangan aku sampai berani bikin klinik,” kata Irma.
Untuk menjadi seorang psikolog butuh waktu yang tidak sebentar. Oleh sebab itu, Irma mengimbau agar mereka yang sudah niat menekuni bidang ini bisa lebih menikmati.
“Semua harus berproses, semua harus dinikmati karena belajar psikologi itu enggak gampang dan enggak sebentar. Kurang lebih untuk jadi psikolog itu 6 tahun. Belum lagi nanti kita harus menambah skill di bidang lain. Misalkan, seperti aku nambah certified play therapist,” ujarnya.
Pesan Irma untuk Orangtua, “Jangan Abaikan Anak yang Punya Masalah dan Ingin ke Psikolog”
Beberapa tahun terakhir, isu kesehatan mental di Indonesia mulai sering dibicarakan. Namun, tak sedikit pula orangtua yang hingga saat ini masih meremehkan gangguan emosional yang dialami oleh anak-anak mereka.
Terkait hal ini, Irma punya pesan khusus. Ia mengimbau agar para orangtua jangan pernah mengabaikan keinginan anak-anak untuk pergi ke psikolog.
“Ayah dan ibu semuanya, ketika seorang anak itu menyatakan kebutuhannya untuk bertemu dengan psikolog, orangtua perlu segera mengakomodir. Jangan diremehkan, jangan dianggap enteng, jangan diabaikan karena mungkin itulah yang mereka butuhkan,” katanya.
Tak hanya anak-anak, menurutnya, orangtua juga perlu meningkatkan kemampuan dalam berempati. Dengan demikian, mereka lebih bisa memahami perubahan perilaku dan emosi pada anak-anak.
“Orangtua perlu meningkatkan skill empatinya supaya bisa melihat perubahan perilaku dan emosi serta cara berpikir anak. Jadi bisa mengambil langkah intervensi dini supaya putra dan putrinya tumbuh dalam kondisi yang sehat,” tukasnya.
Parents, demikian profil Ayank Irma salah satu pendiri Ruang Tumbuh. Semoga kisah dan pengalaman hidupnya bisa menginspirasi para orangtua untuk menjadi lebih baik ya!
Baca juga:
Bangun Komunitas Single Moms Indonesia, Maureen Hitipeuw: "Hargai Kami Selayaknya Perempuan Lain"
Rima Melati Adams, Istri Marcell yang Tularkan Semangat Aktif Bergerak saat Pandemi
Sosok Inspiratif Ayang Cempaka, Illustrator Ternama Sekaligus Ibu dari Dua Anak